BANGKRUT

Rabu, November 22, 2017


Pukul dua siang.
Bey cepat-cepat naik ke atas tempat tidur tingkatnya. Tergesa-gesa ia menaiki tangga tempat tidur tingkatnya , menuju tempat tidur paling atas. Sesampainya di atas, Bey mendekatkan kepalanya ke lubang angin yang berbentuk persegi. Matanya tak lepas menatap jalan di depan rumahnya.
“Pak daweeettttt!!” Bey berteriak keras-keras ketika seorang pedagang dawet ayu melintas di depan rumah. Bapak penjual dawet tersebut tampak berhenti. Kepalanya menoleh kesana kemari.

Bey tertawa kecil. Ditunggunya hingga penjual itu berjalan kembali.
“Daweeeetttttttttt!!” Bey berteriak lagi. Penjual dawet itu berhenti lagi.
Bey tertawa sambil memukul-mukul kasur. Wajah bingung penjual dawet bagi Bey tampak lucu.

Bey melakukan aksi isengnya sejak seminggu lalu. Bermula dari keinginannya membeli buah srikaya dari penjaja yang lewat didepan rumah. Saat itu, Ibu tidak mengijinkan karena Bey batuk. Bey kecewa sekali. Ia menjalankan aksi mogok dengan cara tidak mau makan siang. Bey meringkuk di kasur tingkat. Wajahnya menghadap lubang angin. Bey bisa melihat keramaian jalan dari situ.
Saat itu, penjual srikaya lewat.
“Srikaaaayaaaaaa…!!” Bey berteriak sekencang-kencangnya. Si penjual berhenti, menoleh kesana kemari.

Menjahili penjaja yang lewat di depan rumah menjadi kebiasaan baru Bey. Terutama saat siang hari, sepulang sekolah. Ketika Ayah dan Ibu sibuk di toko . Kalau ada Ayah Ibu, Bey tidak berani. Takut dimarahi. Apalagi pada Ayah. Huh, bisa-bisa Bey mendapat hukuman berat!
Hari ini, Bey pulang cepat. Disekolah ada rapat para Kepala Sekolah. Sampai di rumah, suasana sepi. Bey langsung tidur. Menjelang siang hari, Bey terbangun. Tapi ia tidak langsung turun dari tempat tidurnya. Bey mengintip jalanan dari lubang angin.

Seorang penjual lewat. Bu Bokin mengendarai sepeda pelan-pelan. Bu Bokin menjual sayur dan lauk pauk matang.
“Bu Bokiiiiinn!” Bey berteriak kencang.
Bu Bokin berhenti mendadak karena terkejut. Hampir saja ia terjatuh!
“Hihihihi...,” Bey mengikik tak henti-henti. Keterkejutan Bu Bokin sungguh menggelikan. Bey menganggap itu sangat lucu, seperti di film-film.

Berikutnya, lewatlah penjual gorengan. Ibu memanggilnya Mbak Yah. Bey tidak tahu nama lengkapnya.
“Yaaaaaahhhhhh!!” Bey berteriak kencang-kencang. Mbak Yah berhenti. Melihat kanan kiri.
“Yaaahhh!!” Bey kembali memanggil ketika dilihatnya Mbak Yah melanjutkan perjalanan. Mbak Yah lagi-lagi berhenti. Wajahnya benar-benar seperti orang ketakutan. Bey mulai mengikik. Lucu, wajah Mbak Yah lucu sekali! Hihihi...

Mbak Yah sudah hampir berlari, ketika tiba-tiba ia berhenti. Bey memperhatikan dengan heran. Ayah dan Ibu keluar dari ruang tamu. Melambai kepada Mbak Yah, mengajaknya masuk. Bey bergegas turun dari tempat tidur, menuju ruang tamu. Ayah, Ibu, dan Mbak Ines mengelilingi keranjang gorengan Mbak Yah.

“Nah, ini yang ingin gorengan sudah datang! Ayo Bey, dihabiskan!” Ayah mendorong keranjang ke depan Bey.
“Mbak Yah, nanti sore keranjangnya diambil disini, ya!” pesan Ibu pada Mbak Yah. Mbak Yah berpamitan.
“Lho, dibeli semua, Yah? Ada acara apa?” tanya Bey heran. Biasanya kalau Ayah dan Ibu membeli banyak gorengan, pasti karena ada keperluan.
“Tidak ada acara apa-apa,” kata Ibu kalem.
“Lho, segini banyaknya, siapa yang habiskan? Berapa harga semuanya, ya?” Bey bertanya lagi, tangannya mencomot satu bakwan dan cabenya.Keranjang ini masih berisi penuh. Mungkin Mbak Yah baru saja berjualan.
“Harganya enam puluh ribu, Bey. Kamu yang harus membayarnya. Kan yang tadi panggil-panggil Mbak Yah, Bey sendiri!” Ayah berkata dengan tegas.

Bey terkejut! Ayah ternyata sudah tahu! Ibu dan Mbak Ines pun tampak senyum-senyum.
“Tapi Bey tidak punya uang sebanyak itu, Yah,” kata Bey takut-takut. Sungguh tidak disangka bahwa ia akan dihukum begini.
“Pinjam uang Ibu, dan kamu membayarnya dengan cara potong uang saku setiap hari! Sebulan harus sudah lunas, lho!” kata Ibu dengan santainya. Ayah dan Ibu meninggalkan ruang tamu. Meninggalkan Bey yang termangu karena takut dan malu.
“Oh ya, potong uang sakunya mulai besok!” Ibu mengedipkan matanya. Aduh, mulai besok? Bangkrut deh! Sekarang Bey menyesali keusilannya.

Bey tidak akan mengulangi berbuat jahil. Kapok!

Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.