PANGERAN DZEQI
“Pangeran,
ke pemandian dulu!” dayang Nura berteriak mengejar. Tapi Pangeran Dzeqi
berlari menghindar sambil tertawa-tawa.
Ia segera masuk joglo di dekat
kolam ikan.
Ini hari bercerita. Ayahanda Raja telah memanggil Amang Crito, seorang pedongeng hebat, untuk berdongeng setiap hari Minggu sore.
Berbagai dongeng bagus diceritakan. Pangeran Dzeqy paling suka cerita tentang satria-satria
perkasa kerajaan.
Aku
juga suka mendengarkan cerita itu. Eh, tidak cuma aku saja. Tapi juga
teman-teman penghuni kebun istana ini. Aku, ulat bulu yang montok, suka
bertengger di ranting pohon jambu. Pohon jambu ini ada di sudut bagian depan. Teman-teman kawanan semut
bergerombol di rumput. Burung dara bertengger di rumah-rumah kayunya. Bila
dongeng dimulai, kami mendengarkan dengan tenang.
Pangeran
Dzeqy sesungguhnya pangeran yang tampan.Tapi ia malas mandi, terutama mandi sore. Dia juga suka
menyimpan barang-barangnya sembarangan.
Bila berlatih memanah atau berkuda, ia
akan melemparkan pakaiannya begitu saja, di mana saja. Karena kebiasaannya yang
jorok itu,kami menjulukinya Pangeran Dzeqil. Hihi, tidak jauh beda dengan
namanya yang asli, kan?
Kali
ini Amang Crito bercerita tentang ksatria Hujefa yang jago bermain pedang dan memanah. Cerita itu begitu
menakjubkan hingga semua menahan nafas mendengarnya. Apalagi ketika sampai pada
bagian Kstaria Hujefa bertanding memanah dengan musuhnya.
“Aku mau jadi ksatria Hujefa!” tiba-tiba Pangeran
Dzeqy berteriak.
“Ksatria
Hujefa harus pintar memanah,” kata Putri
Rumaisya. Putri Rumaisya adalah kakak Pangeran Dzeqy.
“Aku
pintar memanah! Nanti aku minta Ayahanda untuk adakan lomba memanah! Aku pasti
jadi pemenangnya!” tukas Pangeran Dzeqy.
Huh, sombongnya! Aku memandangnya dengan gemas. Eh, tentu saja Pangeran Dzeqy tidak
bisa melihatku. Aku kan tersembunyi di ranting pohon jambu!
Beberapa pekan kemudian, lomba memanah itu benar-benar
dilaksanakan. Lomba memanah untuk
anak-anak seusia Pangeran Dzeqy. Ada
pangeran dari kerajaan lain yang juga ikut.
Setiap hari aku memperhatikan kesibukan persiapan lomba. Para prajurit
menyediakan panah dan busurnya. Raja memberikan tugas khusus kepada panglima perang yang jago memanah untuk
melatih peserta. Raja ingin lomba memanah ini benar-benar memunculkan
calon-calon pemanah ulung.
Pangeran
Dzeqy sungguh giat latihan. Ia betah berdiri lama tanpa mengeluh untuk membidik sasaran. Namun sayangnya,
kebiasaan malas mandi terus berlanjut. Bila telah berkeringat, aku bisa mencium
keringatnya yang kecut. Ampun, seperti jeruk!
“Kstaria
kok malas mandi!” Putri Rumaisya mengejeknya.
“Biar
saja. Yang penting jago memanah!” kata Pangeran Dzeqy tak peduli.
“Badanmu
akan gatal dan bau!” Putri Rumaisya terus menggoda.
“Siapa
bilang? Aku tidak bau dan tidak merasa gatal kok!” Pangerwan Dzeqy tak
mau kalah.
Tidak
bau? Tidak gatal? Baiklah, kupikir ia harus diberi pelajaran tentang akibat
malas mandi! Dan aku sudah tahu caranya!
Sehari
menjelang lomba, Pangeran Dzeqy semakin giat. Hingga siang hari latihan terus diikutinya
dengan tekun.Aku menunggu saat yang tepat untuk beraksi.
Nah,
itu dia kesempatanku! Pangeran Dzeqy melepas pakaian bagian atas dan menyimpannya sembarangan. Pakaian itu
tergeletak agak jauh dari tempatku. Aku naik ke atas daun kering. Burung merpati
menerbangkan daun itu dan mendaratkanku di dekat baju.
“Hati-hati!” pesan merpati. Aku menyusup ke dalam baju,
dan mulai meninggalkan beberapa helai buluku. Setelah itu, aku kembali menaiki
daun dan merpati menerbangkanku lagi. Beres. Kami tinggal menunggu hasilnya!
Pangeran
Dzeqy mengenakan kembali pakaiannya
setelah selesai berlatih. Sekian menit, Pangeran mulai menggaruk. Semula
lengannya. Lalu berpindah ke perutnya, kemudian dadanya. Rasa gatal menyebar ke
punggungnya. Semakin digaruk, kulitnya
menjadi merah dan bentol-bentol.
“Aduuh…
Gatal sekali!”Pangeran Dzeqi meringis.
Putri Rumaisya sibuk membalur badannya
dengan minyak zaitun. Dayang Nura melepas pakaian Pangeran dan mencucinya
segera. Ia juga membalurkan garam pada pakaian itu.
Sebetulnya
akau kasihan pada Pangeran Dzeqy. Pasti tidak nyaman berbadan gatal. Apalagi besok sudah lomba
memanah. Pangeran Dzeqy tidak akan mampu berkonsentrasi dengan tubuh gatal
begitu.
“Tidak
usah mandi saja,” goda Putri Rumaisya.
“Bisa
hilang segera?” tanya Pangeran.
“Bisa
sih, tiga hari lagi!” Putri Rumaisya tertawa kecil.
“Oohh, tiidaaakk!” Pangeran Dzeqy melesat menuju
pemandian. Putri Rumaisya tertawa terbahak-bahak sambil menuju pohon jambu.
“Semoga
tidak kali ini saja Pangeran malas mandi,” katanya.
“Terima
kasih sudah membantuku membuatnya
mandi!” Putri melihatku sambil tersenyum.
Teman,
menurutmu, apakah ia tahu apa yang kami lakukan?
Note:
dimuat di KUMPULAN DONGENG PUSTAKA OLA.
Lupa tanggal dan nomor edisinya.. :(
Tidak ada komentar: