AKU KEJEPIIIT!

Jumat, September 21, 2018
BAWAAN OROK
Bebs itu identik dengan gegap gempita.
Ide-ide gemilang keusilan melesat-lesat, kadang tak terkontrol. Sebab bakat terpendam saya adalah sedikit (sedikit lho ya, sedikiiiiit..) usil, maka rasanya saya menemukan teman senasib.
Pernahkah jadi korban keusilan mereka? Pernah. Sekali saya purik, keluar dari group. Saat itu saya gagal menterjemahkan bahwa isengnya mereka itu tidak sungguh-sungguh. Dibalik keisengan mereka ada kejailan eh, perhatian.
Ulang tahun dahulu, lupa yang keberapa, saya diberi hadiah. DIberinya saat pengajian, di depan ustadzah pemateri. So sweet…
Tapi saya waspada level sepuluh. Saya kenal mereka. Sinyal-sinyal aneh sudah muncul. Senyum-senyumnya mengkhawatirkan. Manis sih… Tapi binar matanya …begitu deh. Pertanda buruk.
Kado itu diminta dibuka. Saya menolak. Ogah. Laluuu… akhirnya satu orang membukakan untukku. Isinya? Walah…ngisin-ngisini! Dibeberkan pakaian dalam dan lingerie! Naaah, betul kaaan. Betuul kaaan. Waspadai kejutan-kejutan mereka!
Sepertinya, Bebs adalah kumpulan orang-orang yang secara bakat nyeni, nyentrik dan jail (haha, Ge-er!). Bawaan orok kali yes!

ULTAH HEBOH
Beberapa pekan lalu ada yang ultah. Beb Fitri. Ipeh membuat group rahasia. Fungsinya, -tentu saja, apalagi kalau bukan..- merencanakan kejutan untuk Beb Fitri.
“Beb Fitri Ultaah. Kita buat kejutan apa?”
“Kapan”
“Keberapa?”
“Ayo urunan..”
“Urunan berapa? Beli apa?"
Silang simpang percakapan, tidak ada kata sepakat apa dan bagaimana kejutan dilakukan. Ribut usulan saja yang heboh.
Begitu bertemu di tempat kost, pembahasan tentang itu dilakukan sambil berbisik-bisik. Sampai menjelang hari H, tidak juga ada kepastian teknis kejutannya.
"Sembunyikan kunci motornya. Biar tidak bisa pulang!”
“Sembunyikan hape!”
“Kalau ketinggalan kereta sore, kudu naik kereta yang agak malam. Mehong!”
“Dibelikan saja tiketnya!”
“Iya. Sembunyikan kunci motornya, biar dia bingung.”
“Siti bagian sembunyikan…”
“Bla…”
“Bla…”
“Bla…”
Begitulah. Kelar? Tentu saja…tidak!
Lagi-lagi rempong dan hebohnya tidak menghasilkan keputusan bulat.

Sampai hari H, anggota group rahasia hanya bisa bertukar pandang sambil bertanta: “Jadinya bagaimana?”
Jawabannya tentu saja: “Gak tahu!”
Akhirnya, sebab tidak pasti semua, saya lempeng saja. Mengajar hingga jam terakhir. Kelar mengajar, saya kembali ke tempat kost.
Di ruang perpus dekat rumah kost eh, ruang kurikulum, Ipeh, Mamak dkk, sedang mengendap-ngendap dari pintu perpus.
"Ayo, Bun, sini.” Mereka melambai-lambai dengan lagak rahasia. Saya, sebab tak tahu apa skenarionya, cuma bengong dna melongo. Lalu masuk ke ruang kurikulum. Di tempat kost, beb Fitri senyum-senyum. Terus terang saya bingung harus akting bagaimana. Sutradara tidak membrifing lebih dahulu.
Lalu, pembawa kue tart datang, sambil tergelak-gelak. Beb Fitri juga terbahak-bahak. Saya? Ketawa-gak-jleas-sembari-mbatin: Maksudnya apa siiih?
“Tiuup!” Seseorang berteriak.
“Gak usah make a wish, langsung tiup!” Itu saya yang bicara. Sebenarnya tiup lilin begitu saya gak setuju. Lain kali semoga gak pakai tiup lilin, yes!
Tiup lilin sembari foto. Semua manyun-manyun berlagak meniup, saya beda pose sendiri. Senyum sadar kamera dan bergaya. Hasilnya? Tentu saja diprotes.


