ROTAN PENDAMPING
(lupa, dimuat tanggal berapa)
Ratu Yen membuka
lembaran pesan yang dikirim oleh Raja
Rupee . Didepannya berdiri dengan
takzim Pangeran Dolar, puter a mahkota Raja Rupee. Pangeran Dolar sendiri yang mengantar surat itu kepada Ratu Yen. Di dalam surat itu tertulis,” Tolong ajari
anakku supaya dia lebih sopan. Ttd. Raja Rupee. ” Setelah membaca surat itu dengan seksama, Ratu Yen
memanggil Pangeran Bath, putera
satu-satunya.
Melihat Pangeran Dolar, Pangeran
Bath memeluknya erat-erat. Mereka memang bersahabat dan kerap saling
mengunjungi.
“Pangeran Dolar akan
tinggal disini selama seminggu. Ibu akan
memberi kalian tugas penting. Nanti malam Ibu akan sampaikan tugas itu,” Ratu
Yen memberi isyarat kepada kedua
pangeran itu untuk meninggalkan tempat.
Malam harinya, mereka bertemu di
taman istana. Ratu Yen membawa 2 rotan d tangannya.
“Seperti yang
diminta Raja Rupee, selama satu pekan
ini, kalian akan mendapatkan tugas khusus. Tugasnya mudah saja. Pangeran Dolar
akan membawa satu rotan dan catatan. Kau
akan berkeliling istana untuk menasehati siapa saja yang melakukan kesalahan.
Terserah padamu, Pangeran Dolar, apa yang akan kau lakukan dengan rotan ini.
Aku hanya meminta kau mencatat setiap
nasehat yang kau berikan. Dan untuk Pangeran Bath, kau
boleh bawa rotan satunya . Hanya boleh dipakai bila Pangeran Dolar
membutuhkan bantuanmu. Kalian mengerti?” Ratu Yen memandang kedua pangeran itu.
Keduanya mengangguk dengan sopan. Ratu bergegas meninggalkan taman.
“Wow, tugas yang
hebat! Aku suka tugas ini!” Pangeran
Dolar berkata dengan bangga sambil
memain-mainkan rotannya.
“Menasehati orang
adalah keahlianku,” sombongnya. Pengeran
Bath hanya tersenyum-senyum. Ia dan Ratu
Yen sudah menyusun rencana bagus untuk
menyadarkan Pangeran Dolar.
“Rotanku ini akan
berfungsi baik. Rotanmu barangkali akan menganggur. Aku tidak ingin
merepotkanmu!” kata Pangeran Dolar lagi.
“Terima kasih atas
kebaikanmu!” jawab Pangeran Bath sambil membungkuk sedikit.
Mereka mulai berkeliling. Baru
saja keluar dari pintu utama, Pangeran
Dolar memukul punggung seorang pelayan
yang melintas dengan rotannya.
“Kalau lewat depan Pangeran,
harus membungkuk!” hardik Pangeran Dolar. Si pelayan sangat terkejut. Sedetik
kemudian ganti Pangeran Dolar yang terkejut. Punggungnya terasa sakit sekali!
“Hei, kenapa kau
pukul aku? Apa salahku?” tanya Pangeran Dolar pada Pangeran Bath dengan marah.
“Caramu salah!” kata
Pangeran Bath kalem. Pangeran Dolar
melotot, tapi dia tidak berani berbuat apa-apa. Ini bukan rumahnya sendiri. Dia
hanya tamu. Tamu tidak pantas marah-marah kepada tuan rumah.
Mereka menuju taman istana. Nah,
itu ada pekerja taman yang bekerja
sambil mengobrol! Tidak boleh terjadi! Pangeran Dolar bergegas mendekati kedua
pekerja itu dan menyodok punggung
keduanya dengan rotan. Kedua pekerja itu menoleh dan terkejut melihat kedua
pangeran tersebut.
“Bekerja tidak boleh
sambil mengobrol! Nanti tidak selesai!” bentak Pangeran Dolar. Tapi lagi-lagi
dia terkejut. Punggungnya seperti disodok sesuatu dengan keras.
“Ya ampun!! Kenapa
kau sodok punggungku?” katanya dengan
sangat marah.
