JAA!!!

Kamis, Februari 04, 2016


“Tidak ada yang mau berteman denganku,” Jaa   mengomel. Kakinya menendang-nendang kayu di depannya. Bletak! Kayu itu mendarat di kepala Liilaa yang sedang menenun songket. Liilaa melotot marah.
                Jaa buru-buru pergi. Bila sedang kesal begini, hutan adalah satu-satunya tempat yang nyaman untuk menyendiri.
                “Teman-temanku memang menyebalkan!” Jaa duduk  di atas batu besar dengan kesal. Pohon beringin rindang melindunginya dari matahari. Jaa memungut batu-batu di dekatnya dan mulai melempar.
                Satu kali, batu itu melambung jauh ke depan. Menghantam sesuatu dengan keras. Jaa puas. Tapi rasa kesalnya membutuhkan pelampiasan. Ia mengambil batu kembali, dan melemparkannya lagi. Batu itu melenceng kea rah barat sedikit, dan menghantam sesuatu.
Eh, bukan sesuatu! Itu seseorang! Jaa belum  sempat berlari ketika Pak Tua Tuppaa muncul tiba-tiba di depannya. Pak Tua Tupaa terkenal galak. Wajahnya merah, pipinya sedikit lebam.
“Siapa  yang lempar batu ini?” Tuppaa berteriak keras sekali. Satu tangannya yang memegang busur panah teracung tinggi. Jaa takut melihatnya.
“Itu..ituu..,” tangan Jaa menunjuk kea rah lain.
“Itu siapa?” suara Pak Tua Tuppaa semakin lantang.
“Klarii!” Jaa asal menyebut. Tangannya menutup mulut dengan cepat. Ooh, terlambat!  Jaa sudah terlanjur melontarkan nama itu!
“Anak itu harus diberi pelajaran!” Pak Tua Tuppaa balik kanan, dan melangkah lebar-lebar.
Satu kali lompatan,  Jaa berbalik arah dan melesat. Ia harus cepat-cepat tiba di rumah Klarii sebelum didahului Pak Tua Tupaa.
“Klariiiiiiii!” Jaa sudah berteriak-teriak seperti kesetanan ketika mendekati rumah Klarii. Klarii, teman sebayanya, memandang dengan bingung.
“Ayo, ikut aku!” Jaa menarik-narik tangannya. Klarii semakin bingung.  Anyaman keranjang rotan yang sedang dikerjakannya terlepas.
“Aku harus selesaikan ini!” Klarii melepaskan tangannya dengan paksa. Jaa kembali menarik-narik tangannya.
“Ini penting!” desak Jaa.
“Apa  yang penting?” Klarii melotot.
“Pokoknya penting!” Jaa balas melotot.
“Sebutkan dulu!” Klarii menantang. Jaa semakin panic. Ia harus cepat-cepat membawa Klarii sebelum Pak Tua Tuppaa datang.
“Amanii punya kejutan untukmu!” Jaa menjawab asal. Klarii  meletakkan anyaman rotan dan mengikuti Jaa. Sekarang Jaa  bingung lagi. Masalah Pak Tua Tuppaa selesai, tapi kini ia harus memikirkan Amanii dan kejutannya.
“Amanii dimana?” laupun heran, Klarii bertanya heran ketika mereka menuju hutan.
“Amanii menunggu di sana,” Jaa menunjuk kea rah barat. Walaupun bingung, Klarii tetap mengikuti Jaa.
“Nah, kau! Anak nakal!!” tiba-tiba Pak Tua Tuppaa ada di depan mereka. Jaa terkejut, Klarii apalagi.
“Lihat hasil perbuatanmu!” Pak Tua Tuppaa menunjuk pipinya yang lebam dan bengkak.
“Awas, aku pasti akan melaporkan pada orang tuamu!” Pak Tua Tuppaa mengulurkan tangannya hendak menarik tangan Klarii. Jaa cepat-cepat menyeret Klarii  sambil berlari. Klarii terseret-seret mengikuti. Ia sungguh ketakutan melihat kemarahan Pak Tua Tuppaa.
Pak Tua Tuppaa berteriak-teriak dengan kesal. Ia tidak mungkin bisa mengejar, karena kakinya pincang.
Di tepi sungai, Jaa dan Klarii berhenti.
“Kenapa Pak Tua Tuppaa marah padaku?” Klarii bertanya heran.
“Kenapa aku disebutnya anak nakal?” Klarii menatap Jaa tajam. Klarii tahu, Jaa pasti menyembunyikan sesuatu.
“Ooh, ituu… Eh, begini..,” Jaa menjawab gugup.
“Haaaii!” seseorang memanggil  dan melambai dari kejauhan. Amanii berlari-lari kecil ke  arah mereka. Jaa pucat pasi. Aduh, gawat!!
“Sedang apa kalian disini?” Amanii bertanya.
“Menemui kamu! Jaa bilang kamu punya kejutan untukku” jawab Klarii. Amanii mengerutkan dahinya.
“Kejutan? Kejutan apa?” Amanii balik bertanya.
“Lho, mana kutahu. Kamu yang punya kejutan!” Klarii menjawab dengan kesal. Amanii dan Klarii berpandangan dnegan bingung.
“Eh, itu… Eh, maaf, ya. Aku harus pulang sekarang!” Jaa balik kanan dan lari dengan cepatnya.Meninggalkan Klarii dan Amanii yang kebingungan.
“Jaaaaaaa!!!!!!!!” Klarii dan Amanii berteriak. Mereka  baru sadar, Jaa sudah berbohong dan mempermainkan mereka.
Nah, kamu sekarang tahu kan, kenapa Jaa tidak punya teman?

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.