DI TOGA MAS

Senin, Desember 14, 2015
Jombang, 1 September 2015.

Kemarin Ahad, berbelanja buku ke Toga Mas Surabaya.

Anak-anak berlari-lari riang di lorong dan ruang toko buku. Saya menyerahkan daftar kebutuhan buku kepada pemuda yang sedang bertugas.
Sementara ia asyik dengan daftar itu, saya berkeliling mencari buku-buku lainnya.

Pihak Togamas memberikan diskon berkisar 20% - 25%. Lumayan, alhamdulillah.
Setelah berkeranjang-keranjang buku, tibalah pembayaran.

Saya antri. Keranjang belanjaan buku saya simpan di depan kasir; sebagian lainnya sudah teronggok di belakang kasir, menunggu dihitung.

Satu demi satu orang di depan saya menyelesaikan transaksinya. Saya berbalik, menghadap seorang ibu tepat di belakang saya.
"Ibu, saya beli banyak buku. Sepertinya akan memakan waktu lama. Mungkin lebih baik Ibu pindah ke antrian sebelah, supaya tidak menunggu terlalu lama," kata saya.
"Oh, ya. Terima kasih," kata sang Ibu, sambil tersenyum. Ia pun berpindah ke line sebelah.

Kemudian, ganti ke Ibu di belakangnya. Saya sampaikan hal yang sama dan ia berpindah.
Seorang Bapak juga demikian.

Lalu seorang Ibu lainnya. Ketika saya beritahu, ia hanya senyum, tanpa bergerak.
"Saya disini saja, sudah terlanjur," katanya. Barisan antri sebelah memang sama panjang, tapi saya perhatikan jumlah barang yang dibeli masing-masing tidak banyak.

Baik, setidaknya, saya sudah memberitahu.

Dan, benarlah.
Hampir seratus buku yang saya beli, tentu membutuhkan waktu sangat lama untuk menghitungnya. Belum lagi sang kasir ingin memilah-milah struknya: khusus novel, disendirikan karena ada diskon khusus. Dan ia menolak pembayaran sekaligus. Jadi, satu struk, bayar dulu. Padahal itemnya terbagi jadi empat struk.

Saya mendengar ibu-ibu belakang saya mengobrol dengan yang lainnya : "Kita salah pilih antrian."
Hehehehehehe.
 Ibuuuuu, kan sudah saya kasih tahu!

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.