HAFIDZ DAN SEKOLAHNYA

Senin, Desember 14, 2015
Catatan 28 Juli 2015

Ibu itu pusat cahaya rumah. Itu kata teman saya dulu.
Ibu gak boleh sakit. Itu kata teman yang lain.
Mungkin ada benarnya.

Sejak Jumat sore ada yang salah dengan badan saya. Kelelahan seperti bertumpuk-tumpuk, dan mesinnya mulai ngadat.
Saya tepar, dan agenda Ahad menjadi batal.
Hari pertama kerja juga tidak bisa.
Tapi ritual pagi hari pertama sekolah, tetap berjalan seperti biasa.

Nabila berangkat sendiri; setelah berjibaku sehari sebelumnya dengan aneka pernak pernik MOPD.
Najma, Zahra, Hafidz ribet dengan baju muslim yang harus dipakai dihari pertama. Juga dengan bekal 'kue lebaran' yang perlu dibawa.

Saya tidak mencemaskan Zahra dan Najma.
Saya mencemaskan Hafidz; karena ini pertama kali ia masuk secara 'resmi'.
Saat pondok ramadhan kemarin, dia sempat bisik-bisik pada Najma: "Aku besok gak mau lagi sekolah disitu."
"Kenapa?" tanya Najma.
"Sumuukk!!"
Wehehehehe.

Maka saya berusaha menjaga moodnya untuk sekolah. Segala persiapan dilakukan sedetil mungkin. Jam tidur diatur lebih ketat. Pernak-pernik perlengkapan sekolah ditata dengan gembira.
Entah kenapa, dia menolak memakai tas ranselnya yang bergambar mobil. Hafidz memilih memakai tas laptop orang dewasa yang berwarna hitam.

"Kakak tidak apa-apa pakai itu?" saya yang cemas.
"Tidak apa-apa. Aku mau pakai ini saja," jawabnya cuek.
Mas Budi cuma senyum-senyum geli.
"Biarin, sudah maunya gitu," bisiknya. Wah, ora umum tenan!

Senin pagi, walau sakit, tetap saya yang mengantar mereka bertiga ke SDIT.
Hafidz menuju kelasnya. Tas hitam itu, dengan tali yang masih terlalu panjang untuknya, dibopong dengan semangat.Langkahnya terhuyung-huyung menahan beban tas. Tampak aneh dan lucu.

Saya senyum-senyum geli, apalagi ketika salah satu temannya menyongsongnya dan bengong melihat tas itu.
"Wiiiik!!" seru teman Hafidz itu.
Wahahahha.
Hari kedua, tetap saja tas itu dipakainya.

Ketika pulang sekolah, saya bertanya : "Kakak gembira di sekolah?"
"Gembiraaaaaaa!!!" jawabnya semangat, sambil mengacungkan tangannya yang terkepal.

Aih, Ai lop yu, Gantengkuuuuu!

*lupakan sejenak badan yang ambruk*

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.