HADIZ BELUM TIDUR

Minggu, Juli 07, 2013
Hari kemarin, Ahad, saya mengantuk sekali. Begitu juga Ayah. 

Sehabis shalat isya, Hafidz mulai rewel. Menyusupkan kepala ke pangkuan. 

"Nene...," katanya. 
"Ayuk, ke kasur. Sana naik dulu," kata saya. HAfidz berlari ke kamar sambil tertawa-tawa. Lalu naik ke kasur dan tidur terlentang. Mengangkat-angkat kakinya sambil mengoceh. 

"Nda...,"panggilnya. 
"Sebentar kak, bunda ganti baju dulu!" saya menjawab. Hafidz kembali mengoceh. Ketika saya naik kasur, dia tertawa keras sekali. Saya mengeloni sambil mengusap-usap wajahnya yang lucu. Entah siapa yang lebih dahulu tidur (sepertinya saya!). 

Tiba-tiba saya terbangun. Dan terkejut. Hafidz tidak ada di samping saya! Jam sudah menunjukkan pukul 21.30 malam. Saya menuju ruang tengah. HAfidz dan Zahra sedang asyik berlari-larian. Sementara Ayah tidur dengan manisnya! 

"Lho, kok bangun lagi?" saya menegur. Hafidz dan Zahra tidak peduli. Saya ke kamar mandi dan mencuci muka. Sebenarnya masih mengantuk, tapi tidak mungkin membiarkan dua anak ini bermain-main tanpa menemani. 

"Mau dot?" tanya saya. 
"Dok... Dok!" Hafidh mengangguk-angguk. Saya menyalakan dispenser dan mulai membuat susu. Zahra sudah siap di atas sofa. HAfidz menarik-narik bantal di kepala Ayah. Ayah bangun, memberikan bantal, dan tidur lagi! 

Mereka berdua minum susu. Saya tidur di sebelah HAfidz. Baru saja terpejam, sebuah pukulan di perut membangunkan saya. 

"Nda... niii!" Hafidh menunjuk lampu merah pada dispenser yang belum saya matikan. 

"Oh, ya, warnanya merah!" kata saya. 

"Yah...yah..," hafidh meniru sambil menepuk-nepuk dispenser. Saya terpejam lagi... 

"Nda!! YAh..yah.." HAfidh menepuk saya lagi, kemudian berlari ke arah dispenser. Menunjuk-nunjuk lampu merahnya lagi. 

"ya, Kak, merah!" saya mengangguk-angguk dengan mata berat. MAta hampir terpejam.... Tepukan itu datang lagi! 

"Nda!! Yah... yah!" Hafidh menunjuk ke lampu itu kembali. 

"Ya, merah!"saya menyahut. Tangan HAfidh menyentuh kran dispenser berwarna merah dan bir. 

"Panas, kakak! BAhaya!" saya menginngatkan. 

"Naaassss!" Hafidh menirukan. Saya menaruh kepala di bantal lagi. 

"Ndaaaaa!" HAfidh memanggil. SAya menoleh dengan mata separuh terpejam. 

"Naaasss...naaassss!" katanya sambil menunjuk kran air. 

"Ya, panas! Bahaya!" kata saya. Hafidh melongok ke belakang dispenser. Lalu menyentuh lampunya, krannya, kembali ke bagian belakang. Begitu seterusnya. 

"KAkak, main ini!" saya memberikan dadu kecil berwarna hijau menyala. HAfidh menerima sambil tertawa keras, lalu melemparnya. Diambil lagi, dilempar lagi. Saya menaruh kepala di bantal. HAmpir terpejam... 

"Ndaaaa.... tuuuu...tuuu...," HAfidh menepuk perut saya dengan keras sekali. Saya mengikuti arah telunjuk Hafidh. Ke bawah meja. Saya melongok ke bawah meja dan mendapatkan dadunya ada dibawahnya. 

"Ini, kak!" Hafidh menerima dadu kemudian melemparnya. Bosan dengan dadu, dia mendekati Nabila yang tertidur dekat Ayah. Kaki Nabila diinjak, kemudian melompat. Nabila bergeser. 

"KAk, gak boleh begitu! Kaki mbak sakit kalau diinjak-injak!" saya mengingatkan. 

"Disayang saja!" saran saya. Hafidh berjalan mendekati wajah Nabila. Cup!! Suara kecupannya di pipi NAbila terdengar keras. LAlu ke Ayah. Cup!! Lalu ke Najma. Cup!! Mendekati ke Zahra, dan...cup!! 
Terakhir dia mendekati saya, merangkul kuat-kuat dan...cup! Kami tertawa berdua. 

Sisa malam itu, tak henti-henti dia bergerak. Menyeret-nyeret kursi plastiknya. Duduk di atasnya, bertepuk-tepuk. Turun lagi. Mendekati Najma. Menggigitnya. Mendekati badan Nabila, menaikinya. Mendekati Zahra, memegang telapak kaki Zahra dan mengangkatnya tinggi-tinggi. Mendekati Ayah, menepuk-nepuk kepalanya. Mendekati saya, memeluk saya erat, kemudian menggigit pundak dengan keras. Saya mengaduh, Hafidh tertawa sambil mengerutkan hidungnya. 

Berlangsung hingga pukul 23.30. Ketika saya mengajaknya tidur, Hafidh berlari ke kasur. Naik keatasnya, dan bertepuk-tepuk sambil terlentang. 

Berdua tidur dalam damai. Bismikallahumma ahya wa bismika amuut....

JOMBANG, 15 MARET 2010

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.