BERTEPUK SEBELAH TANGAN
Pagi tadi,
ketika tengah bersiap-siap, ada yang berlari-lari di lorong depan kamarku.
Suara kakinya menghenatk-hentak. saya masih cuek. Tetap melanjutkan
beraktivitas seperti biasa.
Tiba-tiba, telinga saya tegak berdiri. Suara itu, suara
halus, kecil, melengking. Ditengah-tengah lompatan, sauara cakap-cakap itu
terdengar. Suara anak-anak! Ah, benar, suara anak-anak. Suara itu menjauh, ke
arah ujung lorong. Mungkin menuju lift.
Saya beringsut ke balkon. Menatap ke arah kolam. Lihat,
lihat, dia disana: anak kecil putih, gendut, bermain-main riang di tengah
kolam. Cuma seorang. Bersama ibunya yang masih muda. Saya menatap diam-diam.
Sebentar, sebentar saja. Ada sesuatu yang mendesak-desak keluar. Ingat Nabila,
Najma, Zahra dan HAfidz.
Hampir tiap malam saya menelepon. Melepas rindu dengan
mendengarkan suara-suara mereka. Dan sekarang, saya ingin menelepon lagi.
Saya putar nomor salah satu
bunda pengasuh ABaTa.
"Ya, Bunda?" itu
suara Bunda Ema.
"Anak-anak ada?"
"Ada Bunda, sebentar,"
terdengar suara keresek-keresek, lalu sepi.
"Itu Bunda Umi,
KAkak," suara bisik-bisik pada Kakak HAfidz.
"Kakak HAfidz, hallo...
Assalamu'alaikum," saya menyapa.
"Wa'aitum salam, Unda di
ana?" tanya Hafidz.
"Di Yogya, Kakak sedang
apa?" tanya saya.
Tidak ada suaranya. Cuma suara
keresek-keresek lagi. Saya menunggu.
"Kakak, ditanya Bunda
Umi," bujuk seseorang. Tidak ada respon.
"Bunda, kakak Hafidznya
tidak mau bicara. Emoh, katanya," kata Bunda Ema.
Saya tertawa.
"Ya sudah, gak papa. Zahra ada?"
"Ada Bunda,
sebentar," sahut Bunda Ema, LAlu terdengar suara-suara kecil, berteriak,
berbicara.
"Mbak Zahra, Bunda Umi
mau bicara," terdengar Bunda Ema berkata..
Saya kembali menunggu. Tidak
ada suara apa-apa.
"Assalamu'alaikum...Mbak
Zahra...," saya menyapa. Sepi. HAnya ada gumaman-gumaman kecil.
"Bunda Umi, maaf, Mbak
Zahra tidak mau bicara," kata Bunda Ema.
"Hehehehe..Ya, gak papa.
Mbak Najma, mana?"
Saya berharap Mbak Najma sudi
mengobrol. Hiks, sudah ditolak dua krucil-krucil. Masa yang ketiga menolak
lagi?
"Ya, Bunda, sebentar.Mbak
Najmaa....," Bunda Ema kembali memanggil-manggil. Heran, dari tiga anak,
tempat mainnya berbeda-beda. Main apa saja, ya?
"Maaf Bunda, Mbak Najma
juga tidak mau bicara...," kata Bunda Ema.
Huaaa.... Rinduku bertepuk
sebelah tangan!
Jombang, 18
Desember 2010
Tidak ada komentar: