DI PEMAKAMAN INI (TADZKIRAH PADA HARI PUASA ARAFAH)

Minggu, September 11, 2016

Wira, putera sulung almarhumah Bu Rahmayati, duduk berjongkok  di dekat batu nisan. Sang ayah, Pak Wahyu, besimpuh di samping gundukan tanah yang masih basah itu.
Wira tak berkata apa-apa, hanya  mengelus-elus nisan. Ia meraba huruf-huruf yang menyusun nama Sang Ibu. Mengelus batu nisan, merabai hurufnya. Begitu berulang-ulang.
Sang Ayah tertunduk, menyentuh  bunga-bunga yang tertabur berkali-kali. 

sumber foto: rekan/kerabat almarhumah

 Saya tercekat, berdiri diam di belakangnya, menunggu giliran untuk bisa bersimpuh dan mendoakan. Kesedihan ini seolah mengurung hati kami semua.
Suasana hening, dan syahdu. Sesekali isak kecil terdengar.
 Beberapa siswa almarhumah, atau alumni, berdoa khusyuk, sambil menitikkan air mata.
Banyak yang berdiri  mengantri; menunggu kesempatan untuk bisa mendekati gundukan tanah itu. Bersimpuh, berdoa, menangis pelan.

Sore ini, menjelang berbuka, jenazah almarhumah bu Rahmayati dimakamkan. Waktu ijabah doa, karena hari ini hari Arafah. 

Sore istimewa, semoga doa-doa yang dilangitkan di hari ijabahnya doa, di waktu utama (menjelang berbuka), menjadi wasilah diampuni dosa almarhumah dan dirahmati di alam kuburnya. Aamiin.



****
Berita kecelakaan itu menyebar cepat. Dari tujuh penumpang, dua meninggal di tempat kejadian. Korban meninggal adalah Gus Aqub, putera  Kyai Haji Sonhaji Romly, dan Bu Rahmayati, guru BK di SMA Negeri 2 Jombang.
Empat penumpang lain masih kritis, yaitu isteri Gus Aqub, satu puteri Gus Aqub, seorang guru BK, dan Sena, putera Bu Rahmayati. Satu putera Gus Aqub selamat.
Mereka sempat berfoto bersama dalam kendaraan.

Foto: berbagai sumber

Kecelakaan terjadi di Rembang, menabrak truk pasir.

foto: JATIM TIMES

****
Saya tidak mengenal dekat sosok almarhumah  Bu Rahmayati. Saya mengenal suaminya, Pak Wahyu. Ibu saya sering memesan susu kedelai, dan pak Wahyu yang mengantar ke rumah kami. Begitu juga TK kami. Intensitas pemesanan susu kedelai semakin sering saat bulan puasa.
Yang jadi perhatian saya adalah jumlah pelayat yang sangat banyak.
Kami ikut menyolatkan di kloter keempat. Sebagian besar adalah siswa sma, murid beliau, dan alumni. Kebetulan bertemu dengan Osi, murid saya tahun 2001, ketika masih mengajar di SDIT. Sekarang dia kuliah semester tujuh.
"Bu Rahma yang membantu proses pendaftaran kuliah saya," katanya.
Itu baru kesaksian satu orang.  Di fb, saya menemukan kesaksian lainnya atas jasa dan amal almarhumah.


Mungkin masih banyak siswa-siswanya yang lain yang merasakan besarnya bantuan almarhumah.
InsyaaAllah  menjadi amal jariah. Allahumma aamiin.

Menjelang maghrib, kami berpamitan. Salah satu sahabat Pak Wahyu, sempat melontarkan kecemasan atas kondisi Sena yang masih kritis di rumah sakit Rembang.
"Jika tidak ditunggui, khawatir tidak bisa mendapatkan penanganan cepat," katanya.
"Jangan sampai kehilangan lagi," dia berkata sambil bangkit, mungkin bermaksud mencari Pak Wahyu.

Saya membayangkan kesedihan yang mendera Pak Wahyu dan Wira. Sang Ibunda berpulang, sementara sang buah hati tergeletak kritis di kota yang jauh. Ini sungguh berat.
Saya hampir mewek lagi, tapi sekuat tenaga ditahan.



Sena, putera almarhumah






Sekitar pukul delapan malam tadi, kami mendengar kabar meninggalnya Sena.
Innalillahi wainna Ilaihi rajiun. Ujian bertubi-tubi bagi Pak Wahyu dan Wira.  Kehilangan Ibu dan adik dalam waktu berdekatan. 
Ujian istimewa, bagi orang yang istimewa pula. Semoga Allah limpahkan kesabaran dan kekuatan pada keluarga yang ditinggalkan.

Di hari Arafah, dan malam takbiran Idul Adha, Allah berikan tadzkirah. 
Bahwa kematian itu sangat dekat. 
Bahwa tak ada satupun (sesungguhnya) yang kita miliki.
Bahwa perjalanan panjang kematian dan kehidupan sesudahnya, membutuhkan bekal yang tidak sedikit.

Jadi ingat dosa-dosa, dan peluang kebaikan yang sering dilewatkan begitu saja.

Allahumma, matikanlah kami dengan khusnul khatimah. 

6 komentar:

  1. Semoga Allah menempatkan Bu Rahma dan dik sena di tempat terbaik di sisi Allah. Aamiin, Almarhumah Bu Rahma adalah sosok guru yg baik, sediiih jika ingat dulu pernah diskusi bersama ttg penjurusan siswa masuk PTN ... Di hari yg baik ini Semoga segala amal ibadah beliau dtrima Allah dan yg ditinggalkan dbrikan kekuatan. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaaAllah, segala bantuan beliau pada siswa-siswanya menjadi amal jariyah, ya Pak Bagus...
      Terima kasih sudah mampir.

      Hapus
  2. airmataku menetes perlahan melihat ketabahan Pak Wahyu dan Wira. semoga Allah ampuni segala khilaf Bu Hanim dan Sena. Aamiin.

    BalasHapus
  3. Beliau sangat ringan tangan dalam membantu para siswa, walaupun bukan murid dari sekolahnya. Says msh ingat ketika dibantu dalam menangani. Beberapa muridku yg bermasalah. Semoga amalanya selalu menemaninya Dan diampuni segala kekhilafanya..Aamiin.

    BalasHapus
  4. Beliau sangat ringan tangan dalam membantu para siswa, walaupun bukan murid dari sekolahnya. Says msh ingat ketika dibantu dalam menangani. Beberapa muridku yg bermasalah. Semoga amalanya selalu menemaninya Dan diampuni segala kekhilafanya..Aamiin.

    BalasHapus
  5. Semoga Bu Rahmayati dan dek Sena Rahimahullah diberikan kelapangan kubur, ampunan, dan diterima semua amal ibadahnya....
    Tidak mengenal langsung tapi merasa pernah mengenal.

    BalasHapus

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.