AROMA AL QUR'AN

Minggu, November 26, 2017


Zahra ikut lomba tata upacara antar sekolah dasar se- Kabupaten Jombang.
Dua kali saya melihatnya latihan. Yang pertama, ketika berlatih langsung di tempat lomba, yaitu di SMPN 3 Jombang. Ahad pagi, 20 November 2017.
Kami tiba di sekolah, baru ada beberapa anak dan Ustadzah Norma. Ustadzah satu ini, akan sering muncul dalam cerita-cerita seputar latihan anak-anak SDIt ARJ.
Ustadzah petarung. Yang melatih dengan kedisiplinan tinggi. Sekaligus bertangan dingin. Kalau tidak percaya, coba salaman pas ketemu.

Di tas saya, seperti biasa, ada buku, kacamata, dan...nasi bungkus untuk sarapan. Tidak sempat sarapan saat berangkat tadi.
Mereka berkumpul bersama di lapangan. Saya mengobrol dengan ustadzah Uswah.
"Anak-anak ini berbeda," kata saya.
"Tidak seperti kebanyakan anak-anak SD," tambah saya lagi.
"iya, salah satu guru sekolah lain mengatakan begitu. Katanya, anak-anak ARJ kalau berkumpul membahas baris berbaris, atau praktik. Anak-anak sekolah ibu tersebut, membicarakan cowok!" kata Ustadzah Uswah sambil tertawa. Nah. Biarkan mereka lugu dengan pikiran kanak-kanak. Tidak usah dirusak dengan pikiran a la sinetron atau film Korea.

“Ayo kumpul di mushalla,” Ustadzah Norma memanggil. Anak-anak berkerumun di dekatnya.
“Bawa al Qur’annya, bawa mukena. Kita dhuha dulu.”
Saya, yang sedang mengunyah lamat-lamat, merasa surprais. Ini latihan upacara, baris berbaris. Dimulai dengan shalat dhuha dan tilawah? Zahra bawa tas kain, saya tidak ingat ia memasukkan mukena dan mushafnya.
Mereka menghilang. Saya meneruskan sarapan sambil berpikir. Ini luar biasa.
Berlatih dengan ikhtiar bumi dan langit.
Ikhtiar bumi, dengan mengerahkan seluruh usaha dan tenaga. Menggenapkan syarat-syarat sunnatullah kemenangan, dengan latihan-latihan panjang dan ketat.
Saya melihat latihan terakhir mereka, di sekolah.
Ustadzah Norma menerapkan disiplin tinggi. Kesalahan berulang, ada konsekwensinya. Standar ditetapkan dan harus diterapkan. Tak boleh ada yang meleng dan melenceng dari kesepakatan.



"Jangan bergerak-gerak, konsentrasi!" Tegas instruksi itu diteriakkan dari tepi lapangan.
"Fulan!" Sebuah nama disebut. Dia lambat bergerak, tidak serempak dengan lainnya.
Ustadzah Norma mendekat. Menepuk lengannya. Si FUlan mengambil sikap push up, dan mulai.
Latihan berlanjut. Pembawa acara salah menyebutkan urutan. Paham dengan konsekwensinya, tak lama berselang Fulanah push up. Begitu seterusnya.
Selesai berlatih, mereka berkumpul.
"Siapa yang merasa melakukan kesalahan?" Ustadzah Norma bertanya.
Beberapa mengacung.
"Sebutkan kesalahanmu!"
"Itu Ustadzah, aku tadi...bla..bla..." Yang lain mendengarkan.
"Siapa lagi?"
"Aku tadi ..bla..bla.."
Begitu hingga semuanya usai menyampaikan kesalahan masing-masing,
"Langkah kaki kalian jangan nyeret, angkat yang tegap. Setiap gerak gerik kalian akan dilihat juri. Mereka mencatat kesalahanmu, kesalahanmu ditunggu. Konsentrasi! Jangan meleng>"
Anak-anak memperhatikan. Saya mengagumi ketangguhan mereka. Tak tampak kelelahan dan keluh kesah.
"Besok kumpul jam enam pagi, tet. Kalau belum sarapan di rumah, sarapan di sekolah. BAwa mushaf, bawa mukena! Fulan, beberapa kali latihan kami tidak bawa mushaf. Besok jangan lupa, ya!"

MasyaaAllah.
Ikhtiar bumi dilengkai maksimal.
Ikhtiar langit, menjadi support ruhiyah yang besar.
Anak-anak akan belajar. BElajar dari pengalaman lelah yang berkah.
Bahwa sekuat apapun manusia, sebesar apa pun usaha, tetap harus ditopang dengan doa-doa. Sebab sejatinya kita bukan ssapa-siapa tanpaNya.
Bahwa segala daya upaya itu adalah anugerah ALlah SUbhanahu waTa'ala, yang telah menitipkan kemampuan menapaki ikhtiar bumi dengan sempurna.
Oh ya, mereka juga giat berinfaq selama berlatih. Rupiah demi rupiah dikumpulkan dalam kotak. Hingga sehari menjelang lomba, terkumpul lima ratus ribu rupiah! MasyaaAllah.



Saat lomba, saya tidak bisa ikut menonton. Hafidz latihan taekwondo hingga dhuhur.
Saya dikirimi foto-foto persiapan menjelang tampil.
Ada foto mereka tilawah bersama.
Ada foto mereka shalat berjamaah.
Ada foto mereka berbaris rapi, dengan jilbab syar'i.




Qadarullah, atas izin Allah Subhanahu waTa'ala, SDIT ARJ mendapatkan juara II. MasyaaAllah. Tabarakallah. Sesaat setelah diumumkan kemenanga, mereka berhujan-hujan. Merayakan kemenangan dengan khas kanak-kanak.


Hadiah manis atas usaha-usaha mereka selama berlatih.
Berkah bagi sekolah, berkah bagi hidup mereka, dunia dan akhirat.
Selamat, SDIT ARJ.
Terima kasih sudah memberikan pelajaran bagi kami. Bahwa apapun kegiatan amal, harumkan dengn al Qur'an. Aromakan Al Quran agar keberkahan mengalir.

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.