JUST BE BRAVE!

Senin, Oktober 01, 2018
KARAKTERISTIK PAHLAWAN
Ada jiwa pahlawan dalam diri kita. Sebab kita muslim, dan fitrah muslim adalah mencintai kebenaran. Sebagai agama yang paling benar, Islam mengajarkan kelurusan fitrah.
“Maka hadapkanlah wajahmu yang lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Ar Ruum : 30)
Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini:
“Maksudnya adalah tegakkan wajahmu dan teruslah berpegang pada apa yang disyariatkan Allah kepadamu, yaitu berupa agama Nabi Ibrahim yang hanif, yang merupakan pedoman hidup bagimu. Yang Allah telah sempurnakan agama ini dengan puncak kesempurnaan. Dengan itu berarti engkau masih berada pada fitrahmu yang salimah (lurus dan benar). Sebagaimana ketika diciptakan para mahluk dalam keadaan itu. Yaitu Allah menciptakan para mahluk dalam keadaan mengenalNya dan mengakui tidak adayang berhak disembah selain Allah.” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/313)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimah berkata :
“Islam adalah agama yang fitrah yang pasti akan diterima oleh smeua orang yang memiliki fitrah yang salimah.” Artinya orang yang memiliki jiwa yang bersih sebagaiman ketika ia diciptakan pasti akan menerima ajaran-ajaran islam dengan lapang dada.



Ada jiwa pahlawan dalam diri kita.
Sebab kita muslim, yang mencintai kebenaran di jalan Allah Subhanahu waTa’ala. Istilah pahlawan, ksatira, atau para pendukung kebenaran dalam Al Quran disebut rajul. Makna secara bahasa adalah seorag laki-laki. Jika dlaam bentuk ganda (mutsanna) ia menjadi rajulaani, sementara bentuk jamaknya adalah rijaal.
Para rijaal ini ada pada setiap zaman, dan siapa pun berhak menyandang gelar itu, asal memenuhi beberapa syarat karakteristik.
Pertama, para pahlawan atau rijaal adalah mereka yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah Subhanahu waTa’ala untuk berjihad di jalan Allah.
“Dan diantara orang-orang mukmin itu ada rijal, yaitu orang-orang yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah; maka diantar mereka ada yang gugur dan diantara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu. Dan mereka tidak mengubah (janjinya).” (QS Al Ahzab: 23)
Para pahlawan (rijal) adalah orang khusus, bukan muslim kebanyakan. Dia muncul dari kalangan mukmin, yang meneguhkan dirinya dalam berjihad. Tujuannya satu, menyongsong syahid. Penantian menuju syahid diisi dengan berbagai amal sholih. Jihad tertinggi adalah berperang. Namun selama tidak berperang, para pahlawan tetap mengerahkan seluruh kebaikan dirinya untuk berkontribusi dan bergerak. Menjadi bagian dari orang-orang yang menegakkan kebenaran agama dalam diri, keluarga, atau masyarakat.

Kedua, para rijal atau pahlawan adalah orang-orang yang mendukung kebenaran, dan bernai mengingatkan penguasa tiran. Dalam Al Quran terdapat kisah kepahlawan di masa Fir’aun. Terdapat dalam surah Al Mu’min ayat 28:
“Dan seorang rajul yang beriman diantara para pengikut-pengikut Fir’aun yang menyembunyikan imannya berkata:”Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan “Tuhanku ialah Allah”, padahal dia telah datang memebawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia orang yang benar niscaya sebagian (bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu.” Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.”
Menasihaiti penguasa itu perkara sulit, apalagi penguasa dholim. Sebab kedholiman penguasa itu akan mendatangkan banyak kesulitan dan kepedihan. Seperti kisah Imam Ahmad bin Hanbal yang tetap tegar, menolak kemungkaran aqidah Khalifah Al Makmun. Pada masanya banyak ulama-ulama yang terpaksa mengikuti kemungkaran itu untuk menghindari penyiksaan. Imam Ahmad berani dan sanggup menanggung resiko atas pilihannya. Ia menjalani hari-hari pedih dengan iman yang kokoh.

