WALK OUT!

Selasa, Januari 19, 2016
. CATATAN 28 JUNI 2010


Suasana genting. Anak-anak mulai kecanduan tv.
Malam itu, Ayah dan saya merencanakan rapat kecil. Anak-anak diajak berkumpul di hall. Saya mengambil white board kecil dan spidol. Rapat dimulai.

"Sekarang, semua boleh bicara apa harapannya," kata saya. Nabila tidur-tiduran di pangkuan Ayah. Najma sibuk dengan makanan di tangannya. Hafidh berlari-lari mengejar balon. Zahra duduk manis di dekat Ayah.
"Dimulai dari mbak Nabila dulu," Ayah berkata sambil membelai-belai kepala Nabila. Nabila berpikir sambil senyum.
"Aku mau Ayah gak marah-marah terus," kata Nabila. Ayah meringis. SAya tertawa kecil. Najma ikut tersenyum.
Saya menulis di white board: Ayah tidak boleh marah terus.
"Lalu..?" pancing saya. Nabila berpikir lagi.
"Kalau gak liburan, upah menyapuku jadi dua ribu!" kata Nabila lagi. Kembali Ayah meringis, saya tertawa.
"Terus, Ayah gak boleh sering nonton bola!" senjata pamungkas Nabila dikeluarkan. Saya dan Ayah tertawa terpingkal-pingkal.
"Lhoo...Kan Ayah," Ayah bersuara, hendak membela diri.
"Eit, stop, tidak usah direspon. Kita semua mendengar dulu, tidak usah ditanggapi," saya mengeluarkan aturan spontan.
"Nabila selesai?" tanya saya. Nabila mengangguk.
"Sekarang ganti mbak Najma, apa harapannya tentang Ayah?" saya beralih ke Najma. Najma tertawa lucu. Kepalanya ditelengkan ke kanan dan ke kiri.
"Aku mau Ayah ngajak aku ke Bmart! "kata Najma. Bmart adalah swalayan yang ada playgorundnya.
"Terus, aku mau Ayah ngajak ke Kebon Rojo!" lanjutnya. Kebon Rojo adalah nama tempat bermain anak-anak.
Saya dan Ayah menahan tawa. Setengah mati menahan geli.
"Ya deh. Lanjut! sekarang harapan Ayah terhadap Nabila, Najma dan Zahra," saya melanjutkan langkah diskusi.
"Nabila, Ayah ingin Nabila sholatnya tepat waktu. Najma, Ayah ingin jangan banyak jajan. Zahra...apa ya? Ngompolnya dikurangi yaa. Terus, nonton tvnya harus dikurangi. Tidak baik untuk anak-anak," kata Ayah.
Nabila, Najma dan Zahra tersenyum malu-malu ketika Ayah bicara. Sebentar ada protes muncul, tapi pimpinan diskusi berhasil meredam.
"Harapan tentang Bunda?" kata saya. Ini yang terakhir.
"Bunda jangan marah-marah terus," kata Nabila.
Ayah membisiki sesuatu pada Najma.
"Bunda jangan tidur terus kalau ngeloni Hafidh!" seru Najma.
"Eit..gak boleh titip-titip pesan! Itu pasti bisikan Ayah, kan?" saya protes. Ayah dan Najma tertawa-tawa. Eh, bersekongkol rupanya!
"Nah, sepertinya, perlu ada pembicaraan lagi tentang aturan menonton tv. Berapa jam boleh nonton tv, Yah?"
"Satu jam saja..," kata Ayah.
"Najma suka nonton dari si Bolang sampai acara anak-anak habis," Nabila mengadu.
"Berapa jam itu?" tanya Ayah. Najma diam saja, tapi mulutnya sudah mengerucut.
"Jam satu sampai setengah empat!" jawab Nabila.
"Wah, kebanyakan. Paling banyak hanya satu jam saja," Ayah membatasi.
"Bagaimana kalau besok kita rapat lagi? Membicarakan waktu menonton, kapan yang boleh dan kapan yang tidak boleh," usul saya.
Nabila bangkit sambil merengut.
"Kalau ngomongin itu, aku gak ikuut rapat ajaa...," Nabila ngeloyor pergi.
"Aku juga..," Najma membuntuti.
"Lho, kok pesertanya WALK OUT?" Ayah berkata sambil tertawa. Nabila dan Najma tidak peduli.
Tinggal saya dan Ayah yang masih terus tertawa.
Kayak anggota DPR aja, pakai WALK OUT segala!

Rapat yang gagal. Harus memutar otak lagi supaya anak-anak mau rapat. Ada usul?

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.