SENJATA MAKAN TUAN
Pagi tadi,
saya di telepon teman, ketua FLP Jombang. Mengabarkan bahwa saya akan diajak
untuk mengikuti acara di Yogya. Bulan Februari, selama 3 hari. Tanpa pikir
panjang, saya menyetujui. Yogya lagi? Horee!!
Sekarang, waktunya nego dengan Mas Budi. Semoga diijinkan!
Setelah ditinggal hampir sebulan ke Yogya kemarin, ditinggal 3 hari saja
mungkin tidak masalah...
"Ayah, tadi pak Fathoni
telepon. Katanya ada acara 3 hari, FLP. Bunda diajak ikut. Di
Yogya!" kata saya. Ketika mengatakan 'Yogya", saya mengucapkan dengan
intonasi sukacita.. Hm, Yogya memang asyik!
"Hmmm? Tiga hari?"
wajah Mas Budi mengerut lucu. Alisnya terangkat, dan ia manyun! oow..pertanda
buruk!
"Iya..cuma tiga
hari!" saya menunjukkan angka tiga di depan wajah saya. Sambil
mengerjap-ngerjapkan mata. Tersenyum semanis mungkin. Supaya kelihatan imut dan
menggemaskan! Hihihi...
"Hiks..Tiga
hari?" katan Mas Budi. Waahhh...semakin buruk!
"Iya Yah. Cuma tiga hari
kok.Boleh yaa? OK?" saya kembali merayu. Meletakkan kepala di lututnya,
kembali mengerjap-ngerjapkan mata. Tink..tink..semoga terhipnotis! Hihihi...
"Hm... Kalau gak
boleh?" tanyanya.
"Boleh dooongg... Ya?
Kemarin sebulan boleh, ini kan cuma tiga hari... Yaaa?" saya
memelaskan suara. Semoga cukup memelas, dan meluluhkan hatinya!
"Pinternya kalau merengek!
Coba, tanya anak-anak saja. Aku sih tergantung anak-anak..," kata mas
Budi. Horee... Pertanda baik. Merayu anak-anak, kayaknya mudah deh!
Tepat ketika itu, Nabila dan
Najmamendekati kami.
"Mbak, Bunda mau ada
acara lagi, Februari nanti...," saya belum selesai bicara, Nabila sudah
berteriak.
"Gaaakkkk...gak boleh
pergi-pergi lagi!"
Waduuh...
Mas Budi
terkikik-kikik penuh kemenangan. Ha, awas! Bukan Bunda Umi namanya kalau tidak
berjuang habis-habisan!
"Dengar dulu..,"
rayu saya. Nabila dan Najm duduk manis di dekat saya.
"Begini.. Acaranya masih
sebulan lagi. Cuma tiga hari kok..," jelas saya.
"Dimana?" Najma
bertanya.
"Di Yogya!" kata
saya. sekuat tenaga saya menahan agar 'nada riang-gembira' tidak menyolok dalam
suara saya. Yogya? Horee...!
"Lhooo...kok ke yogya
lagi!" protes Najma.
"Aku ikut!" tandas
Nabila.
"Waahh..gak boleh,
Mbak," kata saya.
"Wis lah, sekarang minta
apa?" rayu saya. Hm, biasanya cara ini berhasil.
“Aku minta tiga ribu!"
kata Najma.
"Jangan! Sepuluh ribu!
Kita dikasih uang saku sepuluh ribu!" teriak Nabila.
Mas Budi senyum-senyum saja.
Tidak mengomentari, apalagi mengintervensi.
"OK!" saya
bersemangat.
"Eh, gak jadi... Dua
puluh ribu!" tawar Nabila lagi.
"Aku seratus ribu!"
kali ini Najma yang bersuara. Mas Budi tergelak-gelak.
"Ah, kalau seratus ribu,
kebanyakan....," saya jual mahal.
"Kalau gitu, lima
ribu!" Najma kembali bicara.
Mas Budi dan saya
tergelak-gelak berdua. Hahahahaha....
"Lho, kok tambah sedikit!
Jangan lima ribu! Tiga puluh ribu!" Nabila kembali protes.
Hihihi..Kayak lagi lelang aja
deeeehh!
"Lha, berubah-ubah
terus... Ayo, ini tawaran terakhir. Setelah ini, tidak boleh berubah
lagi," atur saya. Kalau dibiarkan, bisa-bisa tekor dah!
"Ya wis... Empat puluh ribu,
ya?" kata NAbila. Najma mengangguk-angguk kuat-kuat. Hm... hitung dulu.
Empat puluh ribu, kali tiga. Lumayan, mereka bisa ke toko buku!
"DEAL! Empat puluh ribu
masing-masing! Najma setuju? Toss duluu...." NAjma mengangguk. Dan
ia toss dengan senang.
"Aku gak deal!"
Nabila ngeyel. Halah, ngeyelnya nurun siapa sih? (*menoleh kesana-kemari nyari
kambing hitam* hihi).
"Eh, gak boleh gitu. Tadi
kan sudah dikasaih kesempatan nawar! Sudah dituruti, berarti deal! " saya
juga ngeyel. Nah, kuat-kuatan ngeyel, nih!
"Kan aku belum
salaman!" kata Nabila. Ia mengulurkan tangannya, mengajak salaman.
Ketika tangan saya terulur juga, Nabila menggaruk-garuk kepalanya sambil
nyengir. Eh, orang tua dikadalin!
"Pokoknya sudah DEAL lo
yaaa...," kata saya lagi.
"Empat puluh
ribu..," Nabila mengucapkannya sambil senyum-senyum nakal. Saya juga ikut
tersenyum, riang.
"Nah, Ayah.. Dengan
anak-anak sudah deal.. Bagaimana Ayah?" saya bertanya sambil menggoda.
"Aku belum deal,
kok!" sanggahnya enteng.
"yeee..curang! Katanya
tergantung anak-anak! Anak-anak deal, berarti Ayah juga kudu sepakat! Empat
puluh ribu per anak" kata saya.
"Hikss...Matreeee..,"
kata Mas Budi.
Hahahaha...Ayah sayang, itu
namanya senjata makan tuan!
Jombang, 28 Desember 2010
Tidak ada komentar: