MUNGKIN ITU YANG MEMATIKANKU

Rabu, Januari 13, 2016
(Catatan16 Mei 2012 )

Pagi sekali; bersama Mas Budi melewati rinai sinar bulan. Menitik jalan-jalan lengang, saya memeluknya erat.

Banyak yang terlewat.

Orang menyapu.
Orang menunggu.
Orang bergegas diatas motornya berkelebat: tukang tempe, penjual ayam, tukang sayur.

Banyak yang terlempar dari mata hati.

Seorang ibu yang melipat selimutnya di tepi trotoar.
Seorang ibu yang meringkuk di bangku panjang; menunggu kiosnya yang sepi.
(kupikir, ia telah menunggu rejekinya datang sejak malam tadi!)
Bapak-bapak penunggu mobil pikap dijung tikungan.
Dua remaja menyapu  dibawah tenda: kupikir disanalah semalam mereka mengais berkah harta.

Berbelok menyisir tepi kali.
Pemandangan ini: tukang daging yang telah diantri
pegawainya mencacah-cacah tulang. Dentam-dentamnya  bertalu, sahut menyahut

Siang yang menyapa, aku seperti digilas hampa
sepi. tak ada  irama. tak ada kata bernyanyi.
apakah yang terlewati?
dimanakah keriangan berlari?

lewati jalan kembali, bertatap hati pada kelelahan yang sama
tukang becak yang menunggu
berjajar menengoki bis yang melaju
penjaja es. penjaja bakso. penjaja segala benda

sudah lama hatiku tak menyapa
"Barakallahu lakum; semoga berkah Allah padamu. semoga Allah   mudahkan."

Sudah lama tak ucapkan. Mungkin itulah sebagian
yang mematikan hatiku!

*dalam diam; menangisi sunyi*

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.