LELAKI ITU
05 April 2011 jam 6:47
Ia duduk di
deretan kursi bapak-bapak. Satu deret di depan saya. Bebaslah saya memandangnya
dari belakang, menatap gerak geriknya. Memperhatikan seluruh tubuh dan
perilakunya. Saya mulai menilainya, diam-diam.
Ditangannya
ada sebungkus cereal. Disuapi satu per satu kepada bocah kecil nan ganteng yang
mondar-mandir kesana kemari. Sang bocah sesekali tertawa, sambil menarik-narik
celana panjangnya. Mengajak sang ayah bercanda, rupanya. Kali waktu si
bocah duduk di pangkuannya. Wajahnya menghadap wajah sang ayah, dan mereka
tertawa berdua, dengan tawa yang lembut dan pelan. Sesekali kepala sang ayah
beradu dengan kepala sang bocah yang kembali terkikik geli. Saya menyukai tawa
mereka, dan tersenyum, diam-diam.
Sang bocah
berlari menjauh, sibuk bermain-main sendiri. Satu anak putri (anak seorang
bapak yang duduk tak jauh juga dari lelaki itu), berusia sekitar setahun,
mendekatinya dengan langkah pelan-pelan. Ketika mencapainya, putri kecil cantik
itu memegang kakinya. Lelaki itu tersenyum,menyapa dan mengajaknya bicara
dengan lembut. Menyodorkan jelly ditangannya. Putri kecil itu menatapnya,
memamerkan gusinya ketika tersenyum. Mereka bertukar senyum, dan tangan lelaki
itu tak lepas dari tangan putri kecil. Seolah menjaganya agar tak terjatuh.
Saya menyukai caranya menjaga putri kecil itu, dan tersenyum, diam-diam.
Setelah itu,
seorang bayi lain mendekat. Bayi laki-laki, yang baru bisa berjalan.
Tertatih-tatih ia melintas dideretan para Bapak. Lelaki itu, dengan mata
hangatnya, menyambutnya ketika sang bayi hampri mendekatinya.Mengulurkan tangan
dengan senyuman, dan sang bayi menyambut tangan itu. Ia berpegangan, dan
memandang sang lelaki. Merekabertukar pandang, dan lelaki itu mengajaknya
bicara. MAsih dengan tersenyum dan kehangatan yang khas. Saya suka
perhatian dan kepeduliannya. Saya tersenyum, diam-diam.
Sekian
waktu, lelaki dan bocah kecil itu menghilang. Tidak ada di deretan kursi itu.
Saya bergegas keluar, berusaha mencari. Kemanakah ia? Apakah yang dilakukannya
diluar, dengan sang bocah?
Saya
menemukannya di sana, di dekat sebuah pohon. Sang bocah menundukkan kepalanya,
dibawah aliran air yang keluar dari sebuah talang di atap. Sambil
tertawa-tawa, sang bocah mengoceh. Lelaki itu bersedekap dan tersenyum. Hanya
tersenyum, menunggui sang bocah yang asyik membasahi kepalanya.
Saya menatap
matanya. Ia menatap mata saya, juga masih tersenyum. Saya sungguh ingin tahu,
apakah yang terjadi. Mengapa dibiarkannya sang bocah membasahi kepalanya?
"Bosan
didalam, " katanya sambil menunjuk sang bocah. Oh, begitu.
"Dia
minta pulang dan menangis..," jelasnya lagi. Oh, ya.
Saya
memandang sang bocah. Ia menoleh, memamerkan kepalanya yang sudah basah kuyup.
"Lihat,
Ayah!" serunya sambil menunjuk kepalanya.
Sang ayah
tertawa pelan. Kembali bersedekap, dan saya diam-diam menatap.
Saya
mengaguminya. Segala kesabaran yang telah ditampakkannya selama ini. Dan
kelembutannya dalam mencinta.Dan kepeduliannya yang menghangatkan.
Saya
beranjak, mendekatinya dan berdiri di sebelahnya. Tangannya yang hangat saya
genggam, sepenuh hati.
Dia sungguh
saya cinta. Lelaki lembut, teman setia sebelas tahun ini.....
Saat
itu, di Nganjuk, 3 April 2011. 15.00 WIB
Tidak ada komentar: