BETAPA BANYAK

Senin, Oktober 31, 2016

betapa banyak yang tidak bisa ditampung oleh hati
betapa luas kejadian alam yang tidak bisa ditampung logika
terhalang satu sekat, sudah tak mampu panca indera menangkap
lalu jika prasangka menjadi panglima, alangkah berbahaya!
(Wahai Pembolak-balik hati, tetapkan hatiku dalam agamaMu...)



Hari ini, saya berbincang panjang dengan seorang sahabat.
Sekali, dua kali, hati saya seperti ditampar-tampar. Antara geli dan ingin marah
Antara takjub dan merasa konyol.

Dugaan-dugaan ternyata melintas cepat, melimpah ruah yang ditujukan kepada saya.
Saya mengambil keputusan A, ternyata ditafsirkan karena B, C dan D. Sementara saya tak tahu menahu, dan fokus pada keputusan itu.

Saya membuat X tersudut, dan mereka meminta X melakukan sesuatu, agar ganti saya yang tersudut.
Saat yang sama, saya lempeng saja. Tidak merasa menyudutkan, tidak merasa menyakiti. Sebab yang terjadi telah sesuai kadar dan aturannya.

Beberapa hal diungkap dan diungkit. Bahkan hingga persoalan membeli sarapan. Bahkan hingga pada persoalan berbagi.
Bahkan pada ajakan mengaji.

Menakjubkan. Energi yang dikeluarkan untuk menelisik dan meneliti, demikian besar.



"Kalau sudah benci, hal baik pun jadi salah," demikian sahabat saya tersebut menyimpulkan.

Saya termangu.

Sekian waktu kemudian, bergantian antara tertawa dan merasa kasihan.
Tidak perlu lagi saya bertanya: "Salah saya apa?"

Justru salah, ketika saya berhenti bergerak karena pantulan kedengkian.
Justru salah, jika saya menepi karena takut dicaci.
Yang juga sangat salah adalah, ketika mereka melempar dengki, dan saya membalas benci.

Harusnya pantulan bola dengki itu, berubah menjadi pantulan kasih sayang tak bertepi.

Saya masih harus banyak belajar.

Sekian.

Bay de way, ini postingan serius pooool. Gak usah pakai mengkerut, atau manggut-manggut sok tahu.
Saya juga gak mau ngajak salto lagi. Pegel.


Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.