SEJATINYA KALIAN

Kamis, November 25, 2021

Foto bersama kelas X AKL 4, anak perwalian. 

 

Nak, sejatinya kalian adalah guru.

Oh, mungkin kalian menolak, merasa sebagai murid, berusia remaja, dan tengah menimba ilmu. Itu benar, tak salah sama sekali. 

Peran nyata saat ini adalah sebagai pelajar. Tugasnya  belajar, menyerap ilmu di sekolah, di tengah keluarga, di tengah masyarakat. Belajar dari kehidupan. 

Hidupmu dipenuhi kegiatan mencatat, mendengarkan penjelasan, membaca dan mencari materi. Belum lagi tugas menumpuk yang datang bertubi-tubi, dari satu guru ke guru lain. Di sisi lain, peran sebagai anak di rumah juga menuntut bagiannya. Bapak Ibu memintamu membantu pekerjaan rumah, mulai dari menyapu, mengepel lantai, memasak, mengasuh adik,. Bahkan sebagian di antaramu harus mencari nafkah. Menjadi kuli, bekerja dari pagi hingga sore. Atau menjaga toko kerabat, melayani pembeli. 

Nak, sejatinya kalian adalah guru.

Kita bisa memulianya dengan mutiara hikmah Al-Imam Syaikh Ibnu At-Thoillah As-Sakandary Rahimahullah :

 

Guru sejati bukanlah orang yang engkau dengar (ceramah-ceramah) sebatas dari isiannya saja, tapi dialah orang tempatmu mengambil hikmah dan akhlaq. 

Setiap hari kalian berinteraksi, minimal, dengan keluarga. Sebagai sosok anak, kakak, perbuatan baikmu akan direkam dan dinilai. Mungkin kalian tidak bisa menyampaikan macam-macam dalil layaknya penceramah. Perbuatanmulah yang menjadi 'dalil' bagi mereka untuk meniru. Kebaikan yang menginspirasi orang lain untuk mengikutinya, insyaaAllah menjadi amal jariyah tersendiri bagimu. Sebab itu, renungkanlah kelebihan dan kekuranganmu. Perbaiki  yang lemah dan pertahankan yang kuat. Jadikan keseharianmu sebagai lautan hikmah dan akhlaq baik.


Bukanlah guru sejati , seseorang yang hanya membimbingmu dengan retorika (kata-kata), tapi, orang yang disebut guru sejati bagimu adalah orang yang isyarat-isyaratnya mampu menyusup dalam sanubarimu.

Apa kabar ibadahmu? Apa kabar al quranmu? Apa kabar hatimu? Apa kabar keseharianmu? Apa kabar rutinitasmu? Bagaiamna caramu mengisi hari luang? Bagaimana perburuanmu dlaam taubat? Bagaimana usahamu untuk taat?

Seluruh pertanyaan itu akan menentukan kekuatan isyarat. Ada orang yang, - sekadar melihat wajahnya saja-, hati ini sudah tenang, adem. Ada yang, - ketika bertemu dengannya-, hati kita diliputi rasa sungkan yang dalam, segan, hormat, sekaligus cinta. Ada juga yang pertemuan dengannya sekadar menjadi kesenangan sesaat. Tertawa bersama, bercanda hingga terbahak-bahak, namun hati menjadi kering kerontang. Ada pula yang pertemuan dan pertemanan dengannya menyisakan rasa sempit, cemas, dan khawatir,  karena sangat senangnya ia dengan permusuhan, lekat hatinya dengan dengki, dan ketahanannya dalam membenci.


Bukan gurumu, orang yang ucapan-ucapannya membimbingmu. Tapi, yang disebut guru bagimu adalah orang yang aura kearifannya dapat membuat jiwamu bangkit dan bersemangat.

Seseorang hanya akan membagi apa yang dia punya. 

