GEGAP GEMPITA MUKTAMAR NU

Senin, Desember 14, 2015
Menjelang ashar, berjalan-jalan ke alun-alun.
Menyusuri satu dua blok di perumahan, lalu mengambil jalan pintas ke alun-alun
Di satu gang, bertemu tiga orang bapak-bapak yang bingung arah.
"Ke alun-alun, pak? Lewat sini saja, kami juga mau ke sana," kami menyapa.
"Peserta dari mana,Mbak?"
Hehehe. Nyengir bareng-bareng. Bukan peserta pak, tinggal di Jombang, tapi saat ini berlagak jadi turis.
Di gang masjid, suasana berubah. Gang sempit itu semakin sempit karena banyak lapak dadakan. Mie ayam, nasi goreng, warung kopi lesehan, penjual snack dan minuman, gorengan, batu akik, dll. Komplit dah.
Eh, ada RBGM yang juga buka lapak. Ditunggui para relawannnya, mereka tampak berbeda. Ehm.
Di masjid, yang tampak manusia berjubel. Dengan gaya khas: peci, sarung, baju yang didominasi warna hijau. Oh ya,satu lagi; sebagian besar berasap. DI ruang terbuka luas begini, aroma asap ada dimana-mana.
Masuk alun-alun, rupa-rupa pemandangan semakin berwarna. Penjual lalu lalang menawarkan barang dagangannya. Sebagian bisa saya potret, sebagian luput. Penjual payung yang murah senyum.
Mbak-mbak penjaja snack yang ramah dan promosi dengan ceria.
Ada juga yang pakai rok mini dan baju ketat; tapi kepalanya ditutupi selendang. Di tangannya ada barang yang membuat udara sekeliling berkabut.
Penjual tas yang serius melayani bapak-bapak.
Penjual raket, meyodor-nyodorkan raketnya pada peserta yang melintas di hadapannya. Main badminton mungkin bisa jadi selingan sehat disela-sela kepenatan sidang mukatamar...
Penjual alas duduk mencoba menunjukkan kualitas barangnya pada serombongan bapak-bapak.
Ibu-ibu dengan jinjingannya... (hehehehe; dimana-mana shopping laaa...).
Suka yang itu; mbak dan mas-mas yang pakai seragam merah. Berjalannya gagah dan gembira.
Kasihan sama yang ndeprok di bawah gerbang SMP itu. Mungkin hawa panas dan sesaknya manusia membuat mereka merasa perlu menepi dulu.
Sekolah Nabila tiba-tiba punya banyak cafe.
Sepiring soto ayam, dengan beberapa suwir daging ayam; dan suwirannya, amboi, tipis dan mungil nian!
Harganya? Sepuluh ribu rupiah.
"Ssst, ini soto ayam spesial. Soto langka, soto rasa muktamar!"
Hehehehe.
Seorang laki-laki berjalan cepat membawa balon-balon.
"Dijual, Mas?" iseng saya tanya. Dia menggeleng, lalu matanya mencari-cari, lalu bergegas menuju satu tempat.
Tak lama, saya lihat banyak ibu-ibu tua membawa balon. Wah, anak kecil ada sainganyya!
Ada ibu-ibu yang menelepon dengan suara keras sambil mondar-mandir. Karena kerasnya suara, saya bisa menebak bahwa ia sedang mengarahkan seseorang menuju tempatnya berdiri. Pada akhirnya, ia melambai kuat-kuat sambil berteriak senang. Alhamdulillah, yang nyasar dah ketemu.
Ada juga seorang bapak yang berjalan dari alun-alun hingga jaya abadi. Dia kebingungan mencari bisnya. Tas ransel di punggung dan satu tas jinjing tampaknya cukup berat.
"Bisnya dimana, Pak?" tanya kami.
"Lupa..,"katanya, sambil garuk-garuk kepala. Eh, lhaa..
"Sepertinya tadi tidak jauh dari alun-alun," katanya. "Disitu ada bis tidak?" Bapak itu menunjuk ke arah barat jalan gubernur suryo.
"Tadi melintas sih tidak ada, Pak. Mungkin di sebelah utara alun-alun?"
Bapak itu diam; melihat kesana kemari.
"Bapak telepon saja rekan-rekan,barangkali mereka bisa sebutkan jalannya," kami mencoba memberi saran. Sang bapak cuma nyengir-nyengir saja. Wah, gimana ni?
"Lebih baik bapak kembali saja ke arah alun-alun, lalu belok ke kiri. Disana ada parkir beberapa bis. Kalau menyusuri jalan gubernur suryo lumayan jauh, Pak."
Bapak itu bimbang sesaat. "Tadi dari bis menuju alun-alun sepertinya tidak jauh," gumamnya.
Akhirnya, ia kembali kearah alun-alun.
Buka jasa guide mungkin laku, ya. Jadi bisa membantu orang-orang yang bingung arah begini.
Muktamar ke 33 NU memang membuat Jombangku hingar bingar. Seru buat jalan-jalan!


Sekian reportase kami. Saya Umi Kulsum, selamat malam.










Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.