MENINGGALKAN JEJAK
Gajah mati meninggalkan belang.
Eh, salah. Perlu diralat? Ah, gak usah. Kan sudah pintar.
Kalau dipikir-pikir, hidup yang
cuma sekali-kalinya ini, eman kalau tidak meninggalkan jejak.
Pernah baca quote
begini:
“Jika kau bukan anak raja atau
ulama, jadilah penulis.”
Saya lupa siapa thabi’in yang
katakan ini. Ada catatannya, di salah satu slide yang pernah saya buat untuk
pelatihan menulis anak sd. Tapi lagi hoream nyari.
Paham hoream? Itu ada lagunya,
lho. Gini : ‘hoream... Hoooreaam... Hoream, anak yang manis...’
Saya suka nulis. Dari yang
serius, termehek-mehek, sampe unyu-unyu.
Kata suami, saya ini lebay. Dan kelebayan ini membawa rahmat. Setidaknya, saya
jadi punya banyak kosa kata untuk bercerita.
Berbanding terbalik dengan
suami, yang bicaranya pendek-pendek. Kalau ditanya, ‘gimana kejadiannya?’;
jawabannya hanya, ‘ya, gitu itu’. Garing. Tapi biar garing, saya suka rindu.
Huhuy. Sori, ngelantur.
Yang kedua. Oh, bukan kedua.
Tidak ada yang pertama, jadi tidak perlu ada kedua. Setuju? Setuju bae, lah.
Berikutnya, menulis bagi saya,
adalah dalam rangka meninggalken jejak.
Saya menulis apa saja di blog, di fb
(berupa status atau note). Anak-anak saya suka membaca. Banyak bahan untuk
menulis, tentunya. Hidup 24 jam sehari, masa tidak menemukan ide dari
potongan-potongan kejadian?
Dulu saya suka sekali menulis
tentang anak-anak. Cerita ringan saja. Celetukan-celetukan, kemarahan,
tebak-tebakan. Banyak hal yang membuat saya tergelak-gelak. Semula anak-anak
hanya senyum-senyum saja membaca tulisan tentang mereka. Lama-lama, mereka
tidak mau lagi. Sebab jika ada teman atau kerabat yang membaca dan merasa geli,
mereka digoda.
“Jangan ditulis, lho,” itu kata
mereka.
Nah, meninggalkan jejak ini, untuk anak-anakku, terutama. Saat mereka dewasa, mereka punya tabungan kisah yang bisa dikenang. Mungkin saja mereka akan tertawa geli sambil berpikir: 'Aku sekonyol itu' ; 'Kok aku bisa sejail itu'; 'Momen menjemput Ayah menyenangkan'. Jika saya sudah tiada, semoga itu jadi obat kerinduan mereka.
Lalu, apa pendapat saya tentang
blogger keren? Blogger keren itu,
blogger yang rajin nulis, gak kayak saya. Hehehe. Saya mah moody. Seringkali ide
disimpan saja diotak, dengn detil begini dan begitu.
Mungkin karena dalam menulis, saya
tidak sekeren tulisan yang berbobot gitu. Paling sedih kalau harus menulis yang ndakik-ndakik. Sebab
saya tidak bisa. Mikirnya lamaaaaaa.
Itu yang pertama: blogger keren
kudu rajin nulis.
Kedua, blogger keren itu, yang
isinya menginsprasi, memotivasi, memberikan pencerahan. Tidak harus berupa
pitutur, ceramah, nasihat yang lugas dan verbal begitu. Bisa saja lewat humor, anekdot, pengalaman lucu,
pengalaman sedih. Gaya menulis sekarang macam-macam, lebih cair dan lebih
luwes. Akan lebih keren lagi jika
blogger itu punya hal khusus dan unik yang diceritakan. Tema travelling, tapi
dengan angle yang berbeda. Tema
kesehatan, dengan gaya tutur yang tidak biasa, tapi tetap enak dinikmati dan
mudah dipahami.
Ketiga, blogger keren itu yang
menulis dari hati. Sesuatu yang dari
hati, akan sampai di hati. Tulisan dari hati itu mestinya yang benar dan baik.
Sebab hati adalah cermiiin, tempat pahala dan dosa berpaaaduuuuuu... (kalau
tahu lagu ini, berarti masuk kategori jadul dan separuh baya, seperti saya...).
Keempat, blogger keren itu,
yang templatenya cantik. Hahaha. Khas peyempuan,
emak-emak. Saya suka mupeng kalau
lihat blog syantik. Pengen bisa
utak-utik HTML supaya bisa menyulap blog sendiri. Ternyata, syusyyeeeee. Lihatlah blog saya. Seduwerhana. Mata saya terasa panas
melototi kode-kode itu. Tapi saya puas. Bukan karena hasil blognya (tetap saja
begini-begini). Melainkan karena saya jadi tahu dikit-dikit tentang itu.
Jadiii... . Saya masih perlu
banyak belajar. Belajar dari para senior blogger yang sudah malang melintang di
dunia persilatan blog. Mereka top-top dah, masyaa Allah. I love you. Muah, muah.
Tulisan ini sebagai respon atas tulisan Mak Diah di http://emak2blogger.com/2016/10/05/blogger-masa-kini-dituntut-keren/
Hahaha.. hoream.. hooream.. hoream anak yang manis.. adaa aja.
BalasHapusSaya ngefans ah sama Bu Guru Umi ini. Sukak baca tulisan-tulisannya :)
Btw setuju sama poin2 tentang blogger keren, meski menurut saya masih ada yg lain2 lagi :)
Hihi.. TErima kasih, Maaaak. Iya, poin-poinblogger keren baaanyaaaaak banget. Ajari aku ya MAk. Supaya sekeren dirimuuu...
HapusKl sy,mending disuruh cuci pakaian 2 baskom daripada disuruh Utak atik HTML XD
BalasHapusNitip maaak, dua baskom ya? Hehehe
HapusNitip maaak, dua baskom ya? Hehehe
Hapusbaru pertama mampir kesini salam kenal ibu guru umi :) setuju deh sama quote kerennya. Klo saya jadi bloger karena pengen banget bermanfaat buat orang lain lewat tulisan saya xixixi yg ptg niatnya klo lain2 dpt dr blog alhamdulilah pisan
BalasHapusapakah setelah menulis bisa jadi anak raja ya :)
BalasHapusmoga membawa manfaat bagi banyak orang ya...
thank
Ngutak atik html? Huah, saya bangets....bangets ancurnya.
BalasHapusjiahahaha... biar ancur yang penting puyeng! Hahaha.
HapusUtak-atik HTML? Aduh.. puyeng duluan saya.. Kalau Mbak Nur Islah mending nyuci, saya mending makan gorengan deh.. wkwk
BalasHapusGorengan? Jangan, Mak. Endut lho ntar.. Hehehe
HapusSelalu suka deehh, baca tulisan tanggapan dari Ibu Guru Umi. Emang numisnya eehh nulisnya bener2 dari hati deh Mak, syuuukaaaa.. keren deehh ;)
BalasHapusas usual, always like your writing bu guru.....hahahah lagu plesetan hoream keren juga. Bu guru, maafin, kalo boleh saran, pemilihan fonttype juga penting. Aku baca tulisan bu guru ini dengan fonttype yang agak bikin kurang nyaman di mata....entahlah mungkin karena spasi antar baris juga terlalu rapat ya? Maafin komenku ya bu guru :(
BalasHapusWaaaa..makasih masukannya ya. Iya, ntar aku benerin. Makasih sudah mampir dan perhatian. I lve you. Muah..hehe
Hapus