BERTEPUK SEBELAH TANGAN

Minggu, Juli 07, 2013

Pagi tadi, ketika tengah bersiap-siap, ada yang berlari-lari di lorong depan kamarku. Suara kakinya menghenatk-hentak. saya masih cuek. Tetap melanjutkan beraktivitas seperti biasa.
            Tiba-tiba, telinga saya tegak berdiri. Suara itu, suara halus, kecil, melengking. Ditengah-tengah lompatan, sauara cakap-cakap itu terdengar. Suara anak-anak! Ah, benar, suara anak-anak. Suara itu menjauh, ke arah ujung lorong. Mungkin menuju lift.
            Saya beringsut ke balkon. Menatap ke arah kolam. Lihat, lihat, dia disana: anak kecil putih,  gendut, bermain-main riang di tengah kolam. Cuma seorang. Bersama ibunya yang masih muda. Saya menatap diam-diam. Sebentar, sebentar saja. Ada sesuatu yang mendesak-desak keluar. Ingat Nabila, Najma, Zahra dan HAfidz.
            Hampir tiap malam saya menelepon. Melepas rindu dengan mendengarkan suara-suara mereka. Dan sekarang, saya ingin menelepon lagi.
 Saya putar nomor salah satu bunda pengasuh ABaTa.
 "Ya, Bunda?" itu suara Bunda Ema.
 "Anak-anak ada?"
 "Ada Bunda, sebentar," terdengar suara  keresek-keresek, lalu sepi.
 "Itu Bunda Umi, KAkak," suara bisik-bisik pada Kakak HAfidz.
 "Kakak HAfidz, hallo... Assalamu'alaikum," saya menyapa.
 "Wa'aitum salam, Unda di ana?" tanya Hafidz.
 "Di Yogya, Kakak sedang apa?" tanya saya.
 Tidak ada suaranya. Cuma suara keresek-keresek lagi. Saya menunggu.
 "Kakak, ditanya Bunda Umi," bujuk seseorang. Tidak ada respon.
 "Bunda, kakak Hafidznya tidak mau bicara. Emoh, katanya," kata Bunda Ema.
 Saya tertawa.
"Ya sudah, gak papa. Zahra ada?"
 "Ada Bunda, sebentar," sahut Bunda Ema, LAlu terdengar suara-suara kecil, berteriak, berbicara.
 "Mbak Zahra, Bunda Umi mau bicara," terdengar Bunda Ema berkata..
 Saya kembali menunggu. Tidak ada suara apa-apa.
 "Assalamu'alaikum...Mbak Zahra...," saya menyapa. Sepi. HAnya ada gumaman-gumaman kecil.
 "Bunda Umi, maaf, Mbak Zahra tidak mau bicara," kata Bunda Ema.
 "Hehehehe..Ya, gak papa. Mbak Najma, mana?"
 Saya berharap Mbak Najma sudi mengobrol. Hiks, sudah ditolak dua krucil-krucil. Masa yang ketiga menolak lagi?
 "Ya, Bunda, sebentar.Mbak Najmaa....," Bunda Ema kembali memanggil-manggil. Heran, dari tiga anak, tempat mainnya berbeda-beda. Main apa saja, ya?
 "Maaf Bunda, Mbak Najma juga tidak mau bicara...," kata Bunda Ema.
 Huaaa.... Rinduku bertepuk sebelah tangan!

Jombang, 18 Desember 2010


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.