SALAM BAGIMU, YA RASULULLAH

Jumat, Desember 01, 2017



Salam bagimu, ya Nabiyallah.

Penghulu para Nabi, tempat berkumpulnya segala keutamaan dan kemuliaan.
Penjagaan Allah Subhanahu waTa’ala bagimu sungguh tak pernah putus. Pagar-pagar langit dibentangkan untuk menghembuskan kehangatan dan kasih sayang. Tak boleh ada kekasaran, tak hendak ada pemberatan.

Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami; dan jika itu demikian, tentu mereka menjadikan engkau sahabat setia.
Dan sekiranya Kami tidak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka.
” Q.S Al ‘Isra’ ayat 73 - 74.

Asbabunnuzul ayat 73 – 75 ini diterangkan dalam hadist riwayat Ibnu Mardawaih dan Ibnu Abi Hatim yang berbunyi:
Dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan bahwa ketiga ayat ini diturunkan berkenaan dengan Umayyah bin Khlaf, Abu Jahal, dan segolongan orang kafir Quraisy lain yang pada suatu ketika mendatangi Rasulullah dan berkata: “Wahai Muhammad, mintalah berkah kepada Tuhan-tuhan kami. Kami berjanji akan memeluk agamamu.” Mereka terus mendesak Rasul agar berpaling dari Islam, tetapi Beliau tetap bersikap lembut terhadap mereka.

Kemuliaan akhlaqmu melampaui batas kemanusiaan. Allah Subhanahu waTa’ala menyematkan kesabaran yang tak bertepi bagimu. Didesak, diintimidasi, diberi tipu daya, kelembutan tak hengkang dari hatimu. Kekesalan bukanlah karibmu, hingga keburukan orang-orang yang menekanmu tak kau berikan ruang untuk melepaskan kasih sayangmu.
Terbuat dari apakah hatimu, wahai Baginda? Meluas tak menyisakan amarah, meninggi tak membersitkan dengki.

Salam bagimu, ya NabiyAllah.

Pembelaan Allah Subhanahu wata’ala sungguh pembelaan terbaik. Ayat-ayat diturunkan untuk mengukuhkanmu, dan pada saat bersamaan, para kaum kafir itu mengolok-olokmu.
Mahasuci (Allah), yang telah menperjalankan hambaNya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke MAsjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadamu sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” QS al Isra ayat 1.

Dari Ummu Hani, ia mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan pendustaan Walid bin Mughirah keesokan harinya terhadap peristiwa Isra’Mi’raj yang terjadi pada rasulullah saw. “Muhammad itu tidak lain adalah seorang tukang sihir.” Bagian ini diterangkan dalam hadist riwayat Abu Ya’la.
Pembelaan langsung ini adalah kemuliaan yang agung, yang juga mengundang cobaan yang besar. Ditekan dan disebarluaskan ragam julukan, bahkan oleh kerabat sendiri, bukanlah hal ringan. Perasaan terkucil, sesak, dunia terasa sempit, tak berharga, tak berdaya, adalah tipu daya yang akan melemahkan keyakinan. Allah Subhanahu waTa’ala adalah sebaik-baik pemberi kekuatan dan kekokohan iman. Mudah bagiNya menghembuskan keyakinan di dada Rasulullah saw dan orang-orang beriman.

Salam bagimu, ya Rasulullah…

Keteguhanmu dalam dakwah adalah keteguhan langit. Mulia dan agung. Tak bosan mengajak dan menunjuki jalan, walau penolakan dan permusuhan disodorkan.
Dan apabila engkau (Muhammad) membaca Al Qur’an, Kami adakan suatu dinding yang tdiak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman pada kehidupan akhirat.” Q. S 17 : 45.
Menurut Abu SYu’aib, dalam hadist riwayat Ibnu Mundzir, ayat ini diturunkan berkenaan dengan ejekan kaum musryik Quraisy tiap kali dibacakan ayat-ayat Al Qur’an dan diajak memeluk Islam oleh Rasulullah saw. Mereka berkata: “Hati kami telah tertutup dan telinga kami tersumbat untuk menerima ajaranmu. Antara kami dan kau terdapat dinding yang kukuh.”

