EKITY TIDAK MALU LAGI
(hmm.... tanggal berapa ya, dimuatnya?)
“Potty,
Potty!” Ekity berteriak-teriak ketika memasuki lorong. Lorong ini menuju rumah
semut madu. Tidak seperti semut-semut lain, para semut madu beristrahat dengan
cara bergantung di langit-langit ruangan.
Potty
melirik ke arah Ekity di bawah.
“Kau
bawa madu lagi?” tanya Potty tanpa bergerak. Tubuhnya membengkak seperti buah
blueberry. Perutnya berisi madu yang sangat banyak. Potty bergantung bersama
semut-semut lainnya. Jika dilihat, semut berperut gendut dalam jumlah banyak
itu serupa anggur saja.
“Aku belum dapat juga,” Ekity
menunduk dengan sedih. Ini hari ketiga ia pulang tanpa membawa hasil. Ekity
harus mencari madu dari kutu pemakan getah tumbuhan. Madu itu dibawa menuju
sarang dan menuangkan ke mulut semut madu. Perut semut madu ini lama kelamaan
akan membesar serupa gelembung. Madu ini adalah cadangan makanan semua semut
saat musim dingin dan musim kemarau.
“Kau harus berusaha lebih keras,
Ekity. Sebentar lagi musim dingin. Aku khawatir cadangan makanan kita tidak
cukup banyak,” kata Potty.
“Lihat, perutku belum sebesar
perut teman-teman,” Potty menunjuk teman-teman sesama semut madu lainnya.
Ekity melihatnya. Perut Potty
memang kalah besar.
“Kutumi tidak ada,” kata Ekity
lesu.
“Cari kutu lainnya!” desak
Potty.
“Aku tidak kenal, aku takut!”
Ekity berkata putus asa.
“Ya Tuhan! Kalau kau tidak
kenal, kamu harus berkenalan! Cari teman kutu lain sebanyak-banyaknya. Kau
tidak bisa hanya mengandalkan Kutumi saja,” Potty berkata gemas. Potty tahu Ekity
pemalu. Tapi sifat pemalunya kadang-kadang keterlaluan. Potty khawatir, sifat
pemalu itu akan menyulitkan Ekity dalam bertugas sebagai semut pekerja pencari madu.
“Bagaimana caranya?” tanya Ekity
lemah.
“Caranya? DATANGI DAN KENALKAN
DIRIMU! Itu saja!!” suara Potty kini benar-benar melengking. Ekity terlonjak, dan buru-buru berlari keluar.
Duh,
Potty galak amat sih! Tidak perlu berteriak-teriak begitu. Ekity sudah tahu ia
harus mencari teman kutu sebanyak-banyaknya. Tapi masalahnya, Ekity tak tahu
bagaimana memulainya. Dulu, Kutumi yang mengenalkan dirinya dan mengajaknya
berteman. Sesekali Ekity dikenalkan dengan kutu-kutu lain. Tapi Ekity cepat
lupa dengan nama-nama mereka. Selalu saja ia salah panggil. Kutusi dipanggilnya
Kutuma. Padahal antara Kutusi dan Kutuma jelas beda. Kutusi berbadan kecil,
Kutuma sangat gemuk. Kesalahan-kesalahan itu membuat Ekty mengambil sikap aman:
diam saja saat bertemu. Karena diam itu, beberapa Kutu menganggap Ekity
sombong.
Ekity berjalan menyusuri batang pohon yang besar.
“Hai!”
seekor kutu menyapa. Ekity tersenyum saja. Kutumi pernah mengenalkannya dengan
kutu ini. Tapi siapa namanya ya?
“Hai
juga,” Ekity berhenti.
“Kau pasti Epitti!” Ekity menggeleng.
“Oh,
Emitty ya?” tebaknya lagi. Ekity kembali menggeleng.
“Ebitty?
Editty?” Ekity menggeleng terus dengan perasaan geli. Sekarang dia merasa punya
teman. Ada kutu yang juga pelupa seperti dirinya. Horeee...
“Ah,
sudahlah. Siapa pun kamu, tidak penting. Ayo, ke kebun!” kutu itu mengajaknya
riang.
“Aku
Ekity. Kamu siapa?” Ekity memberanikan diri bertanya.
“Aku
Kutubi,” kutu itu mengulurkan tangannya. Mereka
berjalan beriringan menuju kebun. Di kebun sudah ramai dengan para kutu
dan semut pekerja. Perasaan Ekity jadi ciut. Sebagian besar para kutu itu sama
sekali tidak dikenalnya.
“Itu
siapa?” Ekity menunjuk satu kutu. Kutubi diam sejenak.
“Mungkin
Kutusa. Atau Kutuki? Ah, bukan, itu Kutudi... Aduh, aku lupa!”Kutubi menepuk
kepalanya sambil tertawa.
“Kalau
itu, siapa?” Sekarang Kutubi menunjuk satu semut pekerja.
“Sepertinya
Emitty,” Ekity berkata ragu.
“Yakin?”
Kutubi bertanya.
“Entahlah...
Aku tak yakin!” jawab Ekitty. Kutubi tertawa terbahak-bahak. Ekitty
tersipu-sipu malu.
“Kita
ternyata sama! Sama-sama pelupa!”
“Kau
tidak malu?” tanya Ekitty.
“Malu
kenapa? Karena tidak hafal semuanya?” Kutubi balik bertanya. Ekitty mengangguk.
“Yaaa...
Kadang-kadang malu. Aku berusaha mengingatnya dengan mencatat. Kalau masih lupa
juga, bagaimana lagi? EH, walau pelupa,
temanku banyak lho!” Kutubi berkata panjang lebar.
Ekitty
jadi bersemangat. Ia memang pelupa, sama dengan Kutubi. Nah, kalau Kutubi bisa
punya teman banyak, ia juga pasti bisa! Ekitty akan belajar bagaimana mencari
teman dari Kutubi. Hari ini dan seterusnya, Ekitty akan mendapat madu dari
kutu, dan akan membawa pulang madu itu.
Potty
pasti tidak marah lagi!
Tidak ada komentar: