ROTAN PENDAMPING

Jumat, Januari 01, 2016


 (lupa, dimuat tanggal berapa)

Ratu Yen membuka lembaran pesan yang dikirim oleh Raja  Rupee .  Didepannya berdiri dengan takzim  Pangeran  Dolar, puter a  mahkota Raja Rupee. Pangeran Dolar  sendiri yang mengantar surat itu kepada  Ratu Yen.  Di dalam surat itu tertulis,” Tolong ajari anakku supaya dia lebih sopan. Ttd. Raja Rupee. ” Setelah membaca  surat itu dengan seksama, Ratu Yen memanggil  Pangeran Bath, putera satu-satunya.
                Melihat Pangeran Dolar, Pangeran Bath memeluknya erat-erat. Mereka memang bersahabat dan kerap saling mengunjungi.
“Pangeran Dolar akan tinggal disini selama seminggu.  Ibu akan memberi kalian tugas penting. Nanti malam Ibu akan sampaikan tugas itu,” Ratu Yen memberi  isyarat kepada kedua pangeran itu untuk meninggalkan tempat.
                Malam harinya, mereka bertemu di taman istana. Ratu Yen membawa 2 rotan d tangannya.
“Seperti yang diminta  Raja Rupee, selama satu pekan ini, kalian akan mendapatkan tugas khusus. Tugasnya mudah saja. Pangeran Dolar akan membawa satu rotan dan catatan.  Kau akan berkeliling istana untuk menasehati siapa saja yang melakukan kesalahan. Terserah padamu, Pangeran Dolar, apa yang akan kau lakukan dengan rotan ini. Aku hanya meminta kau mencatat setiap  nasehat yang kau berikan. Dan untuk Pangeran Bath,  kau  boleh bawa rotan satunya . Hanya boleh dipakai bila Pangeran Dolar membutuhkan bantuanmu. Kalian mengerti?” Ratu Yen memandang kedua pangeran itu. Keduanya mengangguk dengan sopan. Ratu bergegas meninggalkan taman.
“Wow, tugas yang hebat! Aku suka tugas ini!”  Pangeran Dolar  berkata dengan bangga sambil memain-mainkan rotannya.
“Menasehati orang adalah keahlianku,”  sombongnya. Pengeran Bath  hanya tersenyum-senyum. Ia dan Ratu Yen sudah  menyusun rencana bagus untuk menyadarkan Pangeran Dolar.
“Rotanku ini akan berfungsi baik. Rotanmu barangkali akan menganggur. Aku tidak ingin merepotkanmu!” kata Pangeran Dolar lagi.
“Terima kasih atas kebaikanmu!” jawab Pangeran Bath sambil membungkuk sedikit.
                Mereka mulai berkeliling. Baru saja keluar dari pintu  utama, Pangeran Dolar memukul punggung seorang  pelayan yang melintas  dengan rotannya.
“Kalau lewat depan Pangeran, harus membungkuk!” hardik Pangeran Dolar. Si pelayan sangat terkejut. Sedetik kemudian ganti Pangeran Dolar yang terkejut. Punggungnya terasa sakit sekali!
“Hei, kenapa kau pukul aku? Apa salahku?” tanya Pangeran Dolar pada Pangeran Bath dengan marah.
“Caramu salah!” kata Pangeran Bath kalem.  Pangeran Dolar melotot, tapi dia tidak berani berbuat apa-apa. Ini bukan rumahnya sendiri. Dia hanya tamu. Tamu tidak pantas marah-marah kepada tuan rumah.
                Mereka menuju taman istana. Nah, itu ada pekerja  taman yang bekerja sambil mengobrol! Tidak boleh terjadi! Pangeran Dolar bergegas mendekati kedua pekerja itu dan menyodok   punggung keduanya dengan rotan. Kedua pekerja itu menoleh dan terkejut melihat kedua pangeran tersebut.
“Bekerja tidak boleh sambil mengobrol! Nanti tidak selesai!” bentak Pangeran Dolar. Tapi lagi-lagi dia terkejut. Punggungnya seperti disodok sesuatu dengan keras.
“Ya ampun!! Kenapa kau sodok punggungku?”  katanya dengan sangat marah.