Ketiga, para pahlawan itu takut kepada Allah dan mengingatkan kaumnya untuk berjihad di jalan Allah. Contoh kisah rijal yang ada pada masa Bani Israil terdapat dalam surah Al Maidah ayat 23:
“Berkatalah raujulani (dua rajul) diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memenri nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bilakamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

Keempat, ciri-ciri kepahlawanan adalah selalu mengingat Allah, mendirikan shalat dan memunaikan zakat. Mereka tidak dilalaikan oleh perniagaan dunia.
“Rijal yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat; mereka takut kepada suatu hari yang (dihari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS An Nuur ayat 37)
Orang berjiwa pahlawan tidak lalai dan tidak silau oleh dunia. Mereka tahu betul tujuan besar hidup. Shalatnya terjaga, para lelakinya berjamaah di masjid. Perniagaan dan urusan dunianya adalah wasilah menuju kebaikan hidup di akhirat, bukan menjadi tujuan utama.

Kelima, para pahlawan selalu mensucikan diri dan memakmurkan masjid.
“Janganlah kamu bersembahyang dalam masjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada rijal yang ingin membersihkan diri. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At Taubah: 108)
Karakteristik terakhir adalah mengingatkan kaumnya untuk mengikuti agama Allah.
“Dan datanglah dari ujung kota, seorang rajul dengan bergegas-gegas ia berkata:”Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu.” (QS Yasin : 20)
Seorang pahlawan adalah da’i. Hatinya terkait pada dakwah. Jika ia melihat hal buruk, ia tergerak memperbaikinya. Bila menjumpai sesuatu melenceng, ia bergegas meluruskannya. Ia menginginkan kebaikan bagi orang lain, sebagaimana ia menginginkan kebaikan tegak dalam dirinya. Menjalani proses ini tentu tidak mudah. Kadangkala peringatan dianggap sebagai ancaman. Nasihat dicurigai sebagai halangan.

BANGKITKAN!
Sepanjang sejarah, umat islam mengenal cerita kepahlawanan dari penguasa yang adil, ilmuwan, ulama hingga mujahidin. Barisan penguasa yang adil ada nama-nama: para Khulafaur Rasyidin, umar bin ‘Abdul ‘Aziz, Harun Al Rasyid, Sulaiman al Qanuni dan Abdul Hamid II. Dari kalangan ulama dan ilmuwan ada Ibn ‘Abbas, Asy Syafi’i, Ibn Fimas dll. Dari barisan mujahidin kita mengenal Thariq bin Ziyad, Khalid bin walid, Shalahuddin al Ayyubi, Muhammad Al Fatih, dan lain-lain.
Kita bisa menjadi pahlawan, yaitu dengan memunculkan karakteristik di atas di dalam diri sendiri. Kekuatan karakter itu akan menjadi energi besar yang mendorong kepribadian menjadi kokoh aqidahnya,shahih ibadahnya, kuat fisiknya. menyebarkan kebaikan dan perbaikan di sekeliling. Lakukan dari hal yang paling sederhana, libatkan orang-orang sekeliling. Sebab tak ada kebaikan yang berdaya besar jika dikerjakan sendirian.
Kemudian, luaskan spektrum kebaikan itu. Jika sebelumnya menyentuh keluarga inti, berikutnya adalah tetangga, rekan kerja, dan seterusnya. Organisir kebaikan dan perbaikan dengan rapi agar menghasilkan perubahan yang maksimal.
Jangan lupa bersabar dan berdoa. Proses menumbuhkan, membangkitkan dan memelihara jiwa pahlawan dalam diri adalah proses panjang dan melelahkan. Tetaplah berbahagia dalam kelelahan itu, tetaplah berani, sebab janji ampunan dan syurga Allah sungguh indah!
Just be brave!

Ibu Guru Umi; menulis agar bahagia.
Senin, 01 Oktober 2018, 00.24 WIB

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.