KUKU-KUKU

Jumat, Februari 24, 2023


Ada satu dua guru yang rajin membawa peralatan tertentu, misalnya gunting, atau gunting kuku. Berlaku peraturan di sekolah tentang larangan memanjangkan kuku atau mewarnai kuku. Juga bersolek.
Sebelum pandemi, mudah mendapati siswi yang berlebihan dalam berdandan. Tanpa masker, wajah mereka tampak jelas, apakah polosan atau pakai macam-macam.
Pernah saya dapati, seorang ibu guru menunggui satu siswi mencopot bulu mata palsunya.
Bulu mata itu lentik, tebal, dan mencolok sekali.
"Copot!"
"Susah, Buuu!"
"Gimana caranya, copot. Atau saya tarik paksa!"
"Jangan Bu, sakit!"
"Copot segera!"
Siswi itu menunduk di depan wastafel, mengguyur bulu matanya dengan air.
"Bu, lemnya lengket sekali!"
"Pokoknya lepas! Sudah tahu mau sekolah, kenapa tidak segera dilepas!"
Siswi itu meringis. Apes dia. Ketemu guru yang tidak kompromi. Jika saya mengajar dia, saya juga akan lakukan yang sama.

Setelah bel pulang, sering kali saya dapati anak-anak yang melintas berbibir merah. Ada yang samar, ada yang menyala. Sepertinya sejak pagi tidak tertangkap oleh guru karena mereka tidak mau melepas masker. Kenapa sepulang sekolah dilepas? Entahlah. Mungkin momen pulang itu jadi waktu yang potensial menonjolkan kecantikan. Pertemuan dengan siswa sekolah sebelah sangat leluasa dilakukan setelah pulang sekolah.

Pagi ini, di penilaian akhir semester kelas XII, beberapa siswi berkuku panjang. Satu bercat pula.
Konsep bahwa di bawah kuku-kuku panjang berdiam anak-anak setan (sebagaimana hadist) mungkin belum mereka dengar. Atau sudah, tapi kalah dengan keinginan bersolek.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.