KEBERANIAN YANG BEBAL

Kamis, September 21, 2017


Di koran Republika kemarin, pada headline, ada berita mengenai Rohingya. Telah berhari-hari, koran Republika menempatkan Rohingya sebagai berita utama. Kali ini, judulnya adalah 'Suu Kyi tak gentar'.

Suu Kyi memberikan pernyataan mengenai kondisi keamanan di Rakhine, pada Selasa 19 September 2017. Suu Kyi menyatakan bahwa Pemerintah Myanmar masih menyelidiki akar masalah dan pemicu krisis di Rakhine. Ada dugaan pelanggaran HAM disana, walau tidak disebutkan siapa yang diduga melakukan pelanggaran tersebut. Myanmar juga tidak gentar dengan kecaman yang dilakukan oleh komunitas Internasional. Ia siap memukimkan kemnali para pengungsi, dengan syarat para pengungsi mematuhi prosedur verifikasi kewarganegaraan. Yang jadi persoalan adalah, regulasi Myanmar tidak mengakui kewarganegaraan etnis Rohingya.

Dalam pidatonya itu, SUu Kyi tidak menyebut Rohingya untk para pengungsi. Nama Rohingya muncul sekali saat menyinggung tentara ARSA yang disebutnya sebagai kelompok teroris.

Pidato SUu Kyi dituding oleh Amnesty Internasional sebagai 'penuh kebohongan dan menyalahkan korban'. James Gomez, Direktur Regional Amnesty Internasional untuk Asia Tenggara dan Pasifik, banyak bukti yang menunjukkan pasukan keamanan terlibat dalam pembersihan etnis.





Kontradiksi pernyataan Suu Kyi sejatinya menunjukkan dusta yang menjadi ciri khas para pembenci Islam. Suu Kyi adalah potret terang benderang mengenai sosok kaum kuffar yang bergelimang kedzoliman. Ia dingin, tak gentar dengan kecaman, tak peduli, dan meneruskan kebusukan dan kedzolimannya terus menerus. Satu kebenaran yang terungkap, tidak sedikitpun menerbitkan rasa takut dan cemas. Jumawa diatas kekejaman.



Jadi ingat Ariel Sharon, si pembantai keji di Shabra Satilla, Beirut Barat, Lebanon. Setali tiga uang dengan SUu Kyi, Sharon pasang aksi muka tembok dan petantang petenteng. Dalam wawancaranya dengan Jenderal Ouze Merham pada 1956, Sharon berkata :
“Saya tidak tahu ada yang namanya prinsip-prinsip internasional. Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak-anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut. Saya bersumpah, jika saya sebagai seorang Israel bertemu dengan seorang Palestina, maka saya akan bakar dia. Dan saya akan membuatnya menderita sebelum membunuhnya. Dengan satu pukulan saya pernah membunuh 750 orang Palestina (di Rafah tahun 1956). Saya ingin menyemangati prajurit saya agar memperkosa gadis-gadis Arab, karena perempuan Palestina adalah budak untuk Yahudi dan kami dapat berbuat apa saja yang kami inginkan kepadanya. Tidak ada yang boleh menyuruh kami apa yang harus kami lakukan, justru kami yang memerintah mereka apa yang harus mereka lakukan.” [Ariel Sharon, 1956]

Bertahun-tahun menjabat sebagai Perdana Menteri, Ariel Sharon memiliki legitimasi dan kewenangan luas mengokohkan kekejamannya. Permulaan tahun 2006, dia mengalami stroke. Itu menjadi awal penderitaannya dalam sakit. Delapan tahun Sharon koma, dan tubuhnya serupa tengkorak atau mumi yang mengenaskan.

Jadi ingat juga dengan kisah Abu Lahab, yang bernama asli Abid Al Uza ibn Abdul Muttalib. Paman Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam ini adalah orang yang sangat keras permusuhannya terhadap dakwah dan agama Islam. Surat Al Lahab (yang berisi celaan dan ancaman azab Allah SUbhanahu wata'ala) diturunkan ketika dia masih hidup. Bayangkan guncangan hati jika kita yang mengalaminya! Takut, ngeri!
Tapi Abu Lahab pasang muka tembok, bebal. Hatinya benar-benar telah diliputi kebencian dan kedengkian, sehingga ayat yang mengguncangkan hati orang lain, tidak menyentuh ruang kesadarannya sedikitpun.
Ia dengan jumawa berkata : 'Muhammad berdusta. Aku tidak masuk neraka, aku pasti akan beriman."

Lihat, betapa kotradiktifnya pernyataan dan kenyataan. Kalimat 'aku pasti akan beriman' adalah ungkapan pengakuan secara implisit terhadap kebenaran dakwah Islam. Pernyataan itu juga menunjukkan jumput ketakutan dalam hati, yang mungkin berusahan ditutupinya dengan keberanian. Namun walaupun pernyataannya demikian, sikap permusuhan dan dzolim tetap diusung tinggi. Ditunjukkan dengan terang benderang. Pat gulipat dalam dusta.

Abu Lahab menunjukkan keberaniannya. Keberanian yang bebal. Sebab Allah SUbhanahu wa Ta'ala telah menetapkan keburukan pada akhir hidupnya akibat penolakannya terhadap Islam.

Polanya, sama bukan? Musuh Islam yang dzolim, kejam, bengis terhadap umat Islam di bawah kekuasannya, menampakkan ciri berikut:
1. Bersikap tidak peduli dengan kecaman-kecaman
2. Sangat tenang, dingin.
3. Menutupi kebusukannya dengan dusta; dan ketika dustanya terungkap jelas, tetap menyodorkan dusta-dusta lain tanpa malu.
4. Akhir hidup yang mengenaskan (bahkan mengerikan), jauh dari jenis kematian yang terhormat.

Jadi, tunggu saja. Sandiwara SUu Kyi tak lama. Jumawanya sebentar saja. Jika terus menerus dia begitu, maka penderitaan panjang akan melindasnya dengan gagah perkasa. Sebagaimana ia melemparkan bait-bait penderitaan bagi rakyat Rohingya dengan penuh angkara.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.