UJUNG HIDUP

Rabu, Januari 13, 2016
(Catatan  6 Januari 2012)

Kematian adalah nasihat yang sunyi. Ia datang pasti, diam-diam, namun nyata. Kenyataannya tidak lantas membuat yang berikutnya waspada. Tetap ada yang lalai dan lupa. Hanya kasih dan rahmatNya saja yang mampu menjaga.

Berapa usiaku kini? Berapa sering  aku bertakziah? Lalu kapan giliranku?

Bila pertanyaan itu datang silih berganti, langkah angan-anganku seolah terkunci. Tentang rumah, tentang anak-anak, tentang karir, tentang mimpi-mimpi, seolah tak penting lagi.

"Kesadaran akan kematian membuat segala ketakutan, kekhawatiran, kekayaan, seperti tak ada apa-apanya.....Tak ada alasan untuk tidak mengikuti suara hati. " Itu yang sempat Steve Job katakan ketika vonis kanker sudah jatuh pada dirinya. Aku membayangkan orang sekaya dia, yang dunia seolah dalam genggaman, bebas pergi kemana saja dia mau, mudah mendapatkan berbagai kesenangan; tiba-tiba segala kejayaannya dikerdilkan oleh kenyataan gelap yang akan segera dihadapinya, yaitu kematian.

Mungkin ini yang dipikirkan seorang Steve Job:
Kematian itu, mengecilkan segala jungkir balik perasaan yang selama ini sudah dijalaninya. Kematian itu mengempiskan gunungan hartanya.
Kematian itu mengkelamkan segala kemilau puja puji yang selama ini tertuju pada dirinya: kecerdasan, keuletan, ketangguhan.
Kematian itu menihilkan deret prestasi dan kebanggan diri.
Sang icon teknologi,menyerah pada sel-sel ganas yang mengantarnya pada lubang sempit dan sepi. Sendiri.

Maka bagiku, ini yang sekarang kupikirkan:
Jika ingat kemaksiatan ketika remaja, saya bersyukur Allah tak panggil saat itu.
Jika ingat tergelincirnya sekian banyak langkah dan lidah, saya bersyukur Allah tak cabut nyawa saat melakukannya.
Jika ingat amalan yang masih sangat sedikit, saya berharap ALlah masih berikan kesempatan dan kekuatan untuk menyempurnakannya. Jikalau tak bisa sempurna, setidaknya mendekati sempurna.
Jika pun tetap tak cukup untuk mengetuk pintu syurgaNya, Semoga Allah berikan rahmat dan hidayahNya untuk menolongku...

Kematian adalah nasihat yang sunyi. Begitu  sunyinya, hingga aku sering tak peduli....

*Ujung hidupku, ujung hidup keluargaku, kerabatku, sahabatku dan teman-temanku: indahkanlah ya Allah....*

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.