PERJALANAN PERTAMA NAMIB
“Semua ada aturannya,”
nasehat Mimi dulu.
“Patuhi
aturannya,” pesan Pipi kemarin.
“Jangan pernah melanggar aturan!” tegas Mimi tadi malam.
Namib
lama-lama bosan mendengarnya. Dari hari ke hari, Pipi dan Mimi
mengingatkan terus menerus tentang aturan.
Namib adalah semut gurun yang tinggal di bawah gurun
pasir bersama orang tuanya, Pipi dan Mimi. Mereka bertetangga dengan ribuan semut
gurun lainnya. Setiap hari Pipi dan Mimi
keluar mencari makanan bersama semut pekerja lainnya. Namib belum pernah diajak karena ia masih
kecil.
“Kapan aku bisa ikut Pipi dan Mimi?” rengek Namib.
“Tunggu saat yang tepat, Namib. Semua ada waktunya,”
jelas Mimi.
“Perjalanan di gurun pasir itu berat,” terang Pipi.
“Udaranya yang panas membahayakanmu.”
“Aku pasti bisa. Aku kan kuat seperti Pipi!” Namib
terus merengek.
“Tidak semudah itu, Namib. Perjalanan itu sangat
panjang dan melelahkan,” Pipi berusaha menjelaskan lagi.
“Pipi bisa mengandalkanku!” Namib masih berusaha meyakinkan.
“Baiklah, besok kita coba,” akhirnya Pipi menyerah.
Horeee, Namib sungguh senang sekali. Sayang sekali, ketika Pipi memberikan
penjelasan tentang perjalanan di gurun pasir, Namib tidak banyak mendengarkan.
Ia sibuk membayangkan petualangannya besok. Malam itu, Namib tidur lebih awal.
Ia begitu bersemangat sehingga ingin cepat-cepat bertemu pagi.
Ketika pagi menjelang, Namib telah siap di mulut lubangnya. Pipi berdiri di depannya, Mimi ada di belakangnya.
“Sekarang, Pi?” tanya Namib tak sabar.
“Tunggu, Nak. Kita tunggu hingga suhunya tepat,” Pipi
sabar menjelaskan.
Pada suhu tiga puluh derajat, Pipi mulai keluar.
Namib mengikuti dengan riang. Ia berusaha berjalan dengan gagah. Tapi Namib
kesulitan berjalan lurus. Ia terseok-seok, berjalan sangat payah. Tubuhnya
terasa dingin.
“Piiii!” Namib berteriak ketakutan. Mengapa jalannya
begini? Apakah ia sakit?
“Tahan, Namib… Nanti
jalanmu bisa lurus juga!” Mimi menyemangati. Namib menoleh kea rah Mimi.
Lihat, Mimi juga berjalan terseok-seok seperti dirinya. Namib semakin bingung.
Tapi lama-lama, ketika suhu udara mulai meningkat,
Namib dapat berjalan lurus kembali. Bahkan jalannya terasa sangat ringan dan cepat.
“Kenapa tadi berteriak-teriak panik begitu?” tanya Mimi.
“Aku takut,” kata Namib malu.
“Tadi malam Pipi sudah menceritakan tentang bagian
itu. Apa kau lupa?” Pipi menatapnya tajam. Namib diam menunduk. Ia tidak berani
mengaku bahwa semalam ia tidak mendengarkan sungguh-sungguh.
“Masih jauh kah?” Namib mulai kelelahan.
“Di ujung sana,” Pipi menunjuk satu arah,” sebentar lagi kita berhenti.”
“Kenapa berhenti? Aku ingin jalan saja terus supaya
cepat sampai,” Namib mulai membantah
lagi.
Tanpa menunggu persetujuan Pipi dan Mimi, Namib
melangkah cepat-cepat. Tapi baru beberapa langkah, Namib mulai merasa lemas.
Kakinya berat, tak bisa diangkat. Kepalanya seperti terbakar. Namib jatuh
pingsan.
Saat siuman,
Namib berada di pangkuan Mimi. Mereka berteduh di bawah batu.
“Namib tidak dengarkan Pipi semalam, ya?” kali ini
Pipi bertanya tegas.
“Semalam Pipi
sudah jelaskan bahwa kita akan berhenti
pada suhu tertentu,” lanjut Pipi.
Namib tidak berani berkata apa-apa. Pipi dan Mimi
pasti sekarang sudah tahu bahwa ia tidak memperhatikan aturan Pipi semalam.
Kalau Namib tidak bersikap baik sekarang, Pipi dan Mimi tidak akan mengajaknya
lagi. Namib tidak mau itu terjadi.
“Sekarang suhunya sudah enam puluh tujuh derajat,
Namib. Jika kita berjalan terus, kita tidak akan kuat,” Pipi menjelaskan lagi.
Kali ini Namib mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
“Bagaimana Pipi tahu?” tanya Namib.
“Semua semut gurun bisa mengukurnya sendiri jika sudah sering berjalan.Jangan khwatir,
kau juga nanti bisa,” tegas Mimi sambil
memeluknya.
Ketika suhu sudah turun, mereka melanjutkan
perjalanan. Mereka kembali ke sarang setelah mendapatkan makanan. Namib
senang bisa mengangkat makanan yang jauh
lebih besar dan lebih berat dari dirinya. Ia melihat Pipi dan Mimi juga hebat
dan kuat.
Pulang menuju
sarang tidak seberat seperti ketika
berangkat pagi tadi. Namib juga belajar banyak dari perjalanan pertama hari
ini. Pelajaran terpenting adalah: peraturan perlu diperhatikan untuk
keselamatan!
Tidak ada komentar: