EKITY TIDAK MALU LAGI

Jumat, Januari 01, 2016



(hmm.... tanggal berapa ya, dimuatnya?)
“Potty, Potty!” Ekity berteriak-teriak ketika memasuki lorong. Lorong ini menuju rumah semut madu. Tidak seperti semut-semut lain, para semut madu beristrahat dengan cara bergantung di langit-langit ruangan.
Potty melirik ke arah Ekity di bawah.
“Kau bawa madu lagi?” tanya Potty tanpa bergerak. Tubuhnya membengkak seperti buah blueberry. Perutnya berisi madu yang sangat banyak. Potty bergantung bersama semut-semut lainnya. Jika dilihat, semut berperut gendut dalam jumlah banyak itu serupa anggur saja.
                “Aku belum dapat juga,” Ekity menunduk dengan sedih. Ini hari ketiga ia pulang tanpa membawa hasil. Ekity harus mencari madu dari kutu pemakan getah tumbuhan. Madu itu dibawa menuju sarang dan menuangkan ke mulut semut madu. Perut semut madu ini lama kelamaan akan membesar serupa gelembung. Madu ini adalah cadangan makanan semua semut saat musim dingin dan musim kemarau.
                “Kau harus berusaha lebih keras, Ekity. Sebentar lagi musim dingin. Aku khawatir cadangan makanan kita tidak cukup banyak,” kata Potty.
                “Lihat, perutku belum sebesar perut teman-teman,” Potty menunjuk teman-teman sesama semut madu lainnya.
                Ekity melihatnya. Perut Potty memang kalah besar.
                “Kutumi tidak ada,” kata Ekity lesu.
                “Cari kutu lainnya!” desak Potty.
                “Aku tidak kenal, aku takut!” Ekity berkata putus asa.
                “Ya Tuhan! Kalau kau tidak kenal, kamu harus berkenalan! Cari teman kutu lain sebanyak-banyaknya. Kau tidak bisa hanya mengandalkan Kutumi saja,” Potty berkata gemas. Potty tahu Ekity pemalu. Tapi sifat pemalunya kadang-kadang keterlaluan. Potty khawatir, sifat pemalu itu akan menyulitkan Ekity dalam bertugas sebagai semut pekerja  pencari madu.
                “Bagaimana caranya?” tanya Ekity lemah.
                “Caranya? DATANGI DAN KENALKAN DIRIMU! Itu saja!!” suara Potty kini benar-benar melengking.  Ekity terlonjak, dan buru-buru berlari keluar.
Duh, Potty galak amat sih! Tidak perlu berteriak-teriak begitu. Ekity sudah tahu ia harus mencari teman kutu sebanyak-banyaknya. Tapi masalahnya, Ekity tak tahu bagaimana memulainya. Dulu, Kutumi yang mengenalkan dirinya dan mengajaknya berteman. Sesekali Ekity dikenalkan dengan kutu-kutu lain. Tapi Ekity cepat lupa dengan nama-nama mereka. Selalu saja ia salah panggil. Kutusi dipanggilnya Kutuma. Padahal antara Kutusi dan Kutuma jelas beda. Kutusi berbadan kecil, Kutuma sangat gemuk. Kesalahan-kesalahan itu membuat Ekty mengambil sikap aman: diam saja saat bertemu. Karena diam itu, beberapa Kutu menganggap Ekity sombong.
Ekity  berjalan menyusuri batang pohon yang besar.
“Hai!” seekor kutu menyapa. Ekity tersenyum saja. Kutumi pernah mengenalkannya dengan kutu ini. Tapi siapa namanya ya?
“Hai juga,” Ekity berhenti.
“Kau  pasti Epitti!” Ekity menggeleng.
“Oh, Emitty ya?” tebaknya lagi. Ekity kembali menggeleng.
“Ebitty? Editty?” Ekity menggeleng terus dengan perasaan geli. Sekarang dia merasa punya teman. Ada kutu yang juga pelupa seperti dirinya. Horeee...
“Ah, sudahlah. Siapa pun kamu, tidak penting. Ayo, ke kebun!” kutu itu mengajaknya riang.
“Aku Ekity. Kamu siapa?” Ekity memberanikan diri bertanya.
“Aku Kutubi,” kutu itu mengulurkan tangannya. Mereka  berjalan beriringan menuju kebun. Di kebun sudah ramai dengan para kutu dan semut pekerja. Perasaan Ekity jadi ciut. Sebagian besar para kutu itu sama sekali tidak dikenalnya.
“Itu siapa?” Ekity menunjuk satu kutu. Kutubi diam sejenak.
“Mungkin Kutusa. Atau Kutuki? Ah, bukan, itu Kutudi... Aduh, aku lupa!”Kutubi menepuk kepalanya sambil tertawa.
“Kalau itu, siapa?” Sekarang Kutubi menunjuk satu semut pekerja.
“Sepertinya Emitty,” Ekity berkata ragu.
“Yakin?” Kutubi bertanya.
“Entahlah... Aku tak yakin!” jawab Ekitty. Kutubi tertawa terbahak-bahak. Ekitty tersipu-sipu malu.
“Kita ternyata sama! Sama-sama pelupa!”
“Kau tidak malu?” tanya Ekitty.
“Malu kenapa? Karena tidak hafal semuanya?” Kutubi balik bertanya. Ekitty mengangguk.
“Yaaa... Kadang-kadang malu. Aku berusaha mengingatnya dengan mencatat. Kalau masih lupa juga, bagaimana lagi? EH, walau pelupa,  temanku banyak lho!” Kutubi berkata panjang lebar.
Ekitty jadi bersemangat. Ia memang pelupa, sama dengan Kutubi. Nah, kalau Kutubi bisa punya teman banyak, ia juga pasti bisa! Ekitty akan belajar bagaimana mencari teman dari Kutubi. Hari ini dan seterusnya, Ekitty akan mendapat madu dari kutu, dan akan membawa pulang madu itu.
Potty pasti tidak marah lagi!


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.