PAKET RAHASIA

Rabu, September 19, 2018
Pada suatu pagi.
Seorang siswi muncul di ruang kurikulum. Dia membawa kerupuk besar-besar.
“Bu, ini,” gadis imut itu menyerahkan kerupuknya.
“Katanya untuk anak kos-kostan,” katanya lagi.
Saya melongo. Yang lain juga melongo. Sebutan kost-kostan ini adalah sebutan terbatas di antara kami, para penghuni ruang Kurikulum.
Jangan membayangkan kost-kostan itu serupa kamar-kamar, dengan fasilitas televisi, kasur, lemari, dan lain-lain. Apalagi pakai kompor, panci-panci, dan segala pernik-pernik dapur.
Ruang kost kami hanyalah satu wilayah di balik partisi, kira-kira seluas 3 x 8 meter persegi. Ada meja panjang di tengah, dengan beberapa kursi di sekelilingnya. Di tepi-tepi, menempel di dinding, macam-macam benda. Kardus berisi kertas raport, kardus berisi botol minum persedianaa, kardus berisi buku Fulanah, kardus berisi prakarya anak-anak murid Fulan. Di bawah meja, bertumpuk-tumpuk koleksi soal tengah semester, akhir semester, try out, lembar jawaban, dan lain-lain. Ruang kurikulum memang identik dengan koleksi kertas, tentu saja. Kalau penuh koleksi emas, itu namanya toko emas, yes!



Mengapa disebut kost-kostan?
Begini, pemirsah yang budiman...
Wait, aku ngojek dulu yes, nanti dilanjut menulis kembali. Setelah ngojek, ada kajian dengan mbak-mbak syantiek yang kinclong-klincong. Setelah itu mandi sore, dan kerjakan ini dan itu.
Lalu cerita ini kapan dilanjutkan? Suka-suka gue laaaah. Stay tune, and be happy, yes!
(Sampai titik diatas, pas dua ratus kata. Dihitung? Iya, saat ini sedang ikut writing challenge. Tiap hari kudu ngetik, nulis, dan jadi semangat posting cerita. Apa itu writing challenge? Kapan-kapan aku ceritakan, yes. Sekarang tak pulang dulu. See you, bye bye!!)
**
Lanjuuut. Ngojek sudah, ngaji sudah, jemput Yayang sudah. Sekarang anteng di depan kompi.

Kenapa disebut kost-kostan?
Ruang kurikulum itu tentu untuk para punggawa kurikulum. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum, staf pembelajaran, staf evaluasi, dan staf lainnya. Ada beberapa guru yang diberi amanah tambahan, diserahi jubah punggawa dan pedang pena. Juga dua staf tata usaha yang menjadi sasaran empuk permintaan pertolongan jika menemukan kesulitan teknis sana dan sini. Mereka sungguh punya peluang berpahala yang besar.
Wait, menulis gaya seperti diatas bikin pening kepala. Pakai gaya emak-emak saja yuuuk!

Nah, selain para punggawa resi itu, ruang kurikulum juga disusupi mata-mata. Mata-mata yang suka mengintip menu warung mbak Lis (ini salah satu warung sekolah, langganan kami). Mata-mata yang sering pesan-antar aneka makanan. Mata-mata yang suka membuat meja besar berantakan: ada botol saus, bungkus bakso, gelas plastik bekas susu Mak Dar (tahu kan? Itu, yang ada di lagu balonku; ‘meletus balon hijau, Dar!). Mereka para pasukan hobi makan.
Yang kost di situ adalah : Beb Fitri, Beb Sita, Pepi. Lalu sejak tahun ajaran 2018/2019, saya resmi mendaftar.
Mendaftar pada siapa? Pada Ayah. Ayah Budi? Bukan, hihi. Ayah itu sebutan untuk Pak Pra, waka kurikulum, penguasa tertinggi ruang ini.
“Pak Pra, saya kost di sini ya, nebeng,” begitu cara saya mendaftar.
“Ya silahkan, “ jawab Ayah, eh Pak Pra.
“Sini Bun, mejanya di sebelah sini,” Beb Fitri menunjuk meja di depannya. “Aku di sini, di situ Sita, Pepi di sana. Bunda situ saja ya!”
Saya mengangguk-angguk saja. Sebagai anak kost baru yang sopan, hemat, cermat dan bersahaja, saya tidak boleh banyak menuntut. Nanti, tungguuuu... Tunggu tanggal mainnya, hehehe.
Begitu, cerita singkatnya. Kapan-kapan aku sambung lagi yes.

