TOPLES DAN BALOK: BUNGKUSSS!
Jumat, 19 November 2021, kebetulan saya bekerja dari rumah, WFH. Sebetulnya juga tidak terlalu pengaruh, karena walaupun WFH, saya kerap ke sekolah. Saat ini sedang persiapan penilaian akhir semester (PAS) ganjil 2021/2022. Bhahaha, komplit bener menulisnya. Ya kan tulisan ini akan jadi rekam jejak, jadi perlu agak detil supaya jelas jika dibaca kelak kemudian hari.
Balik ke Jumat, 19 November 2021.
Kali ini saya tidak ke sekolah. Niat ingsun akan stay di rumah, tidak ke mana-mana, anteng di depan laptop. Bisa saja saya ikuti zoom dari sekolah. Tapi terasa kurang nyaman, karena godaannya banyak. Godaan makanan yang melimpah di meja panjang ruang kurikulum, misalnya. Atau godaan mengobrol bersama punggawa kurikulum yang sibuk terus, diantaranya sibuk ngobrol. Ehehe.
Pada saat pembukaan, saya memakai komputer di ruang perpus merangkap ruang TU TK kami. Lumayan luas, dan cukup kondusif. Saya menikmati sajian hiburan dongeng. Seru! Kak Ihsan luar biasa kreatif. Beat box dipadu keterampilan ventriloquisme, menjadikan dongengnya terasa hidup dan sangat menghibur. Ada beberapa peserta Munas yang melibatkan anak-anaknya ketika sesi dongeng ini. Jadi ramai, banyak wajah-wajah mungil antusias muncul di layar dan dipin. Lha kok tetiba mucul wajah saya, sedang senyum-senyum begitu. Ish, panitia iseng sekali. Pura-pura cuek sajalah. Sebenarnya malu, tapi terlanjur nampang, ya udah biarin. Hitung-hitung ngartis sebentar.
Lalu masuklah ke jadwal serius. Sidang pleno pertama, penetapan tata tertib Munas. Pimpinan sidang oleh Kang Irfan, selaku Ketua Panitia Munas 2021. Beliau juga Ketua Dewan Pertimbangan FLP periode 2017 – 2021. Pembahasan pasal-pasal dalam tata tertib berjalan lancar, tanpa ada diskuisi bertele-tele. Kelar dengan cepat, lalu memasuki sidang berikutnya, yaitu pemilihan pimpinan sidang. Makbedunduk nama saya diusulkan sebagai pimpinan sidang. Waduh, saya agak lupa mekanisme sidang munas. Walaupun tahun 2013 dan 2017 juga memimpin sidang di Bali dan Bandung, tapi tidak terekam dengan baik di kepala saya. Sudah terasa tuwirnya, mudah lupa. Dalam konsideran ketetapan pimpinan sidang kali ini tertulis tiga nama: Sinta Yudisia, saya, dan Khairani. Nama terakhir ini, seorang ustaz dari Kalimantan Selatan, sungguh sangat membantu. Beliau yang memberikan arahan-arahan pada kami berdua mengenai jalannya sidang ini.
Setelah salah Jumat, saya pindah ke ruang perpus utama, menggunakan laptop. Komputer bermasalah pada pelantang suara. Kurang keras dan kerap tetiba lenyap. Tidak lucu kalau di tengah sidang saya nyerocos sementara suara tak sampai. Akan tampak semacam dukun yang komat kamit baca mantra.
Satu amunisi wajib ada saat mengerjakan sesuatu yang serius di depan laptop: coklat! Saya menyimpan potongan-potongan dua batang coklat dalam toples mungil warna ungu. Diam-diam, tanpa woro-woro pada tiga gadis di kamar sebelah. Sebab jika tahu, mereka akan sangat setia menemani saya sampai coklat ludes. Kesetiaan yang sungguh mengharukan!
Sidang pertama dipimpin Bunda Sinta Yudisia. Agendanya penetapan LPJ Dewan Penasihat. Sidang berikutnya penetapan LPJ Ketua Umum FLP Periode 2017 – 2021. Hari pertama hanya sampai sore menjelang maghrib. Tidak ada interupsi panjang kali lebar atau debat kusir ini itu. Alhamdulillah lancar jayaaaaa.
Hari kedua, ini dia. Materi sidang yang, berdasar pengalaman, akan memakan waktu panjang dalam pembahasan. Yang dikulik mulai dari kata, kalimat, makna, bahkan titik koma! Penetapan sidang komisi dipimpin oleh Ustaz Khairani, sementara pembahasan komisi A oleh saya, komisi B oleh Ustaz Khairani. Ustaz Khairani serahkan palu (entah dengan alat apa beliau mengetuk), saya menerima. Palu saya? Toples coklat! Jadilah, sepanjang memimpin sidang hari itu, saya mengetuk-ngetuk toples.
“Bagaimana pasal dua? Sepakat?”
“Sepakaaaaat!”
“Baik, pasal dua, bungkus!” Tok! Ketuk palunya, eh toplesnya. Sah!
Sesekali toples itu saya buka untuk melahap isinya. Saat hendak diketuk, segera ditutup supaya isinya tidak melompat. Hari Sabtu, 20 November, sidang berakhir pukul...entahlah. Saya tertidur di sebelah laptop. Pukul 24.00 terbangun dan suasana sepi. Lampu-lampu ruangan di rumah sudah dipadamkan. Anak-anak sudah tidur. Tak ada keriuhan yang keluar dari laptop. Oh, sepertinya para peserta juga sudah tidur di rumah masing-masing.
Esok hari, saya menyimak saja. Sidang pembahasan komisi C dipimpin Ustaz Khairani. Sidang berikutnya saya yang memimpin hingga usai. Toples ungu semalam sudah saya bereskan, disimpan entah di mana. Saya menyeberang ke ruang kelas TK B, mencari-cari apa yang bisa digunakan sebagai pengganti palu. Sempat terbersit menggunakan uleg-uleg, tapi batal; kok rasanya emak-emak sekali jika pakai itu. Baiklah, ini saja! Satu balok kayu berbentuk persegi. Jika diketuk, suaranya lebih keras daripada toples kemarin.
Alhamdulillah, sidang lancar. Sejak hari kedua, dengan toples dan balok itu, saya sahkan pasal demi pasal, sampai ketetapan menjadi SK Munas.. Saya ketuk dengan semangat sambil berkata lantang: bungkussss!!
Bungkuuus! Makasih banyak Bu Guru Ummi untuk rekam jejak Munas yang asyik ini. Salam sayang dari Aceh.
BalasHapusAlhamdulillaah, bisa bungkus-bungkus. Ehehehe. Terima kasih sudah membaca dan komen yaa. Slaam sayang dari Jombang, kak Syarifah.
HapusKocak sekali ternyata behind the scene pimsid Bu Guru Umi :D Pasti seru kalau beneran pakai ulekan dan ditunjukkan ke peserta :D
BalasHapusSerius itu, sudah kupegang ulek-ulek dari batu. Lalu mau ganti ulek-ulek kayu juga. Ah, tak jadi. apa kata dunia? Bhahaha.
HapusTerima kasih banyak yaaa..