AKU MAU CURHAT SAMA ALLAH
Liburan lalu, Najma, Zahra dan Hafidz ke Malang. Ke rumah Paman Zaki dan Acil Nurul. Anak-anak sangat senang menginap di sana. Sebab ada enam sepupunya yang berusia antara 2 tahun hingga 13 tahun. Banyak ya, enam anak, dengan rentang usia dekat. Seru!
Hari ketiga, Hafidz menelepon. Minta dijemput.
“Kenapa?” saya bertanya, melalui telepon. Tidak ada jawaban. Hanya suara isak kecil.
“Kangen Bunda?”
“Iya..,” jawabnya lirih.
Saat sudah di rumah, Hafidz bercerita sedikit alasannya minta pulang cepat.
“Gak enak, gak ada Ayah Bunda,” katanya.
“Cari Ayah Bunda apa cari pinggiran?” goda mas Budi. Kalau tidur, Hafidz suka meraba-raba pinggiran baju kami. Entah lengan, atau pipa celana Ayah.
Najma dan Zahra bertahan hingga hampir sepuluh hari.
![]() |
surat 2 |
Kemarin sore, tiba-tiba saya melihat
kertas tergeletak di atas lantai. Saya memungutnya, hampir saya buang. Sepertinya tulisan Zahra.
“Aku
mau curhat sama Allah. Hari ini aku dicuekin sam saudara-saudraku. Mba Muti
lagi kemah. Jadi aku dicuekin sama Mbak Yasmin dan Mbak Najma. Aku ngerasa
mereka kira aku ini anak nakal. Kalau lagi berantem, aku selalu dilirik-lirik
sama mbak Najma dengan seram dan sedikit melotot. Tadi aja pas Mbak Najma baca
diary Mbak Muti, terus aku deketin. Bukunya langsung ditutup bukunya sambil
kepalanya noleh ke belakang dan ngelirik aku dengan gaya sebel. Tolonglah Ya
Allah, kembalikan sifat asli yang sangat baik dan jauhkan bisikan syaiton yang
terkutuk. Dan juga kembalikan sahabatku yang asli. Kabulkanlah doaku ya Allah.
Aamiin. “
Wah, tulisannya bikin baper. Curhatannya
keren, disakiti tapi minta tolong pada Allah agar dijauhkan dari syaiton
terkutuk.
damailah semua hati.
zahra..sholeha n pinter...
BalasHapussemoga sampai dewasa ya nak..aamin
Wah bikin baper ya mbak, kalo punya anak yang udah bisa curhat :D
BalasHapus