KENAPA SAYA JAIL?

Senin, Maret 14, 2016
Saya janjian ketemu sama dua siswa saya di SMPN 2 Plandaan dulu. Sekarang mereka sudah besar. Sudah mahasiswa.

Ketemuannnya di acara talk show FLP Jombang. Tepatnya di aula Bung Tomo.

Dua  peserta muncul.

"Ibu, kangeeen," katanya. Saya diam sejenak. Bukan mengheningkan cipta, bukaaaan! Saya mikir, ini siapa ya? Lalu, saya lihat tahi lalatnya. Ah, ingat sekarang! Namanya Dwi Apri. Pintar, santun, sholihah. Saya promo nih, jika mau mengambilnya jadi menantu, hubungi saya. Tapi jika sakit berlanjut, hubungi dokter.

Omong-omong tentang tahi lalat, saya menemukan kebesaran dan keagungan Allah. Betapa Allah memberikan kecerdasan pada manusia untuk menamai benda dengan tepat. Di surat Al Baqarah dikisahkan bagaimana Nabi Adam diminta menyebutkan nama-nama benda oleh Allah. Dan para malaikat takjub.
Contoh kongkrit yang saya temui kini adalah penamaan benda hitam di wajah. Disebutnya tahi lalat. Itu tepat, logis,dan manis. Seandainya diberi nama tai kebo, bagaimana coba? Apalagi tai gajah. Idih!

Kembali ke Dwi Apri. Sampai acara berakhir, saya tidak punya kesempatan ngobrol lama. Sebagai ketua FLP, saya perlu nampak sibuk. Biar kelihatan penting.

"Mana Suhartono?" saya tanya Dwi Apri. Sebenarnya ingin tanya langsung ke Suhartono, dia kemana. Tapi dia tidak ada. Ya sudah, tanya saja pada yang ada.
"Tadi ada, Bu," katanya.

Yaaah, gak bisa ketemu. Padahal saya penasaran, bagaimana dia sekarang.

Maka, malam hari saya kirim wa padanya.

 "Assalamualaikum wr  wb. Suhartono tadi datang ya? Saya pangling, gak hafal yang mana dikau. Saya kira gak datang. Dwi Apri yang beritahu. Dan saya menyesal sampe gak ngeh gitu. Maafkan ibu gurumu yang pelupa .."

Sengaja dibuat agak lebay, biar dramatis. Dini hari, dia baru balas.

"Waalaykumussalam wr wb. Mohon maaf tidak bisa lama-lama. Kelihatannya Bunda juga sibuk. Jadi saya pulang duluan."

Eh, dia tahu penyamaran saya menjadi orang sok sibuk. Sakti!

"Waaaa." Ini biar lebih dramatis juga.

"Tadi udah ikut nimbrung foto bareng Bunda koq, hehehe."

"Lho, iya kah? Saya bener-bener pangling. YAng ada di kepala saya itu Suhartono  smp  duluuuu."

"Iya, bareng Hamzan dan Bu Sinta juga."

"JAdiii, gimana Suhartono sekarang? Eh, kepo!"

"Saya balik ke Surabaya, Bun. Masih harus skripsi."

"Oh ya, alhamdulillah. Murid-murid saya semakin dewasa, saya menua."

"Hehehe. Sudah sewajarnya, Bun."

"Iya, kadang suka lupa kalau sudah tua."

"Nanti kalau balik ke Jombang lagi, saya mampir ke rumah Bunda ya sekali-sekali."

"Okeh, saya tunggu. Fii amanillah. Hati-hati di jalan. Jangan..."

"Jangan?"

"Jangan ngelamar akhwat sembarangan. Hehehe."

"Hehehe. Bunda bisa aja, Baik, Bun."

"Saya juga mau antar suami."

"Nggeh."

"Suhartono gak nanya saya mau antar suami kemana?"

"Saya kira ke masjid, Bun."

"Bukaaan. Kalau ke masjid, suami bisa jalan sendiri. Gak usah saya antar."

"Lantas?"

"Apalagi saya gendong."

"Hehehehe."

"Kemana hayo? Tebak-tebakan yuuk."

"Emm. Pagi-pagi gini kemana ya?  Jalan-jalan mungkin. Atau ke pasar. Belanja, Hehe."

"Ke pasar? Kalau ke pasar, suami yang antar saya."

"Oh, kebalik ya. Saya kurang ahli, Bun. Kalau pagi biasanya balik ke kamar."

"Oh, ya. Saya maklum."

"Saya menyerah."

"Anak kost begitu. KArena yang dikuasai kamar, jadi pagi-pagi balik ke kamar. Kalau emak-emak kan menguasaia daur, jadi pagi-pagi ke dapur. Meraja lela di dapur."

Eh, saya singkat dialognya. Pegel ngetik.

"JAdi kemana, Bun? Maaf saya jadi kepo."

"Ke...hatikuuuuuuu!" (emot senyu, lalu terbahak, lalu melet)

"Tidak kepikiran." dia keluarkan emot tertawa nangis. Atau nangis tertawa? Terserah kau saja.

"Suka jail ternyata Bunda."

Nah, dipersingkat lagi ya.

"Selamat beraktifitas. Saya mau ngojek dulu."

"Iya, Bun."

"Gak nanya saya ngojek kemana?"

"Ini jawabannya bukan jail lagi kan bun. Kalau iya, saya tahu arahnya. Sepertinya."

"Kemana?"

"Ke hati suami Bunda."

"Bukaaaan. Ke  sekolah. Hehehe."

"Hehehe. Kapok udah."

"Jangan, jangan kapok. Gak seru. Sudah ah. Saya mau siap-siap. Selamat mengerjakan skripsi. Semoga dimudahkan, cepat lulus dan menikah."

"aamiin. Saya tidak akan tanya siap-siap apa."

"Siap-siap meluncur. Tanyain gih, kemana?"

"Ke dapur, masak."

Saya mengeluarkan emot tutup mulut.

"Hehehe."

****

Nah, saya heran. Darimana saya dapat energi jail begini. Bukankah saya guru yang sopan, santun dan rajin menabung?








Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.