PENTINGKAH ANAK ANDA?

Minggu, Juli 29, 2018

Semua orangtua mengakui bahwa anak adalah hal penting bagi hidup mereka. Perempuan yang belum dikaruniai anak akan berusaha sekuat tenaga agar bisa memiliki keturunan. Bersama pasangannya, mereka melakukan berbagai daya uoaya agar berhasil. Pijat/urut, minum ramuan herbal A, mendatangi banyak dokter, sampai bayi tabung.
Mengakui anak itu bagian penting, tidak otomatis membuat orangtua bersikap benar dan sesuai dengan kadar kepentingan itu. Dengan berbagai alasan, banyak diantara orangtua yang gagal membuktikan pengakuan tersebut.

Sebagian masih beranggapan bahwa pengakuan tentang pentingnya keberadaan anak dibuktikan dengan mencari nafkah, memenuhi kebutuhan finansial untuk anak, atau menyediakan berbagai fasilitas belaka. Padahal perlu banyak cara lain yang sederhana, murah meriah, yang bisa dilakukan. Kegiatan-kegiatan tersebut akan menumbuhkan kehangatan, memperbesar kasih sayang antara orangtua dan anak, dan sarat dengan penanaman nilai karakter positif dan kebiasaan baik.
Di bawah ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua terhadap anak-anaknya sebagai bukti pentingnya keberadaan mereka.

Pertama, membacakan cerita atau berdongeng.
Kegiatan ini sangat efektif untuk menanamkan akhlaq baik dan mengeratkan kasih sayang. Dalam aktivitas membacakan cerita, orangtua memiliki kesempatan berdialog. Terasa sulit karena kurang ekspresif? Itu bisa dilatih. Tentu tidak perlu berakting berlebihan. BErsikaplah sewajarnya. Posisikan tubuh secara tepat. Pada anak balita, dipangku, atau duduk bersebelahan sembari memeluk, akan menciptakan perasaan hangat. Pada anak SD, posisi bisa lebih leluasa, sesuai dengan kenyamanan masing-masing. Ada anak yang lebih suka turut melihat buku yang dibacakan, ada yang cukup mendengarkan saja.

Kedua, melepas sekolah dengan ‘ritual’ khusus.
Buatlah kebiasaan spesial menjelang anak-anak berangkat sekolah. Jika Anda mengantar dengan mobil, turunlah. Salami anak, kecup kepalanya, dan doakan. Dengan tutun dari mobil, anak Anda akan merasa sangat dihargai. Itu menaikkan kepercayaan dirinya sebab ia merasa bahwa orangtua menganggapnya penting.
Suatu ketika, saya mengantar anak ke sekolah. Sebuah mobil berhenti tepat di sebelah kami. Yang menyupiri seorang ibu muda. Anak laki-laki kecil membuka pintu mobil, dan tiba-tiba terjatuh. Ia menepuk-nepuk bagian belakang training olahraganya sambil menangis. Tak ada yang turun dari mobil itu. Sang anak menuju ke pintu supir. Kaca mobil hanya dibuka separuh, dan sebuah tangan terjulur untuk bersalaman. Anak itu menyalami dan berjalan menuju ke kelasnya sambil bersungut-sungut, tampak kesal. Kejadian lain, pada salah satu siswa TK di rumah. Sang Ibu punya kebiasaan membiarkan anak TKnya turun sendiri, menyeret tasnya berjalan menuju gerbang. Sang Ibu langsung melesat dengan kecepatan tinggi. Lakon ini terjadi setiap hari. Sepele, tapi bikin saya geleng-geleng kepala. Apa susahnya turun sebentar?

Ketiga, mendengarkan dia bercerita.
Aktivitas ini sering terlewat sebab orangtua kebih focus pada apa yang dikerjakan. Mereka tidak memberikan perhatian pada cerita anak. Orangtua bisa mengatur sikap tubuh tepat yang dapat membuat anak merasa berharga. Yaitu menghadapkan badan secara penuh, memandang wajahnya dan tersenyum serta merespon secara intens apa yang dikatakan anak. Kata-kata ‘oh ya?’ “wow’, ‘wah’, ‘cakep’, dan sebagainya akan menambah semangat anak dalam bercerita.
Aktivitas bercerita ini memiliki beberapa manfaat. Misalnya, melatih kepercayaan diri. Lalu meningkatkan kemampuan komunikasi. Banyak kasus di Tk kami, anak-anak tidak mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya dengan baik. Sehingga ketika tidak terpenuhi, atau orang dewasa di sekitarnya gagal menerjemahkan maksud dan harapannya, dia menjadi frustasi. Lalu marah-marah dan menangis.
Manfaat lainnya adalah meningkatkan jumlah kosakata. Juga meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. Orangtua punya kesempatan membimbing bagaimana mencari solusi atas masalah mereka. Ingat, jangan sepelekan sebab semua masalah bagi anak adalah penting. Walau bagi orangtua tampak remeh.

Keempat, bercanda.
Bercandalah dengan anak-anak. Pahami bahasa ala mereka, dan bergabunglah. Tidak perlu ‘jaim’. Tanggalkan sesekali sikap serius. Anak-anak mungkin sudah banyak mendapat ceramah dan nasihat. Sekali waktu, lepaskan kebiasaan itu. Mengalirlah dalam suka cita cerita mereka, saling mendengar cerita lucu dan tertawa bersama. Percayalah, momen ini akan berkesan. Tidak cuma bagi anak-anak, tapi bagi kita, orang tua. Rasa hangat, kasih sayang, dalam suasana santai, membuat dekat dan akrab.

**

Anak-anak kita tak meminta yang muluk-muluk. Kita sibuk memikirkan biaya sekolah, masa depan, menghabiskan banyak waktu untuk mencapai itu. Pada saat yang sama, sering lalai menghabiskan waktu bersama mereka. Dengan santai, hangat dan sederhana.
Membahagiakan anak itu, tidak mahal, kok! Jika menganggap anak penting, luangkanlah barang sejenak untuk melakukan satu dua hal-hal di atas. Atau punya cara lain? Share, yuk.

Ditulis Ibu Guru Umi, diposting Ahad, 29 Juli 2018. Pukul 12.28 WIB

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.