BUKUNYA KADER

Selasa, Desember 05, 2017


Buku setebal 350 halaman ini ditulis oleh Majdi al Hilali dan Ali Abdul Halim Mahmud. Diterbitkan oleh PT ERA ADICITRA INTERMEDIA. Diterjemahkan oleh Faridi, Syauqi Hafizh dan kawan-kawan dari tulisan yang berjudul asli: Raka’izud Da’wah Fahm Ushulil Islam. Editor buku versi Indonesia ini adalah Ali Ghufron.

Penulis memberikan pengantar mengenai kondisi umat Islam saat ini, yang sudah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadistnya:
“Segera akan datang masa dimana umat-umat lain memperebutkan kalian sebagaimana memperebutkan makanan dalam nampan.” (HR. Tirmidzi dan Abu Daud dari Tsauban r.a. Abu Daud menyatakan bahwa hadits ini shahih)

Dua titik ekstrim yang digambarkan penulis adalah: satu sisi, daya tahan pengusung kebatilan dan dedikasi mereka sangat tinggi dalam mengimplementasikan strateginya. Sisi lain, sebagian kaum muslimin berada dalam kelalaian, kecuali yang diberikan rahmat oleh Allah Subhanahu waTa’ala.
Kondisi ini menuntut usaha dakwah yang tekun, berkelanjutan, agar umat bangkit dari kelesuannya. Fase dakwah saat ini membutuhkan kader-kader dakwah yang dapat memikul dakwah dan berjalan bersamanya.

Penggambaran jalan menuju kemenangan dakwah ini yaitu:
‘… adalah jalan yang bertabur rasa sakit. Hamparan buminya adalah duri. Bentangan langitnya adalah badai dan mara bahaya. Sedang karakteristiknya adalah mati syahid… Fondasinya adalah menggiatkan shiyam dan qiyam sepenuh khusyuk serta ketundukan…’

ISI

Buku ini terdiri dari 10 bab, yang masing-masing bab menjabarkan kedalaman rukun baiah yang dihimpun oleh Imam Hasan AlBanna, seorang mujaddid dakwah, pendiri gerakan dakwah Ikhwanul Muslimin. Pemikiran dan gerakan dakwah yang dipelopori Imam Hasan Al Banna menjadi inspirasi gerakan dakwah seluruh dunia.
Baiah, atau baiat dalam buku ini bermakna ‘…baiat untuk jihad di jalan Allah, yaitu meninggikan kalimat Allah, dengan kompensasinya adalah keridhaan Allah SWT dan surga pada hari kita akan bertemu denganNya sebagai suatu karunia dan rahmat dariNya.’

Bab pertama, adalah rukun al fahmu. Pada bab ini, dijabarkan kedua puluh prinsip. Prinsip pertama, bahwa Islam adalah sistem komprehensif. Islam adalah negara dan tanah air, Islam adalah pemerintahan dan umat, Islam adalah akhlak dan kekuatan, rahmat dan keadilan, peradaban dan undang-undang. Islam juga ilmu pengetahuan dan pengadilan, materi dan kekayaan, usaha dan kecukupan, jihad dan dakwah, tentara dan fikrah. Terakhir, Islam adalah akidah yang benar sekaligus ibadah yang benar.

Prinsip kedua, Al Quran dan As Sunnah adalah rujukan. Hingga prinsip kedua puluh, yaitu hukum mengafirkan seorang muslim. Imam Hasan Al Banna membahas dengan teliti tentang menuduh kafir seorang muslim yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat. Perbuatan menuduh kafir ini sangat berbahaya karena akan berbalik mengenai orang yang melontarkannya kepada ornag yang tidak pantas menyandangnya. Na’udzubillahi min dzalik. Pada bagian ini, dibahas apa saja situasi-situasi yang memungkinkan seseorang dihukumi sebagai kafir (halaman 106 – 108).

Bab dua, yaitu rukun ikhlas. Dibuka dengan hadist ini:
‘ Suatu hari, Umar r.a memasuki masjid NAbawi kemudian melihat Mu’adz bin Jabal menangis dekat kubur Rasulullah saw.
Umar bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?”
Mu’adz menjawab,” Aku mendengar Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya sedikit riya itu syirik, dan sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa yang merahasiakan dirinya, yaitu orang-orang yang jika mereka tak ada, mereka tidak dicari, dan jika mereka ada, mereka pun tidak dikenali. Hati-hati mereka bagaikan lentera petunjuk. Mereka selamat dari setiap masalah yang mengimpit.” (HR Thabrani dan Al Hakim).

Keseluruhan bab ini terdiri dari pendahuluan, urgensi ikhlas, makna ikhlas, bahaya riya’, atsar dari ikhlas, dan tanda-tanda keihklasan. Ada juga pembahasan rintangan-rintangan keikhlasan, ditambah jalan menuju keikhlasan. Pembahasan bab dua cukup mendalam dan memberikan banyak penanda bagi pembaca mengenai lekuk-lipat hati dan jiwa dalam melatih keikhlasan.
Bab berikutnya, berlanjut pada rukun baiah lain, dari rukun ketiga, yaitu rukun amal, hingga kesepuluh, yaitu rukun tsiqah.
Detil tiap bagian, semoga bisa saya tuliskan lain waktu, insyaaAllah.

BAGUS, KAH?
Detil pembahasan dalam tiap rukun sangat membantu pembaca, terutama aktivis dakwah, untuk mendalami tiap-tiap bagiannya. Dilengkapi dengan dalil dan petikan sirah nabiy dan sirah shahabat.
Pembaca seperti dituntun untuk menelisik fitrah jiwa manusia, yang menjadi penguat dalam berdakwah. Selain itu, titk-titik kelemahan jiwa yang menjadi penghalang tiap-tiap rukun juga ditampakkan dan dijabarkan secara baik. Rasanya malu ketika sampai pada bagian-bagian ini. Ya Allah, ini aku banget! Hiks, banyak yang harus dibenahi dan diperbaiki. Astaghfirullah, huaaa.


KADER DAKWAH KUDU PUNYA!

Jangan mengaku kader dakwah, jika belum menjadikan buku ini sebagai salah satu koleksi buku di perpustakaan keluarga. Eh, belum punya perpus keluarga? Ish, bikin, atuh! Gonta ganti gadget bisa, masa mengumpulkan buku tidak bisa!
Sungguh ter-laaa-luuu!!!



Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.