WASPADALAH DENGAN JAMUR MERANG

Rabu, Desember 21, 2016
         


       Mak, hati-hati jika berniat beli jamur merang ke pasar. Saya mengalaminya hari itu. Sungguh memprihatinkan.

        Zahra minta jamur merang, untuk acara memasak.  Pagi-pagi saya ke pasar. Keluar dari sana, saya sedih. Jamur itu ada di kantung, bertengger paling atas. Saya mendapatkannya di warung terakhir, setelah berputar-putar.
            Yang memprihatinkan adalah, saya tidak mengantisipasi ikutnya rekan sejawat dan sanak kerabat sang jamur.
             Lihat akibatnya. Dari niat hanya mencari jamur merang, ada berderet-deret yang turut dengan gegap gempita:

1. Dua sisisr pisang, dibeli di warung teman ngaji almarhum bapak saya.
2. Dua kg salak, mampir karena tertarik dengan hiruk pikuk kedai buah yang dikelilingi emak-emak. Mas penjual bilang lima ribu, satu emak pembeli menawar empat ribu. Si mas menggeleng-geleng syahdu. Si emak menatapnya sendu.
Aih, sungguh terharu. 
3. Jamur tiram, sebab khawatir dicemberuti Zahra jika pulang tanpa jamur. Kan nanti bisa saya bujuk begini: "Ini seniornya jamur merang, dia lebih berpengalamn dan expert!"
4. Molen, terinspirasi bapak penjual yang sudah ready molen matangnya. Masih pagi sekali lho! Luar biasa... ck, ck, ck.
5. Hansaplast, sebab sudah lama tidak lihat Hafidz menempel hansaplast itu di mana saja bagian tubuhnya. Lalu sambil duduk meringis, dia akan bilang : "Sakiiit.... aduuuh! "
Dan saya akan memandangi kaki tangannya itu dengan muka simpati dan prihatin. Menepuk-nepuk punggungnya. Setelah itu, dia akan melesat lari-lari ke sana ke mari. Saya tinggal pergi sambil bilang : 'Cut!' 
Begitulah. Dari sekotak hansaplast, kami bikin film pendek dengan judul 'Kaki yang Terluka'. Amazing, bukan? Luar biasa.
6. Susu. Ini sebab mengingat berat badan yang susut terus, dan perlu perbaikan gizi. Jangan iri, Mak. Saya memang ramping dan seksi.


Begitu.
Terharu melihat kantung belanja yang berisi sahabat-sahabat jamur merang itu. 
Mereka tak terpisahkan. Amazing, bukan? Luar biasa.


1 komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.