IBU YANG BERUNTUNG
Senin, 8 Juli 2013, kami takziyah ke rumah Ustd. Hartono. Putra pertamanya, meninggal dunia dalam kecelakaan.
Ustadz Hartono tidak di tempat. Isterinya yang menemui kami.
"Sekarang saya bisa menerima. Saya senang, karena anak saya banyak dijaga orang ketika kecelakaan. Tubuhnya tidak mengalami luka berat. Hanya ada lecet-lecet sedikit. Kaca helmnya juga tidak pecah. saya sampai membolak-balik tubuhnya saat memandikan. saya ingin memastikan luka apakah yang menyebabkannya meninggal dunia. Semua barangnya kembali dalam keadaan utuh. Kenyataan itu membuat saya lega dan tenang. walau pada awalnya saya sempat bertanya-tanya pada ALlah, mengapa saya tidak dipercaya mengasuhnya hingga dewasa. apa salah saya. Namun sekarang saya sadar, Allah mungkin ingin menjaganya dari keburukan-keburukan dan godaan, sehingga ia cepat diambil.
Teman-temannya banyak yang datang. Dan mereke menceritakan kebaikan-kebaiknnya. Saya lega, anak saya ternyata orang yang suka membantu dan meringankan temannya.
Dia menghafalkan Al quran sejak kecil. Atas permintaannya sendiri. ke pondok naik sepeda ontel. Setiap sore dia berangkat, kadang mengajak adiknya...."
Itu sepenggal cerita beliau sepanjang perbincangan kami.
Ketika pulang, kami berpelukan. saya berbisik di telinganya," Ibu sungguh beruntung."
Matanya berkaca-kaca.
Beliau sungguh beruntung. Dan saya iri padanya. Anda tahu yang saya maksud, bukan?
Ustadz Hartono tidak di tempat. Isterinya yang menemui kami.
"Sekarang saya bisa menerima. Saya senang, karena anak saya banyak dijaga orang ketika kecelakaan. Tubuhnya tidak mengalami luka berat. Hanya ada lecet-lecet sedikit. Kaca helmnya juga tidak pecah. saya sampai membolak-balik tubuhnya saat memandikan. saya ingin memastikan luka apakah yang menyebabkannya meninggal dunia. Semua barangnya kembali dalam keadaan utuh. Kenyataan itu membuat saya lega dan tenang. walau pada awalnya saya sempat bertanya-tanya pada ALlah, mengapa saya tidak dipercaya mengasuhnya hingga dewasa. apa salah saya. Namun sekarang saya sadar, Allah mungkin ingin menjaganya dari keburukan-keburukan dan godaan, sehingga ia cepat diambil.
Teman-temannya banyak yang datang. Dan mereke menceritakan kebaikan-kebaiknnya. Saya lega, anak saya ternyata orang yang suka membantu dan meringankan temannya.
Dia menghafalkan Al quran sejak kecil. Atas permintaannya sendiri. ke pondok naik sepeda ontel. Setiap sore dia berangkat, kadang mengajak adiknya...."
Itu sepenggal cerita beliau sepanjang perbincangan kami.
Ketika pulang, kami berpelukan. saya berbisik di telinganya," Ibu sungguh beruntung."
Matanya berkaca-kaca.
Beliau sungguh beruntung. Dan saya iri padanya. Anda tahu yang saya maksud, bukan?
Tidak ada komentar: