RAMUAN NENEK

Minggu, Februari 10, 2019


“Nenek sudah datang?” Najma berteriak kencang begitu memasuki rumahnya.
“Hus! Salam dulu kek!” Nabila melotot. Najma balas melotot, ditambah dengan meleletkan lidahnya.
“Nenek di sini!” suara Nenek dari ruang makan membuyarkan aksi melotot antara Najma dan Nabila. Dua anak kembar cepat-cepat berlari menuju ruang makan.
“Nenek!” Nabila berlari ke pelukan Nenek.
“Kapan datang, Nek?” Najma bertanya setelah menyalami Nenek. Najma menghindar berpelukan dengan Nenek. Sudah tiga hari ia tidak keramas.
“Baru sejam lalu,” jawab Nenek sambil tersenyum. Nabila suka bila Nenek tersenyum. Ada lesung pipit di pipi kiri. Apalagi bila tertawa, Nenek tampak cantik! Giginya berbaris rapi dan bersih. Pasti Nenek rajin merawat gigi-giginya.
“Cerita dong, Nek!” kata Najma.
“Ganti baju, shalat, makan siang dulu, baru Nenek mau cerita!” jawab Nenek.

Najma dan Nabila adu lari menuju kamar mereka. Bergegas mengganti baju, menuju kamar mandi, berwudhu lalu shalat.
“Eh, rambutku bau tidak?” Najma menyorongkan kepalanya ke hidung Nabila.
“Issss, kecutnya! Awas dimarahi Nenek lho!” Nabila mengingatkan.
Najma menarik ujung rambut dan menciumnya. Tidak wangi, malah agak apek. Gawat. Nenek paling tidak suka rambut yang tidak terawat. Bisa-bisa dibawa ke salon dan disuruh potong pendek.
“Kalau belum bisa merawat rambut, tidak usah dipanjangkan!” itu omelan Nenek tahun lalu. Waktu itu Najma berjanji akan menjaga rambutnya agar tetap sehat dan bersih.
“Sayang kalau sampai rusak gara-gara malas. Rambut kalian itu hitam, legam dan mengilat. Harus benar-benar dijaga,” panjang lebar Nenek menjelaskan.

“Ayo, ditunggu Nenek,” Nabila mendorong Najma keluar. Najma ragu-ragu. Tapi Nabila menarik tangan Najma hingga ke ruang makan Nenek duduk sambil membaca buku.
“Bacakan dong, Nek,” Najma yang menunjuk buku di tangan Nenek.
“Nanti malam saja. Sini, Nenek lihat rambutmu,” Nenek melambai pada Najma.
Gawat. Nenek akan mencium bau rambut yang apek. Lalu, akan keluar ceramah panjang lebar tentang kesehatan rambut. Nanti pasti cerita juga tentang bagaimana cantiknya rambut Nenek dulu. Panjang, hitam, legam, wangi.
“Baunya aduhaaai,” Nabila melirik sambil tertawa. Nenek tidak berkomentar seperti biasanya. Semakin gawat ini! Jangan-jangan Nenek sangat marah karena merasa nasihatnya diabaikan Najma.
“Tolong ambilkan tas kecil Nenek di kamar,” Nenek memandang Nabila.
“Nenek mau ambil gunting yaaaa?” Nabila iseng bertanya. Najma cemas. Oooh, rambutku sayang.
“Duduk depan Nenek sini,” Nenek menepuk kursi dekatnya.
“Tidak usah melihat ke belakang,” kata Nenek. Najma mendengar suara resleting tas dibuka dan sesuatu diambil.
“Aduh, bagus sekali guntingnya,” suara Nabila terdengar takjub. Aaah, betul kan. Najma tidak berani menengok.
“Jangan membohongi begitu,” kata Nenek.
“Bercanda, Nek,” kata Nabila, sambil tertawa kecil.
“Walau bercanda, tetap tidak boleh berbohong,” Nenek tampak serius.
“Eh, apa isinya, Nek?” Nabila menunjuk botol di tangan Nenek. Nenek menuang cairan ke telapak tangan kirinya. Pelan-pelan dioleskan ke kulit kepala dan rambut Najma.
“Ini minyak kemiri,” jawab Nenek.
“Waaah, bau ya Nek?” Najma reflex menoleh. Ia menjauhkan kepalanya dari tangan Nenek.
“Huss, jangan banyak gerak. Tidak bau. Tidak apa-apa, Najma. Minyak kemiri banyak khasiatnya. Menghitamkan, melebatkan dan mencegah rambut rontok. Ramuan alami, hemat dan aman,” Nenek menjelaskan panjang lebar.
“Bagaimana cara membuatnya?” Nabila penasaran.
“Gampang, tapi membutuhkan waktu yang sangat lama. Nenek beli minyak ini di toko herbal dekat rumah. Kapan-kapan Nenek ajak ke sana. Siapa tahu kalian beruntung bisa melihat proses pembuatannya,” janji Nenek.
“Ya, Nek. Eh, Nabila mau diberi minyak kemiri,” Nabila mendorong tubuh Najma. Tapi Najma bersikukuh di tempatnya.
“Antri,” kata Nenek sambil tertawa.
“Satu jam lagi keramas, ya,” kata Nenek lagi, sambil memijat-mijat kepala Najma.

Lama-lama mata Najma terpejam. Sepertinya ramuan minyak kemiri Nenek juga manjur mengundang kantuk!
Satu jam kemudian, Najma keramas. Ketika sudah kering, rambutnya terasa lembut, ringan dan mengembang. Ramuan Nenek memang top!
“Pakai secara teratur, ya!” pesan Nenek.
“Siap, Komandan!” Najma memberi hormat.

Ibu Guru Umi; menulis agar bahagia.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.