Lihatlah. Kaum kafir itu tak malu mendekalarasikan pembangkangan. Kesombongan diwujudkan dalam fisiknya, kata-katanya, dan tindak tanduknya. Kebebalan macam begini, layak memunculkan amarah dan putus asa. Namun keagungan akhlaqmu sungguh mempesona. Kampung akhirat adalah pengingat yang membuatmu merasa berat. Nasib umatmu, menjadi tujuan dan fokus terbesar.

Salam bagimu, ya Rasulullah..

Dan (ingatlah) ketika Kami wahyukan kepadamu,” Sungguh, (ilmu) Tuhanmu meliputi seluruh manusia.” Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk (zaqqum) dalam Al Quran. Dan Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka. “ Q.S Al ISraa ayat 60.
Dalam hadist riwayat Ibnu HAtim dan Al Baihaqi, dari Ibnu Abbas, dijelaskan sebagai berikut:
Dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa ayat ini berkenaan dengan ucapan Abu Jahal yang saat Qur’an surat Al Waqi’ah ayat 52 diturunkan, bertanya pada kaumnya (kaum Quraisy): ‘Adakah kalian mengerti apa itu zaqqum, kami akan memakan sebanyak-banyaknya.’

Demikian cara mereka mengejek dan merendahkan dakwahmu, wahai Baginda. Ejekan dan sikap merendahkan ini akan terus muncul sebagai ujian bagi kami, umat Islam. Mereka yang melakukannya, akan tersangkut dan berkubang dalam keburukan hinaan itu. Sedikitpun agama yang kau dakwahkan ini tak berkurang kemuliaannya. Ia akan diusung, dibela, daitegakkan oelh orang-orang mulia pula. Jadikanlah kami sebagai salah satunya, wahai Allah, wahai Zat Yang Maha Berkehendak.

Salam bagimu, wahai kekasih Allah.

Dan tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami) melainkan karena (tanda-tanda) itu telah didustakan oleh orang terdahulu. Dan Kami telah berikan kaum Samud unta betina (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya (unta betina) itu. Dan kami tidak mengirimkan tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” Q.S Al Israa ayat 59.

Sebab turunnya ayat diatas diterangkan dalam hadist riwayat Al Hakim dan Ath Thabrani, yang berbunyi:
“Dari Ibnu Abbas, ia mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan penduduk Mekkah yang suatu saat meminta kepada Rasulullash saw agar Bukit Shafa diubah menjadi emas dan gunung-gunung di sekitar Mekkah diratakan agar dapat dijadikan lahan bercocok tanam. Kemudian Jibril datang kepada Rasul dan berkata: ‘Apa kamu mengabulkan atau menangguhkan kemauan mereka? Jika kamu mengabulkan tetapi mereka tetap kufur, tentu mereka akan dibinasakan Allah seperti umat terdahulu.’ Rasulullah menjawab: ‘Aku akan menangguhkan.’

Mudah bagimu, wahai Baginda Rasul, memenuhi keinginan mereka dengan harapan mereka akan beriman. Namun resiko yang besar, dimusnahkan sebagaimana umat terdahulu, terhalangi oleh kasih sayangmu. Harapan dakwah meluas, keteguhan hati menjalani kesulitan, dan pengharapan akan selamatnya mereka di dunia dan di akhirat adalah ketetapn yang dipegang teguh.

Salam bagimu ya Rasulullah…
Lautan manusia akan menanti syafaatmu kelak. Dan semoga kami termasuk dalam golongan orang-orang yang beruntung itu.
Semoga Allah Subhanahu waTa’ala percikkan kerinduan dalam hati kami, memandang wajah dan menjadi golonganmu di padang mahsyar.

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.