SENJATA MAKAN TUAN

Minggu, Juli 07, 2013
Pagi tadi, saya di telepon teman, ketua FLP Jombang. Mengabarkan bahwa saya akan diajak untuk mengikuti acara di Yogya. Bulan Februari, selama 3 hari. Tanpa pikir panjang, saya menyetujui. Yogya lagi? Horee!!
            Sekarang, waktunya nego dengan Mas Budi. Semoga diijinkan! Setelah ditinggal hampir sebulan ke Yogya kemarin, ditinggal 3 hari saja mungkin tidak masalah...
 "Ayah, tadi pak Fathoni telepon. Katanya ada acara 3 hari,  FLP. Bunda diajak ikut. Di Yogya!" kata saya. Ketika mengatakan 'Yogya", saya mengucapkan dengan intonasi sukacita.. Hm, Yogya memang asyik!
 "Hmmm? Tiga hari?" wajah Mas Budi mengerut lucu. Alisnya terangkat, dan ia manyun! oow..pertanda buruk!
 "Iya..cuma tiga hari!" saya menunjukkan angka tiga di depan wajah saya. Sambil mengerjap-ngerjapkan mata. Tersenyum semanis mungkin. Supaya kelihatan imut dan menggemaskan! Hihihi...
 "Hiks..Tiga hari?"  katan Mas Budi. Waahhh...semakin buruk!
 "Iya Yah. Cuma tiga hari kok.Boleh yaa? OK?" saya kembali merayu. Meletakkan kepala di lututnya, kembali mengerjap-ngerjapkan mata. Tink..tink..semoga terhipnotis! Hihihi...
 "Hm... Kalau gak boleh?" tanyanya.
 "Boleh dooongg... Ya? Kemarin sebulan boleh, ini kan cuma tiga hari...  Yaaa?" saya memelaskan suara. Semoga cukup memelas, dan meluluhkan hatinya!
"Pinternya kalau merengek! Coba, tanya anak-anak saja. Aku sih tergantung anak-anak..," kata mas Budi. Horee... Pertanda baik. Merayu anak-anak, kayaknya mudah deh!
 Tepat ketika itu, Nabila dan Najmamendekati kami.
 "Mbak, Bunda mau ada acara lagi, Februari nanti...," saya belum selesai bicara, Nabila sudah berteriak.
 "Gaaakkkk...gak boleh pergi-pergi lagi!"
 Waduuh...
Mas Budi terkikik-kikik penuh kemenangan. Ha, awas! Bukan Bunda Umi namanya kalau tidak berjuang habis-habisan!
 "Dengar dulu..," rayu saya. Nabila dan Najm duduk manis di dekat saya.
 "Begini.. Acaranya masih sebulan lagi. Cuma tiga hari kok..," jelas saya.
 "Dimana?" Najma bertanya.
 "Di Yogya!" kata saya. sekuat tenaga saya menahan agar 'nada riang-gembira' tidak menyolok dalam suara saya. Yogya? Horee...!
 "Lhooo...kok ke yogya lagi!" protes Najma.
 "Aku ikut!" tandas Nabila.
 "Waahh..gak boleh, Mbak," kata saya.
 "Wis lah, sekarang minta apa?" rayu saya. Hm, biasanya cara ini berhasil.
 “Aku minta tiga ribu!" kata Najma.
 "Jangan! Sepuluh ribu! Kita dikasih uang saku sepuluh ribu!" teriak Nabila.
 Mas Budi senyum-senyum saja. Tidak mengomentari, apalagi mengintervensi.
 "OK!" saya bersemangat.
 "Eh, gak jadi... Dua puluh ribu!" tawar Nabila lagi.
 "Aku seratus ribu!" kali ini Najma yang bersuara. Mas Budi tergelak-gelak.
 "Ah, kalau seratus ribu, kebanyakan....," saya jual mahal.
 "Kalau gitu, lima ribu!" Najma kembali bicara.
 Mas Budi dan saya tergelak-gelak berdua. Hahahahaha....
 "Lho, kok tambah sedikit! Jangan lima ribu!  Tiga puluh ribu!" Nabila kembali protes.
 Hihihi..Kayak lagi lelang aja deeeehh!
 "Lha, berubah-ubah terus... Ayo, ini tawaran terakhir. Setelah ini, tidak boleh berubah lagi," atur saya. Kalau dibiarkan, bisa-bisa tekor dah!
"Ya wis... Empat puluh ribu, ya?" kata NAbila. Najma mengangguk-angguk kuat-kuat. Hm... hitung dulu. Empat puluh ribu, kali tiga. Lumayan, mereka bisa ke toko buku!
 "DEAL! Empat puluh ribu masing-masing!  Najma setuju? Toss duluu...." NAjma mengangguk. Dan ia toss dengan senang.
 "Aku gak deal!" Nabila ngeyel. Halah, ngeyelnya nurun siapa sih? (*menoleh kesana-kemari nyari kambing hitam* hihi).
 "Eh, gak boleh gitu. Tadi kan sudah dikasaih kesempatan nawar! Sudah dituruti, berarti deal! " saya juga ngeyel. Nah, kuat-kuatan ngeyel, nih!
 "Kan aku belum salaman!" kata Nabila. Ia mengulurkan tangannya, mengajak salaman. Ketika  tangan saya terulur juga, Nabila menggaruk-garuk kepalanya sambil nyengir. Eh, orang tua dikadalin!
 "Pokoknya sudah DEAL lo yaaa...," kata saya lagi.
 "Empat puluh ribu..," Nabila mengucapkannya sambil senyum-senyum nakal. Saya juga ikut tersenyum, riang.
 "Nah, Ayah.. Dengan anak-anak sudah deal.. Bagaimana Ayah?" saya bertanya sambil menggoda.
 "Aku belum deal, kok!" sanggahnya enteng.
 "yeee..curang! Katanya tergantung anak-anak! Anak-anak deal, berarti Ayah juga kudu sepakat! Empat puluh ribu per anak" kata saya.
 "Hikss...Matreeee..," kata Mas Budi.
 Hahahaha...Ayah sayang, itu namanya senjata makan tuan!
 Jombang,  28 Desember 2010


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.