HARI GURU

Minggu, Juli 07, 2013
Di SDN Dabasah VII, Bondowoso. 1983. Saya masih kelas dua saat itu.  Wali kelas saya seorang perempuan, sayang saya lupa namanya. Hari itu kami mendapat tugas membuat bunga dari kertas krep. Ibu guru memberi contoh, kami mencoba membuatnya sendiri. Karena tidak selesai pada saat jam ketrampilan habis, kami diminta membawa pulang dan menyelesaikan di rumah.
            Saya mengalami kesulitan membuatnya. Bunga-bunga buatan saya tidak bisa secantik bunga ibu guru. Menceng-menceng, dan kelopaknya tidak simetris. YAng bagus hanya batang dan daunnya saja..hehehe. Pekan berikutnya, saya membawa rangkaian bunga tersebut. Potnya, sesuai instruksi, adalah barang bekas. Wadah sebuah margarin yang terkenal.
            Saya masuk ke kelas dengan perasaan malu. Bunga-bunga teman-teman saya banyak yang cantik-cantik. Beberapa diantara mereka mengaku terus terang bahwa ibulah yang membuatkan. Beberapa yang lain berusaha meyakinkan teman-teman bahwa bunga itu buatan  sendiri. Termasuk satu teman saya yang cantik, yang mengangkat-angkat bunganya dengan sikap menyolok.
            Perasaan saya semakin minder. Bunga saya, tampak jelas dan nyata, buruk rupa. MAka ketika ibu guru memanggil kami dan menilai satu persatu, ingin rasanya saya amblas ke bumi. Bunga buruk begitu, apanya yang bisa dibanggakan?
            Diakhir jam, ibu guru mengumumkan bahwa akan ada sepuluh bunga terbaik yang akan disimpan di ruang guru. Teman-teman yang memiliki bunga bagus antusias. Satu persatu nama dipanggil Alangkah terkejutnya saya, nama saya disebutkan! Saya meletakkan bunga buruk-rupa itu di meja depan beliau. Beliau tersenyum penuh arti.
 "Bunga yang disimpan di ruang guru bukan cuma bunga yang bagus, tapi juga buatan sendiri..," kata beliau. Bunga-bunga teman yang dibuatkan ibu, memang tidak termasuk dalam daftar yang dipanggil.
            Sungguh berkesan apa yang dikatakannya. Beliau telah mengajarkan hal penting: menghargai proses. Menghargai kejujuran. Menghargai jerih payah. Bukan sekedar hasil.
 Sangat langka guru demikian. Bahkan hingga kini.
            Maka pagi tadi, dalam doa, saya menangis diam-diam. Ingat Pak Arifin, ingat Pak Rahwini. Ingat Pak MAhdoer. Ingat  Bu Susi. Ingat semua guru yang hampir saya lupakan namanya.
            Semoga ALlah ampuni dosa-dosa mereka, dan menerima semua amal sholeh. Semoga Allah gantikan curahan cinta mereka pada kami, dengan surgaNya.
 Selamat HARI GURU...

25 November 2010 jam 9:17


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.