Punya rasa pesimis, tubuhmu akan mengirim aroma pesimismu pada lidah, mata, tangan, dan kaki. Akal dan perasaan  akan sibuk mencari-cari alasan pembenaran kecemasan, ketiaktangguhan, ketakutan dan kepengecutanmu. 

Berjiwa hangat dan bersahabat, maka pesona persahabatan itu akan menguar dari lidah, mata, tangan, dan juga kaki. Akal dan perasaan akan menemukan berbagai cara untuk merekatkan yang retak, menyambungkan yang putus, mengabaikan permusuhan, dan menguatkan langkah pada ishlah. Jikalau situasi tak bisa dikendalikan ke arah damai, tak ada rasa sedih dan cemas yang akan menghilangkan kebahagiaan dan rasa syukur atas apa yang dimiliki.

Jangan pedulikan suarasumbang di sepanjang jalan yang akan menyurutkan langkah. 

Jangan menetap di sana, jangan menepi. Berjalanlah terus, biarkan kesumbangan itu mendekam di tempatnya. 

Milikilah semangat bergerak bersama gerbong kebaikan yang terus berjalan. Kemampuanmu menyikapi persoalan dengan arif bijaksana akan menjadi pemantik bangkitnya semangat dan tumbuhnya jiwa-jiwa yang selalu mencari jalan kebaikan. 


Guru sejati bagimu  adalah orang yang senantiasa membuat cermin hatimu jernih, sehingga cahaya Tuhanmu dapat bersinar terang di dalam hatimu.

Dalam salah satu hadits disebutkan:

"Tidak ada yang paling dicintai Allah selain pemuda yang sudah kembali kepada Allah dan tidak ada yang paling dibenci Allah selain orang tua yang terus menerus melakukan kemaksiatan."

Hadits lainnya menyebutkan:

'Sesungguhnya mahluk yang paling dicintai Allah adalah anak muda yang belia usianya, tegap tubuhnya, yang mempersembahkan kepemudaan dan ketegapannya untuk taat kepada ALlah. Itulah orang yang dibanggakan Allah di hadapan para malaikatNya. DikumpulkanNya para malaikat itu, kemudian Allah berfirman: "Inilah hambaKu yang sebenarnya.""

Masa mudamu kini, Nak, adalah fase terbaik bagimu mempersembahkan ketaatan. Orang beranjak tua bertaubat dan taat, itu tidak istimewa. Karena dia sadar betul kesempatannya tinggal sebentar. Lelaki pensiunan rajin ke masjid itu tidak istimewa, karena ia sudah punya waktu luang yang banyak dan kesibukannya tidak sama dengan semasa ia masih bekerja dahulu.

 Remaja putra rajin jamaah  ke masjid itu luar biasa, karena di luar sana, banyak godaan kegiatan yang dapat melalaikannya dari berjamaah ke masjid. 

 Remaja putri yang berjuang menghafal Al Quran, berusaha  menutup aurat dengan rapi sesuai syariat, tidak takut berbeda ketika menegakkan ketaatan dalam darinya,  Tidak takut celaan dari lingkungan yang menganggap tidak berpacaran itu kuno, tidak laku. Tidak takut menghindari kebiasaan menyontek walau dicerca sebagai 'sok alim', 'sok pintar' dan sok-sok lainnya.

Jika kebaikan-kebaikan berdasar agama tegak dalam dirimu, maka sosokmu adalah cermin jernih yang mengundang cahaya Tuhan menyusup dalam hati orang sekelilingmu. 

Perjuangkan itu, Nak. 

Jadilah guru bagi jiwamu, dan jiwa orang-orang sekelilingmu.

Jadilah pemuda yang kepemudaannya dipersembahkan dalam taat, dan sepanjang hidup tak jemu bertaubat.

Dengan begitu, dirimulah sang guru...

2 komentar:

  1. Masya Allah. Aku mu share buat murid2ku smoga mereka bisa menjadi jalan kebaikan utk mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaaAllah.. Terima aksih banyak, Bu Guru Amalia. Barakallahu fiikum

      Hapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.