GIVING DIRECTION: MILENIAL MENGHAFAL NAMA JALAN

Kamis, Maret 12, 2020
Hari Kamis, 12 Maret 2020.
Hari pertama masuk di X BDP 1, setelah hampir tiga pekan tidak ada kegiatan belajar mengajar.
Pekan pertama dan kedua mereka menempuh penilaian tengah semester. Pekan berikutnya libur dikarenakan kelas XII menempuh Ujian Satuan Pendidikan. Mengajar pascalibur itu menantang, sesuatu sekali.

"How do you feel?" Saya tanya mereka dengan wajah berseri-seri. Full-smile. Sengaja saya setel mimik demikian untuk membangkitkan semangat dalam diri dan dalam jiwa anak-anak. Memandang manik mata mereka agar hati-hati tertaut dalam aroma gembira. Ahaay.

"Happy!" Yang di depan menjawab.
"Sad!" Yang di belakang menyahut lalu terkikik pelan. Sad kok cengengesan, wehehehe.
"Hungry!" Yang tengah tertawa.
"Ok. Why? Why do you feel happy? Why do you feel sad? Why are you hungry?"
Pertanyaan saya ditanggapi dengan macam-macam respon.
"Waduh!"
"Hayooo.."
"Ihihihihi..."

Saya berpindah ke yang paling depan.
"Why do you feel happy?"
"Em..em... Because emm... I meet my friend," katanya malu-malu.
"Great! She said she felt happy because she met her friends," saya mengulang jawabannya.
Yang lain manggut-manggut. Saya beranjak ke belakang.
"Why are you sad?"
Kelompok yang tadi menjawab gegap gempita ini senyum-senyum. Tidak ada yang menjawab.
"Why?" Saya tersenyum pada salah satunya.
"Bukan saya, Bu, itu yang tadi menjawab," dia menunjuk yang lain.
Teman-temannya tertawa.
"Hi guys, don't be afraid of making mistakes. Nothing wrong with your answer, because this depends on your feeling, very personal. Jadi jangan takut, gak ada yang salah dengan jawabanmu, yes!"
"Yes!" Mereka menjawab semangat, lalu tertawa bersama-sama.
Susah menghilangkan rasa takut berpendapat. Takut disalahkan, takut ditertawakan, takut diremehkan.

Begitu. Perlu latihan berkali-kali untuk membuat mereka berani speak-up. Berani mengungkapkan pendapat, dan percaya diri dengan pendapatnya.

"Okey, today we are going to learn about giving direction. Guys, saya tahu materi ini mungkin agak-agak out of date. Sebab urusan menanyakan arah sekarang mudaaaah sekali. Tinggal tanyaaa...?"
"Mbah gugeeeeel!!" Anak-anak menjawab kompak.
Seratuuuusssss!
"Etapi kita tetap belajar ini ya, dan kalian akan pakai google-map di hape kalian untuk praktik giving direction. Okay?"

Okay lah. Saya melanjutkan dengan mengenalkan pada jenis-jenis espresi yang digunakan dalam 'giving-direction'. Turn left, turn right, go straight on, dan sebagainya. Lalu saya perdengarkan materi listening tentang itu yang diunduh dari BBC. Cukup menggunakan hape yang dikoneksikan dengan pelantang suara. Ternyata anak-anak BDP perlu mendengarkan berkali-kali untuk dapat menangkap makna dalam materi listening itu.
Baiqlah, tak ape.

Oh ya, bijim. Sebelum masuk materi di atas, saya beri anak-anak quote Isaac Newton.
Isinya: an object/body at rest tends to stay at rest and an object in motion tends to stay on motion, at the same speed and the same direction.
Penekanan pada bagian akhir quote itu: yang stay in motion, akan bergerak dengan kecepatan yang sama dan arah yang sama. Maka orang-orang yang biasa bergerak dalam kebaikan, akan cenderung bergerak ke arah kebaikan pula. Sebaliknya yang biasa bergerak ke arah keburukan, juga akan cenderung bergerak ke arah keburukan pula.
"Think, pertemananmu, persahabatanmu, ke mana arahnya? Kebaikan atau keburukan? Di sini pentingnya memastikan agar teman-teman yang kalian pilih adalah teman-teman yang baik. Agar arah amalmu juga baik. Begitu, ya?"

Hening. Sebagian besar mereka diam. Saya juga ikut diam. Memikirkan tabiat teman-teman dekat saya. Semoga kami sama-sama bersepakat dalam hal baik, dan terhindar dari bekerja sama dalam hal buruk.

Berikutnya, setelah mendengarkan materi listening, menjawab soal berdasar peta, dan melengkapi kalimat, tiba saat mereka membuat petunjuk arah menggunakan gawai.

"Take your mobile phone, please."
Anak-anak bergerak ke lemari di belakang, dan mengambil gawai masing-masing.
"Listen! I am giving you the destination, and you need to find out the way to get there using your google-map. I know kalian tidak hafal nama jalan di Jombang, bukan?"
"Yaaaaaaaaa!!" Lantang sekali jawaban mereka; pede dan semangat.
"Jadi selama ini kalau melewati jalan-jalan di Jombang kalian merem, gitu ya?"
Mereka tertawa. Wah payah, jangan-jangan mereka juga tidak tahu alamat kantor penting, seperti BPS, pegadaian. Eh, benarkah kantor itu penting bagi mereka?

"Starting poinnya semua dari SMKN 1, yes. Kalian bebas pilih mau lewat jalan apa, yang penting sampai!"
Mereka bersiap dengan alat tulis.
"Number one, UNDAR. Number two,..," saya diktekan lokasi yang harus mereka jelaskan petunjuk arahnya.
UNDAR, BPS, pegadaian, Keraton, Bravo, Borobudur. Tiga terakhir itu nama toko besar. Anak-anak pasti tahu.


Sejurus merek sibuk semua. Membuka peta Google dan mencari arah lokasi. Beberapa nama jalan disebutkan dan didiskusikan. Menjadi menarik sebab mereka jadi tahu nama-nama jalan di sekitar gedung penting. Selama ini mereka hanya tahu rumah sakit Muslimat. Sekarang mereka mengenal nama jalannya, Urip Sumoharjo. Juga nama jalan lainnya.

Saya cukup berkeliling, memberikan contoh sesekali bagaimana menyusun petunjuk arah itu agar nyaman dibaca dan mudah dimengerti.
Ketika bel berakhir, mereka belum selesai.
Tak apa.
Saya senang suasana kelas berjalan dengan riang dan menggairahkan, sehingga tiga jam pelajaran tidak terasa.
Terima kasih, Guys.
Your effort was awesome!

#ibuguruumi; menulis agar bahagia.
Kamis, 12 Maret 2020, pukul 21.49 WIB

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.