PESANTREN GIRLS

Sabtu, September 23, 2017



Ini buku lawas. Nabila, anak pertama saya, suka baca buku ini. Isinya kocak, konyol, dan haru juga.
Buku berjudul Pesantren Girls (Catatan kocak Sebuah Seorang Santriwati). Penulisnya Zahra Shafiyah. Penerbitnya PT Lingkar Pena Kreativa, Jakarta, tahun 2011. Penulsi buku ini sekarang sudah dewasa, ya. Penyunting naskah adalah Sabila, desain sampul oleh Laraz Studio, ilustrasi sampul oleh Telia.


Siapa bilang kehidupan santri membosankan dan hanya belajar dari satu kitab ke kitab lain? Siapa bilang juga para santri (terutama santriwati) serius-serius dan jarang bercanda. Banyak cerita seru, lucu, sampai yang cupu. Mulai dari santri yang sok British, sok kritis, sampai yang sok modis.

Meski kadang suka iseng dan jail, tapi jangan salah...mereka punya prestasi segudang lho. Ada yang meraih beasiswa belajar di luar negeri. Ada yang karena keseringan nulis di tembok, eh lolos jadi pemenang hibdah penerbitan buku. Ada juga yang suka ngasal ngomong Inggris, menang debat bahasa Inggris. nah lho, heboh kan?

Simak deh verita-cerita kocak lainnya, yang direkam langsung oleh sang pelaku, eh, sang penulis yang asli oleh seorang santriwati. Plus:
- Tips belajar dan ibadah ala santri
- jadi santri dengan beragam prsetasi
- Otak atik hobi santri.

Buku ini masuk dalam kategori Remaja/Humor. Gaya bahasa yang ringan dan mengalir, serta gaul abis (untuk zaman saat itu, hehehe). Secara keseluruhan, total ada 217 halaman, terdiri dari prolog, epilog, 31 potongan cerita, dan 7 tips. Kisah-kisahnya antik, unik, dan apa adanya remaja. Kenakalan Zahra dan kawan-kawan masih termasuk wajar, walau kadang agak 'lebay'. Kelas Zahra dikenal suka telat Kata Pak Latif, guru Gramatika Arab, baru angkatan Zahra (selanjutnya disebut Z) yang punya fenomena keterlambatan yang gemilang. Suatu waktu, nilai Kimia di kelasn itu mencapai rekor dengan rata-rata NOL. Wahaha. Ini ada di halaman tujuh belas, man-teman. Ojo ditiru, yes.

Suka duka para santriwati menghadapi guru juga aneh-aneh. Lika liku mereka menyembunyikan hape dari razia, mencuri-curi waktu nonton televisi, plus pelanggaran-pelanggaran lain yang ngeri-ngeri syedaaap. Perseteruan dengan santri, pembalasan yang menjijaykan... Huek. Apaan? Baca sendiri, deh.

Bagian yang paling saya suka adalah cerita tentang konflik Z dengan Bu Diana, Pembina Kelas 4. KAsus penyitaan MP4, yang membuat Z kesal dan spontan berkata: "Ibu nggak usah ikut campur, Ibu kan bukan Pembina Z." Kalimat ini disesalinya, sebab sebenarnya Bu Diana adalah salah satu guru yang sangat Z sayangi. Z dipanggil ke kantor Mahkamah (namanya seram yes!) dan menghadap Bu Nia. Dialog antara Bu Nia dan Z adalah dialog yang cair. Bu Nia menyadarkan Z bagian mana dari kalimat Z yang tidak patut. Z menelepon Mamah di rumah, dan Mamah kecewa.

"Nurut sama Mamah. Mamah ridha sama kamu kalau kamu minya maaf sekarang. itu salah kamu sendiri. Sombong kamu, ngomong kayak gitu. Belajar tanggung jawab, jangan lari dari masalah, jangan menghindar, minta maaf hari ini juga!"
Kalimat Mamah itu, adalah kalimat yang tegas dan mendidik. Mamah menyadarkan Z dengan menunjukkan poin-poin kesalahannya secara gamblang.

"Sekarang mah minta maaf dulu aja. Rajin berdoa, Nak. Mudah-mudahan selalu dirahmati Allah. Ingat kata Mamah, minta maaf hari ini juga. InsyaaAllah berkah."

Nyessss. Nasihat yang melangit. Harapan dirahmati, diberkahi ALlah adalah harapan besar yang disampirkan pada sikap tanggung jawab dan ksatria. Mamah yang bijaksana.

Z dan kawan-kawan berproses. Emosi remaja yang naik turun, fluktuatif, serupa roller coaster, akan menjadi pembelajaran tersendiri bagi mereka.
Sebagaimana yang ditulisnay pada epilog;
"Kedewasaan kami insyaaAllah bakal datang seiring jalannya waktu. Harap ditunggu."

Semoga menjadi kedewasaan yang mengundang rahmat dan berkah!




Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.