DIAM ATAU BERGERAK?

Kamis, Maret 12, 2020

Gambar oleh hasnadi dari Pixabay


"A body at rest tends to stay at rest, and a body in motion tends to stay in motion, unless acted on by a net external force." Isaac Newton.


Kutipan di atas terpampang di slide yang dipaparkan oleh pemateri.
Pematerinya masih muda, enerjik. Anaknya banyak, eh. Ehehe.
Kutipan itu bermakna begini:
Seseorang atau obyek yang biasa diam/tak bergerak, cenderung akan diam terus. Seseorang atau obyek yang biasa bergerak, akan terus bergerak. Kecuali didorong oleh kekuatan eksternal."

Big question memukul-mukul kepala saya.
Termasuk yang mana saya? Yang cenderung diam, meneng wae, anteng, di zona nyaman? Atau cenderung bergerak, in motion?

Berapa lama mengajar?
Pertanyaan itu disampaikan pemateri dalam satu kesempatan training bersama guru-guru senior. Beliau bercerita, sebagian menjawab tiga puluh tahun, dua puluh sekian tahun, sekian bela tahun. Diulangi lagi pertanyaan ini, jawabannya masih sama. Diulang lagi, sama lagi.

"Yakin?" Pemateri itu bertanya lagi.
Saya memikirkan kata 'yakin?' tadi. Apa yang salah? Saya juga akan menjawab yang sama: menyebutkan angka jumla tahun mengajar, 23 tahun.

"Yakin?" Tanya pemateri lagi. Saya menunggu.
"Yakin 35 tahun? Jangan-jangan Bapak Ibu mengajar selama 1 tahun kali 35; sebab gaya mengajar Bapak Ibu setahun pertama sama dengan gaya mengajar Bapak Ibu 35 tahun kemudian!"

Nah, kan.

Pertanyaan itu membuat saya berpikir dan menilai, apakah gaya mengajar saya sama antara tahun pertama saat itu dengan tahun ke -23 saat ini? Kalau sama, lalu dimana perubahannya? Dimana kemajuannya?

Dikaitkan dengan quote di atas, rasanya relevan dijadikan bahan renungan.
Seseorang yang suka bergerak, maka ia akan cenderung bergerak. Bergerak akan membuka peluang perubahan dan penemuan semangat baru.
Sekian puluh tahun mengajar pasti juga melampaui banyak momen perubahan. Bayangkan, berapa menteri berganti dalam sekian puluh tahun.
Berapa kebijakan beralih. Berapa pengetahuan tentang teori, metode, model belajar yang sudah diserap.
Maka mestinya banyak peluang inovasi mengajar yang bisa diterapkan.
Pertanyaan besarnya, sudahkah pernah dilakukan?
Apakah sikap kita para guru terhadap perubahan?
Sikap terhadap perubahan, saya yakin, berkaitan dengan kecenderungan diam atau bergerak tadi.

Yang lebih nyaman dengan posisi diam, besar kemungkinan akan cenderung diam. Tak terpengaruh dengan kecepatan perubahan di luar. Gaya mengajar tetap, gaya komunikasi tetap, materi belajar juga tetap. Anteng. Istiqomah, dalam makna yang negatif.

Siswa tidak menuntut guru yang sempurna, mereka berharap guru bisa membangkitkan semangat dan memunculkan kebahagiaan dalam belajar. Membuat mereka antusias menemukan pengetahuan baru. Antusias untuk berkembang dan bertumbuh. Antusias melakukan perbaikan dan kebaikan. Antusias mengejar peluang beramal, berkontribusi.
Ajarkan anak didik bergerak. Sigap menyambut seruan dan ajakan beramal. Tidak menjadikan peluang kebajikan sebagai beban. Sebab mimpi besar tidak dibangun di atas sikap pasif dan menunggu.

"Aku tidak melihat ada orang yang ingin menghindari neraka yang mengerikan itu dengan tidur-tidur saja, dan begitupula tidaklah ada orang mengejar surga hanya dengan tidur-tidur saja." (HR. Tirmidzi)

#ibuguruumi: menulis agar bahagia

3 komentar:

  1. Waoow tulisan yang greget nih untuk para guru. Semga menjadi pelecut semangat para guru agar meu berubah menjadi lebih baik

    BalasHapus
  2. MasyaAllaah kerennn. Barokallaaah guruu. Sy jg peserta training design sprint coach Ferry

    BalasHapus
  3. Bagus banget, termotivasi. Siap bergerak

    BalasHapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.