“Caramu salah, aku hanya mengingatkanmu. Bukankah tugasku hanya mengingatkanmu saja?” jawab Pangeran Bath dengan tenangnya. Pangeran Dolar merasa dongkol sekali. Tapi lagi-lagi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya  mengelus-elus punggungnya yang terasa sakit. Seperti ini jugakah yang dirasakan oleh orang-orang yang tadi diingatkannya? Pikir Pangeran Dolar dalam hati.
                Sekarang mereka menuju dapur.  Salah seorang pelayan ada yang tertidur diatas kursi. Pangeran Dolar hampir mengangkat rotannya hendak memukul. Namun kemudian ia menoleh pada Pangeran Bath. Pangeran Bath pura-pura memandang ke arah lain.  Pangeran Dolar mengurungkan niatnya. Dia tidak mau dipukul untuk ketiga kalinya.
“Pak... Pak, bangun. Jangan tidur di sini,” kata Pangeran Dolar sambil menggoyang-goyangkan tubuh si  pekerja.  Tapi si pekerja tidak segera bangun. Dia malah  asyik mendengkur dengan kerasnya. Pangeran Dolar mencoba berkali-kali, tapi tetap tidak berhasil.  Kesabaran Pangeran Dolar habis. Dengan kuat didorongnya tubuh pekerja itu hingga terjatuh. Dia bangun dengan terkejut. Lebih terkejut lagi melihat ada dua pangeran di depannya.
“Masih pagi sudah tidur! Dasar pemalas! “ hardik pangeran Dolar sambil memukulkan rotannya. Dua detik kemudian dia terkejut. Lengannya  terasa sakit dan perih.
“Kenapa kau pukul aku lagi?” sungut pangeran Dolar.
“Aku hanya mengingatkanmu!” kata pengeran Bath dengan tenangnya.
“Dia yang salah, dibangunkan baik-baik tidak bisa,  kupukul saja!”Pangeran Dolar  masih membela dirinya. Pangeran Bath tidak mendebat apa-apa. Dia beranjak pergi meninggalkan Pangeran Dolar setelah menyuruh   pekerja dapur  tadi  pergi. Pangeran Dolar terkejut melihat cara pangeran Bath memperlakukan pekerja tersebut dengan halus dan lembut. Tidak seperti dirinya.
                Pangeran Dolar cepat-cepat menyusul Pangeran Bath.
“Aku mengaku salah,” kata Pangeran Dolar sambil menjajari Pangeran Bath.
“Aku akan coba lebih baik setelah ini,” janji Pangeran Dolar. Pangeran Bath berhenti dan menatap Pangeran Dolar lekat-lekat .
“Kau harus bisa menahan diri. Hargailah orang lain walau pelayan sekalipun,” nasehat Pangeran Bath.
“Aku masih boleh mencoba, bukan? Ayahku tidak  perbolehkan aku pulang bila Ratu tidak memberikan izin,” kata Pangeran Dolar penuh harap.
“ Jangan khawatir. Kau masih punya kesempatan lima hari lagi,” kata Pengeran Bath.
“Kau masih mau membantuku?”
“Tentu. Rotanku ini tidak boleh menganggur, bukan?” Pangeran Bath berkata sambil mengacungkan rotannya. Pangeran Dolar  cemberut. Ia masih ingat bagaimana rasanya dipukul dengan rotan itu. Selain terasa perih dikulitnya, hatinya juga sakit. Barangkali itu juga yang dirasakan oleh orang lain.
“Janji tapi, ya... Kalau ingatkan aku jangan keras-keras. Sakit!” desak Pangeran Dolar.
‘Hahaha... Tergantung kau sendiri, kalau kau pukulkan dengan keras, aku ikut  memukul dengan keras juga!” Pangeran Bath masih tertawa-tawa ketika meninggalkan Pangeran Dolar sendiri.
                Hmm, awas. Akan kubuat rotanmu benar-benar menganggur! Bisik pangeran  Dolar dalam hati.  Ia sudah bertekad. Barangkali berat, tapi ia akan berusaha.   Mudah-mudahan sakitnya pukulan tadi akan selalu diingatnya, sehingga ia tidak sembarangan memukul orang.



Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.