PENGKHIANATAN

Selasa, April 18, 2017

                                Pada suatu hari, Nabi Muhammad saw dikelilingi para shahabatnya. Di tengah pembicaraan, Rasulullah saw manggut-manggut.
 Lalu Beliau saw bersabda:
                “Sesungguhnya, di antara kalian ada seorang laki-laki yang gerahamnya di neraka lebih besar dari gunung Uhud.”

                Ucapan Rasulullah sawa menyisakan ketakutan bagi siapapun yang hadir saat itu. Mereka diliputi kecemasan akan su’ul khotimah. Khawatir dirinya mendapatkan akhir hidup yang buruk dan dimurkai Allah SWT.

                Sekian waktu berlalu. Sebagian besar yang hdair dalam majelis itu, menemui syahid. Satu per satu mereka meninggal dalam kemuliaan. Yang tersisa adalah Abu Hurairah dan Rajjal bin ‘Unfuwah.

                Abu Hurairah diliputi ketakutan luar biasa. Badannya gemetar. Ia tak bisa tidur dengan nyenyak setiap malamnya. Ia sungguh-sungguh ngeri jika mendapatkan su’ul khotimah.
                Tabir akhirnya terkuak. Rajjal bin ‘Unfuwah murtad, bergabung dengan pasukan Musailamah Al Kdzab, nabi palsu.

                Semula ia berangkat ke Yamamah dengan tujuan lain. Rajjal diutus oelh Khalifah Abu Bakar untuk mendakwahi penduduk Yamamah agar kembali kepada pangkuan Islam.
                Hatinya berbalik. Ia melihat jumlah yang banyak, pasukan yang kokoh, dan barisan yang kuat. Rajjal yakin, kekuatan itu akan mampu mengalahkan Khalifah Abu Bakar.

                Maka, keluarlah ia dari panji Islam dan bergabung ke barisan Al Kadzdzab.

                Rajjal benar-benar licik. Ia memanfaatkan sejarah hidupnya bersama Rasulullah saw, sebagai alat untuk meyakinkan pengikut-pengikut Musailamah. Ia menyebarluaskan berita bahwa Rasulullah sawa pernah bersabda: “Nabi menjadikan Musailamah bin Habib sebagai rekan.”

                Sungguh racun yang mematikan. Rajjal membuat tipu daya dengan memanfaatkan pertemuannya dengan Rasulullah saw.

Bukan hanya itu.

Hafalan dan pengetahuannya yang banyak tentang Al Quran juga dijadikan alat. Posisinya sebagai utusan Abu Bakar juga dijadikan tameng. Dengan mudah ia bisa meyakinkan  orang sehingga pengikut Musailamah semakin bertambah. Rajjal berhasil menyesatkan banyak orang.

Rajjal murtad. Ia juga pembohong, munafik, dan oportunis. Ia murtad bukan karena mengakui kebenaran Musailamah. Namun sebab kemunafikan yang disembunyikan dan keuntungan yang ingin diraih. Harta, tahta, jabatan, kedudukan. Pengikut.  Ia pintar menyembunyikan nafsu tamaknya dalam bingkai yang indah. Tujuan hidupnya rendah.

Bagaimana bisa ia menukar kemuliaan sebagai mukmin, yang pernah bertemu dengan Rasulullah saw, dengan kebohongan nabi palsu? Ia memanfaatkan seluruh potensi dalam dirinya dalam kebohongan besar.

Pengikutnya bisa jadi berkata: Rajjal, yang bertemu Rasulullah saw, yang menjadi utusan dari Abu Bakar saja membela Musailamah. Tentu itu menjadi bukti bahwa Musailamah benar. Pilihan kita benar.

Begitulah.
Ini menjadi cermin atas apa yang kita lihat sekarang. Bengong, bingung, takjub, bagaimana bisa seorang pemuka partai besar,  atau pemuka agama, yang dikenal islami, menjadi pendukung penista agama? Iming-imingnya selalu seputar itu: tahta, jabata, harta, kedudukan.

Sebagaimana Wahsyi, yang dibujuk untuk menombak Hamzah dalam perang Uhud. Hindun membujuknya dengan bujukan harta. Perhiasan anting, kalung yang dipakainya. Perhiasan dengan permata indah. Juga kebebasan dan status sosial sebagai orang merdeka.

Bujukan model begini adalah bujukan primitif. Ada sejak dahulu, dan akan terus muncul sampai kiamat. Dengan berbagai versinya. Iming-iming sejenis ini sangat cocok dengan kecenderungan hawa nafsu manusia.

Lalu, bagaimana bisa kaum muslimin terjebak dalam pembelaan yang sama? Mungkin mirip dengan pengikut Rajjal. Mereka  dibutakan. Disilaukan oleh status tokoh besar itu.  Menyandarkan kebenaran pilihan pada status para pembelanya, tanpa mengkaji kebenaran pembelaan mereka.

Dan ini bisa terjadi pada siapa saja. Disilaukan mata, ditutupi nurani, digelapkan pandangan mata oleh ukuran-ukuran dunia dan berlepas diri dari kebenaran dan hujjah agama.

Mari berdoa bersama-sama: Yaa Muqallibal qulub, tsabbit quluubana ‘ala diinika.






2 komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.