MENGAJAR SAAT MIGREN

Selasa, September 06, 2016
Pagi tadi, makbedunduk migren kumat. 

Sebenarnya terasa sejak pagi. Tapi dibiarkan saja. Upacara bendera, sempat terpikir, bagaimana kalau pingsan ya?
Ah, biar deh. Tinggal bluk, jatuh lah. Eh, kalau jatuh, digotong siapa? Waaah, nggak deh. Jangan sampai jatuh, ah. Isin!

Upacara berlalu dengan sukses, tanpa pakai jatuh, alhamdulillah.

Pukul delapan pagi, saya memutuskan untuk pulang. Nanti, pukul setengah satu, ada jam mengajar dua jam saja.

Di rumah, minum obat, lalu tidur. Nyenyak sekali, alhamdulillah.

Kembali ke sekolah, setelah mandi dan makan siang. Masuklah saya dengan gagah perkasa ke kelas.

Mengajar bahasa inggris itu, paling bete kalau sudah berhadapan dengan lemahnya kosa kata anak-anak.
Belum lagi kemampuan menyimak yang kacau.

"Jangan bicara pakai bahasa inggris dong, Buuu... Gak ngerti!" kata mereka. Akhirnya, saya bicara pelan-pelan. Dengan mata yang dilebar-lebarkan, ekspresi yang dilebay-lebaykan... Haha. Susah, jadi guru alay. Itu saya lakukan untuk membuat mereka stay tune sama gelombang saya. Hihi, apaan sih.

Secara, saya ngajar siang-siang, dikala perut lapar, mata ngantuk. Ditambah dengan harapan jam pulang segera berbunyi. Komplit.

Jadi, begitulah. Alay mode on.

Saya pakai cara 'the power of kepepet'. Ini cara paling ampuh untuk memaksa anak-anak berbicara.
Tadi topiknya pujian, diberi contoh memuji dengan pola  tertentu. Contohnya, "What a beautiful dress!"

Nah, berkelilinglah saya. Meminta mereka membuat pujian dengan pola tersebut, dengan menggunakan adjective yang berbeda. Tak boleh ada pengulangan adjective.

Biasanya ini efektif. Sebab mereka akan mengeluarkan seluruh daya upaya supaya bisa.

Lucu-lucu, sih.

"What a smart you teacher!"
Hahaha. Mungkin maksudnya,'Ibu tuh guru yang smart'.
 Ge-er dikitlah. Eit, bisa aja dia nemu kalimat itu dengan perasaan dongkol, karena dipaksa-paksa berbicara. Sudah gitu, hanya punya waktu sedikit untuk berpikir. 


Kalau ini : "What a handsome bicycle!"  Hoho. Dia gaul habis. Seringkali pengetahuan anak-anak jauh melampaui gurunya yang gaptek dan kudet. 
(lihat di http://www.handsomebicycles.com/)

Lalu, saya buat ulangan saja.
Mumpung masih anget dan mereka baru saja berlatih membuat pujian dengan satu pola. 




Di buku ada beberapa situasi yang perlu dibuat dialognya. Saya minta mereka mengerjakannya. Sembari mengomel-ngomel, mereka menulis. Saya hanya senyum-senyum saja mendengar omelannya.

Begini, misalnya.
"Yah, Bu. Kok sudah ulangan sih?"

Atau : "Gak bawa kamus Buu..." 

Itu sih salahmu dhewe. Sudah berkali-kali saya minta mereka bawa kamus. Tetap saja, yang bawa kamus paling banter 10 anak. Selebihnya, mereka pakai aji-aji sakti, mengira-ngira. Atau kalau kesaktiannya sudah hilang, mereka tanya sama dukun yang lebih sakti, yaitu saya. Hahaha. 

Nah, lagi-lagi mereka kecentok sama kosa kata yang ampun banget stocknya!

"Ini apa artinya?" nanya begitu sembari menunjuk kata 'successfully'. Aaarrrgh, pengen cakar-cakar meja! 

Disini kadang saya merasa sedih. Logika berpikir murid-murdiku sering kali lemah. Hiks, menyedihkan. Mereka sering bertanya arti kalimat yang, sebenarnya, bisa dinalar secara sederhana. Cuma, karena minat baca rendah, maka stock logika berpikirnya lemah. Karena stock logika  berpikirnya lemah, maka daya analisisnya paaaayaaaaaaah!!

Huaaaa. Kudu marah sama siaaapaaaaa? Wahai Bapak dan Emak, sodorkan buku pada anak-anakmu. Jangan cuma gadget, baju, sepatu. Ajari anakmu melahap buku! 

Eh, saya kan tadi bilang, kepala saya migren? Ketemu anak-anak begini, tambah migren?

Nggak. Jadi sembuh. Semangat lagi. Banyak yang harus dibenahi dari pendidikan di negeri ini.


BERJUANG!!!!






Btw, itu gambar perpus kami. Yang sebagian besar koleksi bukunya adalah buku pelajaran. Tapiii, masih jauh lebih baik, karena kami punya koleksi buku-buku kekinian. Hehehe. Pameeeer!


2 komentar:

  1. Bu, aku usul yak.. perihal pembelajaran bahasa inggris.. temen2 kantorku pernah buat english day gitu. pas kita pengen biasain ngomong inggris dengan kaidah yang benar, eh malah pada diem. wkwk..

    suatu saat, kantor bikin english camp. di bawa k puncak (asik bener), dan di undang orang native bule, dari amrik dan kosovo yang fasih english cuma bisa bahasa indonesia. selama 2 hari 2 malem kita ditandem ama mereka. mereka bilang "dont be afraid to say something. i try to understand what u said. u just have to speak. have a guts to say it".

    dari situ saya belajar. kadang sotoy ngomong english, itu penting banget. bangun pede.

    mungkin kurang sesuai ama materi smk ya, yang ada silabus dll nya. belajar grammar dll..

    tapi bukankah esensi pendidikan itu membuat seorang peserta didik untuk learning, not only knowing..

    so, for the sake of your own student, please made one day (or more) with no lesson.. but they just have to talk anything in english. anything with any styles..

    maybe that will bring happiness into the class and they dare to talk in english..

    maybe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wow... Keren! Iya memang, esensi belajar bahasa adalah produce, ngomong. KAlau gak bisa ngomong, ya susah. Saya pakai jurus 'teh power of kepepet' itu. Dengan jumlah jam mengajar hanya 2 jam pelajaran sepekan, maka, kebayang minimnya ya... Camp begitu keren. Semoga suatu waktu bisa adakan camp serupa. Terima kasih ya, sudah mampir dan meninggalkan jejak..

      Hapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.