PERTANYAAN NAJMA

Rabu, Oktober 27, 2010
09 Agustus 2009
Suatu waktu, saya tengah naik becak bersama Najma. Melintas di jalan Patimura. Sebuah mobil pengantin lewat di sisi jalan yang lain. Mobil yang cantik, berhiaskan bunga dan pita indah. Najma memperhatikan hingga mobil itu berbelok. 


'Itu pengantin, ya Bunda?" tanyanya.

"Iya...," jawab saya.

"Siapa yang jadi pengantin, Bunda?"

"Wah, Bunda tidak tahu, mbak Najma."

"Mantennya cantik, ya?" tanyanya lagi. Urusan manten, memang menarik hatinya.

"Iya.."

"Pakai baju bagus, kan?"

"Iya, didandani juga..." 


 Najma kemudian diam. Pandangannya lurus ke depan. Kemudian ia memiringkan duduknya, ke arah saya. 

"Bunda kapan jadi manten?" 


Waduh, apa lagi ini? Saya pasang kuda-kuda. Bersiap-siap menampung pertanyaan anehnya. Biasanya begitu.. Hehehe.. 


 "Kan sudah dulu.." jawab saya sambil tersenyum.

'Kapan?" desaknya.

"Dulu... Sudah lama!"

"Aku belum lahir, ya?" Tampak benar Najma penasaran.

"Belum."

"Mbak Biya juga belum lahir?" desaknya lagi.

"Belum... Belum ada anak Bunda yang lahir waktu Bunda dan Ayah jadi manten," terang saya lagi. 


 Najma terdiam kembali. Saya meliriknya. Bibirnya manyun. Alisnya bertaut. Itu pertanda buruk! 


 "Bunda!!" agak sedikit berteriak ketika Najma memanggil. 

"Ya, mbak?" Saya menatapnya. Najma memandang saya. Serius sekali. Bibirnya masih manyun. Alisnya makin bertaut.

"Harusnya Bunda tunggu aku lahir kalau mau jadi manten sama Ayah!! Aku kan ingin lihat Ayah dan Bunda jadi manten!! HARUSNYA TUNGGU AKU!!" 


 Waduh, bener kan? Saya kudu bilang apa, hayo?

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.