TRIGONOMETRI

Kamis, Februari 23, 2023


Penilaian Akhir Semester hari Senin, 20 Februari 2023, hari pertama. Mata pelajaran BAhasa Indoensia dan Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. 

Pada sesi 2, saya tertarik berkeliling untuk mengintip jawaban anak-anak.
Ada soal tentang khulafaur rasyidin, memilih di antara 5 nama, manakah yang bukan termasuk di dalamnya. Beberapa anak tidak bisa menjawab. Ada satu yang mengklik nama 'Saad bin Abi Waqash.
"Yakin?" tanya saya.
"Nggak. Hehehe. Tapi seingat saya, jawabannya ini," katanya malu-malu.
Pagi tadi, sebelum berangkat, di depan cermin, saya mengobrol dengan Najma.
"Sudah take video praktik wudu?"
"Belum."
Masalah ini, Najma sempat mengomel panjang di depan kami. Dia mempertanyakan aurat yang akan terbuka saat praktik wudu nanti, padahal video itu akan dinilai oleh Bapak guru PAI.
"Itu kan aurat. Aurat! Aurat teman-temanku kan jadi kelihatan, apalagi video itu bisa diakses anak lainnya. "
Ini situasi tidak ideal yang membuat dia terkejut. Mungkin dia berharap, sebagai guru agama yang paham batasan aurat, persoalan demikian perlu diberi solusi yang tepat sesuai 'semestinya'. Kami mengajaknya berpikir realistis: ada hal-hal yang tidak bisa dijangkau, dan di luar kendali kita. Biarkan saja. Yang penting, kami memberi solusi bagi dirinya: pakai kaos manset lengan panjang hitam, kepala ditutupi penutup seperti saat berenang. Auratnya aman.
"Nanti ada pelajaran PAI. Biasanya teman-temanku ada yang kabur."
"Wah? Dicari gurumu?"
"Ya ditanya aja."
"Berapa yang kabur?"
"Berapa ya? Yang tinggal sekitar..."
Dia menyebutkan angka belasan yang membuat saya kaget. Banyak juga yang menghilang!
"Kenapa temanmu begitu?"
"Mereka merasa gak butuh, kali!"

This point. Merasa membutuhkan.
Di mata pelajaran PAI tadi, ada soal tentang nama ilmuwan Islam yang menemukan Trigonometri. Pertanyaannya, trigonometri itu konsep apa? Sebagian besar mereka tidak bisa menjawab.
"Materinya tidak ada di pelajaran," celetuk satu anak di depan.
Tidak ada di pelajaran. Tidak merasa butuh.

Saya flash back sejenak.
Najma pernah bercerita tentang komentar satu dua temannya, beberapa bulan lalu.
"Tidak seru pelajarannya, bahas ini-itu, ini-itu, ini-itu, saja."
Yang dimaksud ini-itu adalah dua organisasi keagamaan yang sering disebut-sebut dalam pelajaran itu, kata Najma. Saya membayangkan, usia pelajar yang sarat dengan semangat, ingin tahu, penasaran eksplorasi ini dan itu, dihambat dengan pembahasan yang monoton, berulang, dan berkaitan dengan perbedaan-perbedaan yang tidak relevan dengan hidup mereka. Maka mata pelajaran ini menjadi sesuatu 'di luar kebutuhan' mereka. Istilah dalam kurikulum merdeka, topik pembahasan ini tidak sesuai dengan kebutuhan murid.

Ini tantangan kita semua. Bagaimana membuat konsep agama menjadi relevan dengan konteks kehidupan sehingga mereka merasa butuh. Agama itu arah dan tujuan mendasar. Petunjuk selamat dunia dan akhirat. Membuat mereka menerima agama sebagai ilmu dasar memang perlu effort lebih. Bahwa seluruh hidup mereka selalu berkaitan dengan agama dan karenanya perlu menjadi prioritas.
Memahamkan sampai pada bagian ini, merupakan kewajiban para guru dan orang tua.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.