YANG HARUS IKUT WAJIB

Selasa, Februari 16, 2016
Setiap pekan, hari Rabu, Hafidz ikut ekstrakurikuler Tapak Suci.

Rabu lalu, 9 Februari, saya menjemputnya pukul 16.00. Biasanya dia sudah menunggu di depan masjid. Namun saat itu, saya tidak melihatnya. Beberapa orang tua tampak menunggu.

"Belum selesai?" saya bertanya pada Bu Yekti.
"Masih di atas, belum turun," Bu Yekti menunjuk ke atas, ruang kelas III.

"Aduh, mau hujan," saya mendesah melihat rintik-rintik mulai menyentuh tanah. Saya membawa kamera dan lupa tidak menyelipkan kresek besar ke bawah jok motor. Mantel hujan juga tertinggal.

Ada satu dua anak yang berlari turun. Mereka bersicepat dengan hujan.

"Hari ahad tanding," kata salah seorang dari mereka.

Hafidz berlari sambil tertawa-tawa. Dia menikmati benar gerimis yang mulai semakin rapat.

"Aku hujan-hujan ya?" pintanys. Say amenggeleng dan dia lunglai. Hehe.

"Ada tanding ya?" tanya saya ketika motor melaju.

"Iya, tadi sudah latihan," jawab Hafidz.

"Seru dong! Siapa lawannya?"

"Musuh!"

"Lha iya, siapa orangnya?"

"Aku gak tahu. Dia musuh," Hafidz berkata begitu dengan nada cuek.Ya sudahlah.

Tiba  hari Ahad, Hafidz mogok.

"Lho, katanya mau tanding? Diantar Ayah, gih," saya membujuknya. Hafidz menunduk saja.

"Kata Hafidz, takut dadanya kena pukul," Najma berbisik-bisik. Ooh.

"Bukannya harus ikut, Kak?" saya memancing dia berbicara.

"Kata ustadz, yang ikut WAJIB," katanya. Saya diam mencerna maksudnya.

"Gak ikut gak apa-apa. Yang harus ikut, WAJIB," dia mengulang lagi.

Ayah, Nabila, Najma tertawa. Saya menahan geli.

"Ooooh, karena kakak namanya bukan WAJIB, maka boleh gak ikut?"

Ayah, Nabila, Najma semakin tergelak.

Hafidz memandang saya, lalu kabur. Dia sembunyi di tangga..

Nah, masih soal bahasa.

Semalam, dia bilang bahwa hari ini ada tugas membawa barang.

"Apa saja, Kak?" tanya saya.

"Itu, kotak susu, terus tisu. Bagian tengahnya tisu gulung diambil," katanya, sambil sibuk melipat-lipat kertas di lantai.

"Terus, sama apa lagi?" saya bertanya lagi. Khawatir ada yang terlewat dan bikin dia bete esok pagi.

"Sudah itu aja, gak pakai SAMA," kaanya.

Ayah dan Nabila yang ada dekat saya terbahak. Saya diam sejenak, masih loading. Lalu terkekeh.


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.