Kembali pada kerupuk misterius itu.
“Ini dari siapa?” Tanya saya.
“Dari itu, Bu... Dari seseorang. Anu, katanya untuk kost-kostan,” dia kelimpungan sendiri, salah tingkah.
“Iya, dari siapa?”
“Dari ituuu..,” masih juga tampak kebingungan.
“Orangnya seperti apa? Besar?”
“Iya.. anuu, ya gitu,” cengar scengir saja.
“Pak Ezar?”
“Itu Bu.. anu, katanya saya tidak boleh bilang-bilang dari siapa. Pesannya begitu,” siswi tadi mendekati saya dan mengajak salim. Lho, kok malah mau kabur.
“Pak Ezar?”
“Maaf Bu, katanya tidak boleh bilang-bilang!” Dia langsung ngibrit.
Lhaaa. Ditanyain kok ketakutan gitu. Ya sudahlah. Kerupuk itu dilahap dengan gegap gempita. Sudah jelas untuk kost-kostan, berarti termasuk untuk Bapak kost, Mami kost, plus seluruh penghuninya.
**
Ternyata, lagak aneh pengantar makanan berlanjut juga.
Kerupuk misterius itu sepertinya yang pertama.
Ada kejadian lainnya.
Seorang sisiwi berjilbab masuk ruang kurikulum. Tangannya menyembunyikan sesuatu di balik jilbabnya.
“Bu, Bu Vivin yang mana, ya?” Ia bertanya, sementara tangan yang tersembunyi di balik jilbab bergerak-gerak.
“Saya,” Bu Vivin mengacungkan tangannya.
“Panjenengan Bu Vivin?”
“Iya.”
Tangan di balik jilbab keluar pelan-pelan, memunculkan kantung plastik yang ditutupi sedemikian rupa. Seolah-olah rahasia. Seolah-olah penting nian.
“Ini, Bu. Ada titipan,” disodorkannya bungkusan itu. Lalu wajahnya tampak misterius, melirik sana sini.
“Anu, Bu, katanya jangan sampai ketahuan Pak Pra,” bisiknya. Konon, matanya melirik ke sana ke mari. Seolah-olah demikian penting informasi ‘jangan ketahuan’ itu; bila sampai dilanggar, berbahaya, merusak stabilitas ruang kurikulum yang dikenal bahagia dengan celoteh rupa-rupa.
Bungkusan itu rahasia tingkat tinggi, tidak sembarang orang boleh tahu. Pengantarnya harus sungguh-sungguh memastikan titipan sampai dengan selamat, tepat sesuai instruksi, lalu tinggal laporan: mission complete!
Apa isi paket itu? Tentu saja, hal yang disukai anak kost: makanan gratis!
**
Tadi siang, pengirim paket yang bergaya rahasia-rahasiaan itu terungkap. Ternyata Pepi-lah pelakunya. Pepi Ezar. Guru seni yang gaul dan nyentrik habis. Soulmate para mahluk kost dan penduduk asli kurikulum, wehehehehe.
Gaya cueknya sering memberi inspirasi pada saya: jangan pedulikan gunjingan, dan rupa-rupa tudingan.
Stay cool, stay calm; just be happy. Yippiiyy, benar sekallleee!

“Gitu anak-anak yang dititipi ya manut!” celetuk salah satu. Kami tergelak.
“Saya hanya ingin memastikan, mereka menjalankan sesuai amanah atau tidak!” Santai Pepi berkata. Kubayangkan anak-anak pengantar paket yang berlagak rahasia-rahasiaan, sok penting, sementara sebenarnya instruksi Pepi itu penuh keisengan! Ahahaha.


Nah, foto diatas, yang paling depan itu namanya Pepi alias Pak Ezar.
Masih ada cerita seru lainnya. Stay tune, guys! #tsaah!

Ibu Guru Umi, 18 September 2018. 21.51 WIB

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.