NAJMA TAKUT DAJJAL
“”@#$*&^$hk&i#52@#4@@#,” matanya berurai air. Saya
bengong. Wajah Najma tampak begitu emosional.
“Bicara pelan-pelan, Bunda gak paham,” kata saya pelan.
Najma terisak-isak.
“Kalau aku sekolah di Gontor, lalu keluar Dajjal, aku
gimana? Gak ada Bunda disampingku, aku takut. Aku jauh dari Bunda,” isaknya
semakin keras.
Saya tertegun. Dajjal?
“Darimana baca tentang Dajjal?”
“Di internet,” katanya. Bahunya berguncang-guncang.
“Sini, dekat Bunda,” saya menepuk sebelah. Najma beringsut,
menempelkan badannya mendekat di pangkuan.
“Dajjal memang akan muncul. Kita tidak tahu kapan munculnya.
Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri dengan memperbanyak amal...,” saya
mulai mencoba menjelaskan.
Persiapkan
diri itu, Nak, adalah mempersering taubat. Membenahi niat. Bersama dan
membersamai orang-orang sholih.
Ayah
Bunda menyekolahkanmu di sekolah agama, bukan sekedar agar kau paham dan hafal
tentang agamamu. Ini bagian dari wasilah mempersiapkan orang-orang tangguh di
masa depan. Berharap kalian menjadi satu diantara para mujahid-mujahidah
dakwah. Bahwa kalian akan berjuang habis-habisan di titik dimana Allah
takdirkan kalian berkiprah.
Bukan
sekedar berjuang habis-habisan untuk bertahan hidup. Memperbanyak harta.
Memperpanjang gelar. Menambah daftar pengikut. Mengejar jabatan. Sebanyak apa
pun dicapai itu semua, mereka akan dinolkan oleh kematian.
Gelarmu
tak akan ditulis di batu nisan. Hartamu tak muat dilesakkan di liang kubur yang
hanya satu kali dua meter itu. Pengikutmu akan lari terbirit-birit jika diajak
serta menetap di rumah terakhirmu yang gelap. Jabatanmua akan diisi orang lain
dan mereka akan melupakanmu, kecuali kemuliaan taqwa menjadi pakaianmu.
Ayah
Bunda memperhatikan teman-temanmu, bukan karena ingin membatasimu. Sebab teman
menggores bekas. Sebab pertemanan membentuk tabiat. Sebab teman akrab
meninggalkan jejak. Sisakan kebaikan pada teman-temanmu, Nak. Dan pilihkan
teman yang akan menyisakan kebaikan bagi hidupmu.
Jalan
kebaikan ini, Nak, sepi dan penuh onak duri. Kau akan membutuhkan sandaran kokoh
untuk bertahan dalam keyakinan bahwa ini
benar. Jangan bersandar pada manusia. Jangan menyampirkan sulur pertahananmu
pada mahluk yang sama lemahnya dengan kita. Ikat buhul itu pada Tuhanmu.
Kuatkan dengan doa. Kencangkan dengan amal sholih.
Hidup
ini pilihan. Ada waktu pilihanmu melenceng
dari keridhoanNya. Kembalilah segera. Paksa hati dan dirimu untuk
berputar balik. Bersegera. Bersicepat. Kita berpacu dengan maut. Lintasan ujung
hidup tak pernah bisa diprediksi.
Ayah Bunda titipkan hidup dan matimu, pada Zat Yang Maha Agung. Allah Azza wa Jalla.
Jombang, 24 Februari 2017.
Sepenuh cinta.
Ayah Bunda titipkan hidup dan matimu, pada Zat Yang Maha Agung. Allah Azza wa Jalla.
Jombang, 24 Februari 2017.
Sepenuh cinta.
Tidak ada komentar: