ABI, HARI, DAN YASIN

Minggu, Juli 07, 2013
Saya suka mendekatinya, setiap kali ke Baby Class.
Seorang anak laki-laki  kecil, sebut saja Abi,  yang tinggal dengan neneknya. Dulu pernah mendengar cerita sekilas tentangnya, tentang kenapa sekarang ia tinggal dengan neneknya, dan bukan dengan orang tuanya. Sejak bayi.
Ia bertubuh kecil,dan sering alergi.
Saya suka memeluknya. Karena ketika  menatap matanya, melihat  gerak-geriknya, saya tahu ia haus pelukan. Jika ada Ayah Budi Hartono, suka sekali Abi membuntuti kemana pun pergi. Ayah sering menggendongnya, mengajaknya bicara. Atau sekedar duduk menemani. Kami tahu, Abi  kehilangan sosok Ayah, dan mungkin diam-diam merindukannya. Tanpa pernah mengerti, bahwa sejatinya itu rindu yang terpendam.

Pernah Abi sakit, dan tetap masuk di Baby Class. Mungkin Neneknya sedemikian percaya pada kami, hingga tetap menitipkan sang cucu walau sakit. Abi diam, tidur dengan badan panas. Baru saja diberi obat penurun panas. Melihat saya datang, ia bangkit. Berjalan perlahan, dan duduk dipangkuan.

"Mas sakit?" tanya saya. Bocah tiga tahun itu hanya mengangguk. Lalu  melingkarkan tangannya ke leher. Saya memeluknya, membiarkan kepalanya menyusup. Terus memeluknya cukup lama. Sesekali tangan saya menepuk-nepuk pantatnya. Sesekali ia mengerang.Sesekali saya mengusap kepalanya. Andai bisa, akan saya lakukan apa saja asal ia kembali riang.

*(sejujurnya, sering harus menahan air mata setiap memandangnya)*

Nah, kemarin saya berkesempatan mengunjungi Baby Class. Abi  begitu senang, dan langsung duduk di pangkuan. Mengusap-usap kepala saya, mengajak berbicara.
"Iki sapa?" tanyanya sambil menunjuk saya.
"Bunda Umi," jawab saya. Tersenyum geli, selama ini ternyata dia belum tahu nama saya! Oh ya, para Bunda hanya memanggil saya 'Bunda' saja, tanpa embel-embel nama.
"Boleh sun?" saya bertanya.Biasanya saya mengusap dan  mencium kepalanya. Dan ia terseyum-senyum saja.
"Apa?" katanya heran. Saya tertawa.
"Sun. Begini..,"saya memperagakan. Mencium pipinya kiri kanan.
"Sekarang, Mas sun Bunda," saya menyodorkan pipi. Dia tertawa, lalu mencium dua kali.

Kembali saya bercakap-cakap dengannya. Lalu datang satu anak,  panggil saja Hari,  seusia dengannya. Hampir sama, Hari  tinggal dengan neneknya. Berdua mereka berbincang-bincang.Saya sempat menghadiahi pelukan dan ciuman untuknya. HAri tertawa-tawa senang. 

Kini ada dua anak di pangkuan saya. HAri turun, duduk depan Abi. Tiba-tiba datang satu anak yang bertubuh besar.Anak baru, namanya (sebut saja) Yasin. Dia tidak banyak bicara. Hanya memandang saya, Abi, dan Hari yang asyik mengobrol.

Tiba-tiba saja Yasin duduk di paha kanan saya. Merapatkan punggungnya ke badan saya, dan duduk dengan tenang. Bunda-bunda tersenyum melihatnya.Kini ada tiga anak kecil di depan saya. Lalu berdatangan yang lain. Berkerumun, melihat-lihat hape  saya yang dimainkan Abi.Selama sekian menit,pemandangan itu mengetuk-ngetuk hati.

Lalu,saya harus pergi.
"Mas, Bunda pulang dulu ya!" 
Abi berdiri, mengembalikan hape dan mengomando teman-temannya.
"Bunda mau pulang, Bunda mau pulang..," katanya,sambil  menarik teman-temannya.
Abi dan Hari berdiri. Tapi Yasin tetap duduk manis. Saya tertahan, tak bisa berdiri.

"Mas Yasin, Bunda  Umi mau pulang.Sini sama Bunda," seorang Bunda yang lain membujuk. Yasin hanya melirik sekilas ke arah saya, lalu menggeleng. Tetap saja ia memaku pantatnya di paha kanan saya. Tanpa ekspresi, wajahnya tampak lucu.

"Ayo,Bunda mau pulang!" Yasin tak bergerak walau Abi menarik-nariknya.

"Sini, Bunda sun mau?" tanya saya. Yasin menggeleng.

Sekian menit saya menunggu. Akhirnya YAsin memang mau berdiri, setelah diambil oleh satu bunda.

Saya pulang, dan anak-anak itu melepas dengan lambain dan senyum...

*..momen indah siang itu, ketika panas dan penat...*

26 OKTOBER 2012

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.