“Caramu salah, aku
hanya mengingatkanmu. Bukankah tugasku hanya mengingatkanmu saja?” jawab
Pangeran Bath dengan tenangnya. Pangeran Dolar merasa dongkol sekali. Tapi
lagi-lagi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya mengelus-elus punggungnya yang terasa sakit.
Seperti ini jugakah yang dirasakan oleh orang-orang yang tadi diingatkannya?
Pikir Pangeran Dolar dalam hati.
Sekarang mereka menuju
dapur. Salah seorang pelayan ada yang
tertidur diatas kursi. Pangeran Dolar hampir mengangkat rotannya hendak
memukul. Namun kemudian ia menoleh pada Pangeran Bath. Pangeran Bath pura-pura
memandang ke arah lain. Pangeran Dolar
mengurungkan niatnya. Dia tidak mau dipukul untuk ketiga kalinya.
“Pak... Pak, bangun.
Jangan tidur di sini,” kata Pangeran Dolar sambil menggoyang-goyangkan tubuh si
pekerja.
Tapi si pekerja tidak segera bangun. Dia malah asyik mendengkur dengan kerasnya. Pangeran
Dolar mencoba berkali-kali, tapi tetap tidak berhasil. Kesabaran Pangeran Dolar habis. Dengan kuat
didorongnya tubuh pekerja itu hingga terjatuh. Dia bangun dengan terkejut.
Lebih terkejut lagi melihat ada dua pangeran di depannya.
“Masih pagi sudah
tidur! Dasar pemalas! “ hardik pangeran Dolar sambil memukulkan rotannya. Dua
detik kemudian dia terkejut. Lengannya
terasa sakit dan perih.
“Kenapa kau pukul aku
lagi?” sungut pangeran Dolar.
“Aku hanya mengingatkanmu!”
kata pengeran Bath dengan tenangnya.
“Dia yang salah,
dibangunkan baik-baik tidak bisa, kupukul saja!”Pangeran Dolar masih membela dirinya. Pangeran Bath tidak
mendebat apa-apa. Dia beranjak pergi meninggalkan Pangeran Dolar setelah
menyuruh pekerja dapur tadi
pergi. Pangeran Dolar terkejut melihat cara pangeran Bath memperlakukan
pekerja tersebut dengan halus dan lembut. Tidak seperti dirinya.
Pangeran Dolar cepat-cepat
menyusul Pangeran Bath.
“Aku mengaku salah,”
kata Pangeran Dolar sambil menjajari Pangeran Bath.
“Aku akan coba lebih
baik setelah ini,” janji Pangeran Dolar. Pangeran Bath berhenti dan menatap
Pangeran Dolar lekat-lekat .
“Kau harus bisa
menahan diri. Hargailah orang lain walau pelayan sekalipun,” nasehat Pangeran
Bath.
“Aku masih boleh
mencoba, bukan? Ayahku tidak perbolehkan
aku pulang bila Ratu tidak memberikan izin,” kata Pangeran Dolar penuh harap.
“ Jangan khawatir.
Kau masih punya kesempatan lima hari lagi,” kata Pengeran Bath.
“Kau masih mau
membantuku?”
“Tentu. Rotanku ini
tidak boleh menganggur, bukan?” Pangeran Bath berkata sambil mengacungkan
rotannya. Pangeran Dolar cemberut. Ia
masih ingat bagaimana rasanya dipukul dengan rotan itu. Selain terasa perih
dikulitnya, hatinya juga sakit. Barangkali itu juga yang dirasakan oleh orang
lain.
“Janji tapi, ya...
Kalau ingatkan aku jangan keras-keras. Sakit!” desak Pangeran Dolar.
‘Hahaha... Tergantung
kau sendiri, kalau kau pukulkan dengan keras, aku ikut memukul dengan keras juga!” Pangeran Bath
masih tertawa-tawa ketika meninggalkan Pangeran Dolar sendiri.
Hmm, awas. Akan kubuat rotanmu
benar-benar menganggur! Bisik pangeran
Dolar dalam hati. Ia sudah
bertekad. Barangkali berat, tapi ia akan berusaha. Mudah-mudahan sakitnya pukulan tadi akan
selalu diingatnya, sehingga ia tidak sembarangan memukul orang.
Tidak ada komentar: