KEJUTAN DARI TUHAN

Minggu, Desember 04, 2011
Pernahkah kau salah jalan?

Ada satu waktu dalam hidup, aku begitu meyakini bahwa segalanya baik-baik saja. Kehidupanku sempurna: dengan anak-anak yang sehat dan manis, pekerjaan yang menyenangkan. Suami yang baik hati dan sangat memperhatikan.

Semuanya baik-baik saja. Ada satu dua hal yang tak sesuai harapan, aku mengabaikan. Membicarakan dan mendiskusikannya, namun tak perlu ada penyelesaian yang serius. Toh masing-masing bisa menerimanya.

Lalu ternyata aku bisa berbelok. Semula sedikit belokan. dan aku menyesal.

Namun kuteruskan langkah. Dan masih menyesal.

Dan jalan berbelok itu tetap kuikuti. Semakin menyesal. Juga bergantung. Aku hanya bisa menatap jalan lurus yang semakin menjauh.

Keinginan untuk kembali ke jalan lurus bukan tak ada. Tapi aku selalu kalah. Tepatnya, mengalahkan keinginan itu akibat ketergantungan yang sangat pada belokan ini. Aku menikmatinya sekaligus menangisinya. Kebahagian dan kesediah, kesenangan dan tertekan, kegembiraan dan ketakutan, selalu menjadi teman sehari-hari.

Aku tersiksa dalam bahagia. kebahagiaan itu semu, dan perasaan tersiksa itu nyata.

Lalu, satu pagi, satu dua ayat al quran menyedotku dengan keras. Tentang hisab, tentang pertanggungjawaban. Aku takut dengan ketegasan dosa. Aku harus kembali. Aku tak akan sanggup menahan beban siksa akibat dosa itu.

Maka hari itu, aku kembali. Dengan tangis air mata penyesalan. Dan perasaan kehilangan yang sangat.

Sungguh tak mudah. Setiap hari, silih berganti rasa menguasai. Kadang berbahagia dengan pilihan untuk kembali, mensyukuri detik pengambilan keputusan itu. Mensyukuri kesempatan memiliki kekuatan untuk berlari mengejar ketertinggalan.
Namun waktu lain, aku terjebak dalam sunyi. Kesepian, kehilangan. Keterpurukan. harapan-harapan yang berdendang kembali.

Sungguh, itu waktu yang kelabu. Mengharu biru. aku bisa menangis diam-diam. Mengusap air mata di bangku guru. Menundukkan kepala dalam-dalam, menyembunyikan isak.

Tapi aku tak mau kalah.Tak boleh menyerah. Tak ingin tenggelam dalam lelah.

Menguatkan tekad, menghela nafas dalam-dalam saat mengusi sepi. Berbuat kebaikan-kebaikan kecil sebanyak-banyaknya. Membuat orang lain tersenyum, meringankan beban mereka. Hanya itu yang aku lakukan untuk mengubur rasa bersalah dan tak berdaya.

Di tengah kemelut dan perang batin itu, Allah memberikan kejutan-kejutan manis. Beberapa kabar indah datang silih berganti.

Sungguh, aku malu. Aku baru mencoba kembali padaNya. Ia telah menyambutku dengan takdir-takdir cantik

Jika aku sekarang ceritakan, tidak berarti semua telah selesai. Perjalanan masih panjang. Ketahananku belum teruji.

Kumohon, Ya Allah, kokohlah selalu.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.