MENINGGALKAN JEJAK

Sabtu, Oktober 22, 2016
Gajah mati meninggalkan belang. Eh, salah. Perlu diralat? Ah, gak usah. Kan sudah pintar.
Kalau dipikir-pikir, hidup yang cuma sekali-kalinya ini, eman kalau tidak meninggalkan jejak.

 Pernah baca quote begini:
“Jika kau bukan anak raja atau ulama, jadilah penulis.”

Saya lupa siapa thabi’in yang katakan ini. Ada catatannya, di salah satu slide yang pernah saya buat untuk pelatihan menulis anak sd. Tapi lagi hoream  nyari.  Paham hoream? Itu ada lagunya, lho. Gini : ‘hoream... Hoooreaam... Hoream, anak yang manis...’
Saya suka nulis. Dari yang serius, termehek-mehek,  sampe unyu-unyu. Kata suami, saya ini lebay. Dan kelebayan ini membawa rahmat. Setidaknya, saya jadi punya banyak kosa kata untuk bercerita.
Berbanding terbalik dengan suami, yang bicaranya pendek-pendek. Kalau ditanya, ‘gimana kejadiannya?’; jawabannya hanya, ‘ya, gitu itu’. Garing. Tapi biar garing, saya suka rindu. Huhuy. Sori, ngelantur.
Yang kedua. Oh, bukan kedua. Tidak ada yang pertama, jadi tidak perlu ada kedua. Setuju? Setuju bae, lah.
Berikutnya, menulis bagi saya, adalah dalam rangka meninggalken jejak.  Saya menulis apa saja di blog, di fb (berupa status atau note). Anak-anak saya suka membaca. Banyak bahan untuk menulis, tentunya. Hidup 24 jam sehari, masa tidak menemukan ide dari potongan-potongan kejadian?
Dulu saya suka sekali menulis tentang anak-anak. Cerita ringan saja. Celetukan-celetukan, kemarahan, tebak-tebakan. Banyak hal yang membuat saya tergelak-gelak. Semula anak-anak hanya senyum-senyum saja membaca tulisan tentang mereka. Lama-lama, mereka tidak mau lagi. Sebab jika ada teman atau kerabat yang membaca dan merasa geli, mereka digoda.
“Jangan ditulis, lho,” itu kata mereka.

Nah, meninggalkan jejak ini, untuk anak-anakku, terutama. Saat mereka dewasa, mereka punya tabungan kisah yang bisa dikenang. Mungkin saja mereka akan tertawa geli sambil berpikir: 'Aku sekonyol itu' ; 'Kok aku bisa sejail itu'; 'Momen menjemput Ayah menyenangkan'. Jika saya sudah tiada, semoga itu jadi obat kerinduan mereka. 


Lalu, apa pendapat saya tentang blogger keren?  Blogger keren itu, blogger yang rajin nulis, gak kayak saya. Hehehe. Saya mah moody. Seringkali ide disimpan saja diotak, dengn detil begini dan begitu.
Mungkin karena dalam menulis, saya tidak sekeren tulisan yang berbobot gitu. Paling sedih  kalau harus menulis yang ndakik-ndakik.  Sebab saya  tidak bisa. Mikirnya lamaaaaaa.
Itu yang pertama: blogger keren kudu rajin nulis.

Kedua, blogger keren itu, yang isinya menginsprasi, memotivasi, memberikan pencerahan. Tidak harus berupa pitutur, ceramah, nasihat yang lugas dan verbal begitu. Bisa  saja lewat humor, anekdot, pengalaman lucu, pengalaman sedih. Gaya menulis sekarang macam-macam, lebih cair dan lebih luwes.  Akan lebih keren lagi jika blogger itu punya hal khusus dan unik yang diceritakan. Tema travelling, tapi dengan angle yang berbeda. Tema kesehatan, dengan gaya tutur yang tidak biasa, tapi tetap enak dinikmati dan mudah dipahami.

Ketiga, blogger keren itu yang menulis dari hati.  Sesuatu yang dari hati, akan sampai di hati. Tulisan dari hati itu mestinya yang benar dan baik. Sebab hati adalah cermiiin, tempat pahala dan dosa berpaaaduuuuuu... (kalau tahu lagu ini, berarti masuk kategori jadul dan separuh baya, seperti saya...).

Keempat, blogger keren itu, yang templatenya cantik. Hahaha. Khas peyempuan, emak-emak. Saya suka mupeng kalau lihat blog syantik. Pengen bisa utak-utik HTML supaya bisa menyulap blog sendiri. Ternyata, syusyyeeeee. Lihatlah blog saya. Seduwerhana. Mata saya terasa panas melototi kode-kode itu. Tapi saya puas. Bukan karena hasil blognya (tetap saja begini-begini). Melainkan karena saya jadi tahu dikit-dikit tentang itu.

Jadiii... . Saya masih perlu banyak belajar. Belajar dari para senior blogger yang sudah malang melintang di dunia persilatan blog. Mereka top-top dah, masyaa Allah. I love you. Muah, muah.



Tulisan ini  sebagai respon atas tulisan Mak Diah di http://emak2blogger.com/2016/10/05/blogger-masa-kini-dituntut-keren/

14 komentar:

  1. Hahaha.. hoream.. hooream.. hoream anak yang manis.. adaa aja.
    Saya ngefans ah sama Bu Guru Umi ini. Sukak baca tulisan-tulisannya :)
    Btw setuju sama poin2 tentang blogger keren, meski menurut saya masih ada yg lain2 lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi.. TErima kasih, Maaaak. Iya, poin-poinblogger keren baaanyaaaaak banget. Ajari aku ya MAk. Supaya sekeren dirimuuu...

      Hapus
  2. Kl sy,mending disuruh cuci pakaian 2 baskom daripada disuruh Utak atik HTML XD

    BalasHapus
  3. baru pertama mampir kesini salam kenal ibu guru umi :) setuju deh sama quote kerennya. Klo saya jadi bloger karena pengen banget bermanfaat buat orang lain lewat tulisan saya xixixi yg ptg niatnya klo lain2 dpt dr blog alhamdulilah pisan

    BalasHapus
  4. apakah setelah menulis bisa jadi anak raja ya :)
    moga membawa manfaat bagi banyak orang ya...
    thank

    BalasHapus
  5. Ngutak atik html? Huah, saya bangets....bangets ancurnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jiahahaha... biar ancur yang penting puyeng! Hahaha.

      Hapus
  6. Utak-atik HTML? Aduh.. puyeng duluan saya.. Kalau Mbak Nur Islah mending nyuci, saya mending makan gorengan deh.. wkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gorengan? Jangan, Mak. Endut lho ntar.. Hehehe

      Hapus
  7. Selalu suka deehh, baca tulisan tanggapan dari Ibu Guru Umi. Emang numisnya eehh nulisnya bener2 dari hati deh Mak, syuuukaaaa.. keren deehh ;)

    BalasHapus
  8. as usual, always like your writing bu guru.....hahahah lagu plesetan hoream keren juga. Bu guru, maafin, kalo boleh saran, pemilihan fonttype juga penting. Aku baca tulisan bu guru ini dengan fonttype yang agak bikin kurang nyaman di mata....entahlah mungkin karena spasi antar baris juga terlalu rapat ya? Maafin komenku ya bu guru :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaa..makasih masukannya ya. Iya, ntar aku benerin. Makasih sudah mampir dan perhatian. I lve you. Muah..hehe

      Hapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.