SUATU SIANG, DI MASJID

Jumat, April 15, 2016



Siang ini, di masjid Baitul Mukminin Jombang.

Saya tengah duduk, ketika tiba-tiba tampak seorang ibu. Saya mengenalnya sejak beberapa tahun lalu. Seorang ibu yang gigih, dan tangguh. Ia menjahit, membuat kue untuk menambah penghasilannya.
Ketika mendekat dan bersalaman, saya terkejut mendapati putri yang digendongnya.
Usianya tujuh tahun. Wajahnya merah, bekas luka bakar memenuhi hampir seluruhnya. Dengan kerut-kerut yang mengundang rasa iba.

"Kenapa?" reflek saya bertanya.

"Kena minyak goreng panas..," kata sang ibu sambil tersenyum.

"Bagaimana kejadiannya?" saya masih penasaran.

"Saya sedang menggoreng kerupuk, dia jatuh dekat saya. Wajannya terbalik, dan minyaknya mengenai wajahnya," katanya. Dengan ketenangan dan senyum yang luar biasa...

"Dia dioperasi, ustadzah. Telapak tangannya lengket, tidak bisa membuka. Ketika membuka, ada lubang besar di telapaknya. Untuk menutupinya, diambilkan daging dari selangkangannya," katanya lagi.

Saya menatap dalam matanya. Menyelami ketabahan dan ketenangannya yang menyejukkan. Sejujurnya, saya menahan kelu dan air mata. Membayangkan pilu hatinya menyaksikan belahan jiwanya berkutat dengan segala perih dan kesakitan selama lebih dari dua bulan.

"Saya khawatir dengan matanya. Saya takut bola matanya terkena minyak panas itu dan ia buta. Dokter mengatakan, saya harus menunggu hingga kelopak matanya bisa membuka untuk mengetahui kondisi bola matanya. Alhamdulillah, matanya masih bisa melihat," katanya lagi.

Kelu itu semakin menyesakkan hati saya. Tidak mampu saya mengatakan apa-apa, kecuali mengusap-usap kepala gadis kecil itu.

"Hebat... Mbak kuat, ya?" saya menatap matanya. Dia menyusupkan kepalanya didada ibunya.

"Dia ingin menghafal al quran. Saya pilihkan sekolah yang intens hafalan. Dia minta sendiri. Alhamdulillah, dia tidak minder. Saya yang harus menata hati; saya khawatir dia malu. Tapi dia biasa saja walau dilihat orang," kata sang Ibu.

"Keren, jadi penghafal quran. Nanti bisa milih syurga," kata saya.

Sang Ibu beranjak hendak sholat. Gadis kecil itu diturunkan dekat lemari tempat mukena. Bekas luka di selangkangan yang belum sembuh tidak memungkinkannya bebas berjalan. Maka, sang Ibu yang harus menggendongnya kesana kemari. Sholat dhuhur berjamaah di masjid Jami adalah salah satu requestnya. Dan Ibunya memenuhinya.

Ia duduk menunggu ibunya berwudhu. Saya meliriknya sekilas-sekilas. Menahan haru yang dalam di hati. Sekuat tenaga saya tahan, tetap saja air mata mengalir.

Mereka, anak dan dan ibu yang sangat istimewa.
Kelak, semoga ALlah memuliakan ketabahan sang Ibu dengan melimpahkan berkah dan kesholihan pada kehidupan mereka.

*huhuhu.. mewek lagi*

CAtatan 13 April 2015 lalu.

2 komentar:

  1. dan kelak anak itu akan kuat ya mbak. Soalnya semakin besar pasti banyak yang akan mencela,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, betul... InsyaaAllah dia akan semakin kuat dan tangguh.

      Hapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.