“Potooong kuenya!”
Kami bergerombol di meja, mengelilingi kue. Saya mencomot buah cherry, lalu…hap! Masuk mulut, deh. Saat akan ambil cherry kedua, ternyata ada yang melihat.
“Bunda reeeek!” Hihi.

Ternyata, sembunyi di perpus tadi rangkaian dari kejadian sebelumnya. Yaitu, Beb Fitri dibiarkan di dalam ruang kurikulum sendirian. Mamak, Ipeh, Siti, dan lainnya meninggalkannya diam-diam. Tujuannya membuat Beb Fitri bingung.
Bingungkah dia? Tidak, Sodarah-sodarah! Bahkan Beb Fitri tidak sadar bahwa dia sedang ditinggal! Ow, ow, gagal total!
Momen makan kue menjadi momen tertawa bersama, mengenang skenario berantakan tadi.
“Aku pulang!” Beb Fitri berdiri.
“Tutup…tutup! Jangan boleh!” Ipeh teriak-teriak. Dan…kejailan babak dua dimulai!
Para Bebs menuju pintu. Ipeh yang paling semangat.
“Awas..awas...!” Beb AIni memberi instruksi.Beb Nur, Beb Aini, Beb vivin, Beb Ipeh! Ya ALlah...
Mereka berjejer-jejer di pintu, menjadi penghalang yang ribut bukan kepalang. Saya sibuk tertawa.
Beb Fitri juga sibuk tertawa sambil teriak-teriak. Hadooh, ini guru-guru lupa umur!

Beb Fitri cuma tertawa saja? Tidaaaak! Dia menerjang, berusaha membubarkan barikade pintu yang jejeritan gak karuan.
Apesnya, yang diterjang saya!
“Aku kejepiiit! Kejepiiit!” Saya heboh juga akhirnya, berusaha melepaskan diri. Badanku ngilu-ngilu juga.
“Aku kejepiiit… Kejepiiit!” Saya pasang tampang memelas. Gak ada yang peduli, hadirin! Beb Fitri semakin semangat menggencet saya. Yang lain semangat menghalangi Beb Fitri. Sementara eikeh semangat empat lima mengabarkan bahwa daku kejepiiit! Usaha yang sia-sia, huh.

Keributan semakin menjadi, karena Siti membelot. Dia sibuk mendorong-dorong kami supaya menjauh dari pintu.
“Kasiiihaaaan! Kasihan! Nanti tertinggal kereta! Tak ewangi!” Siti menarik siapa, mendorong siapa, menyenggol siapa. Yang lain, tetap berusaha bertahan di posisinya. Saya? Setelah lepas dari Beb Fitri, saya tertawa melihat orang-orang iseng ini.
“Beb Piet! Beb Piet! Cepetan… Cepetan keluar!” Siti akhirnya bisa menarik pintu. Ipeh berusaha menutup kembali.
“Awas.. Awas.. Jangan boleh!”
“Beb Piiet! Ayo, ndang!” Siti gagah perkasa membantu.
Beb Fitri malah membungkuk, bertelekan kursi, tertawa terbahak-bahak. Tangannya memegang perut, bahunya berguncang-guncang. Lhealaah, bukannya segera kabur, dia malah cekikikan begitu.
Akhirnya Beb Fitri kuat berjalan, walau sambil terkekeh, kabur menuju sepeda motornya. Ipeh masih gigih mengejar, berusaha menghalangi. Siti, masih berlagak sebagai bodyguard Beb Fitri. Siti menarik Ipeh, Ipeh mandorong Siti. Ipeh berlari mengejar Beb Fitri, Siti berlari menahan tangan Ipeh. Lha, kok sekarang jadi antara Ipeh dan Siti?
“Cepaaat! Cepaaat! Hayo, cepaaat!” Siti menutup gerbang samping. Ipeh menggapai-gapai gerbang, hendak mengejar kembali.
"Ayo kembali! Sini, kembali!" Ipeh teriak.
Beb Fitri melambai mesra dari motornya.
"Ai laf yuuu...Ai laf yuuu!

Luar biasa! Kejailan yang bikin capek dan sakit perut!
Bay de way, saat ini ditulis, Beb Fitri sedang PPG di Malang. We miss you, Beb!

Ibu Guru Umi, menulis agar bahagia.
ABaTa, 21 September 2018. 21.55 WIB

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.