NYANYIAN LUXO

Rabu, November 22, 2017


Luxo, si anak kuda suka sekali menyanyi. Dia selalu menyanyi bila ada kesempatan. Saat antri mandi, ia menyanyi. Saat antri makan, ia menyanyi. Saat berjalan-jalan keliling kompleks peternakan, i a menyanyi. Saat menjelang tidur siang, ia juga menyanyi. Tak ada binatang lain dalam kompleks peternakan itu yang meributkan kegemarannya menyanyi.

Hari ini sangat panas. Semua binatang bermalas-malasan di dalam kandang. Luxo mulai bernyanyi. Kama, si kambing putih yang baru, tiba-tiba berkata,” Adakah yang mengatakan bahwa suaramu sangat bagus, Luxo?”
Luxo berusaha mengingat-ingat. “ Tak ada, seingatku tak ada,” jawab Luxo. Kama tersenyum sinis.
“Kalau begitu, mengapa kau masih saja suka menyanyi?” tanya Kama lagi.
“Karena aku suka...” jawab Luxo ragu-ragu.
“Kau suka, tapi yang lain belum tentu suka. Kalaupun ada yang suka, belum tentu karena suaramu bagus! Menurutku, suaramu biasa saja. Aku punya teman yang memiliki suara jauh lebih indah dari suaramu, tapi dia tidak suka pamer sepertimu!! ” kata Kama.
“Aku tidak bermaksud pamer..,” jawab Luxo.
“Menyanyi keras-keras begitu sama saja dengan pamer!!” Kama berkata denga pedas, kemudian beranjak pergi.

Luxo memikirkan kata-kata Kama. Hatinya sangat sedih. Kata-kata Kama mengusik perasaannya.
Luxo tidak meneruskan nyanyiannya. Diam-diam ia menyingkir ke belakang kandang. Luxo memperhatikan reaksi teman-temannya. Tobi anjing dan kawanannya, Heni ayam dan anak-anaknya, Momo sapi dan Cici kelinci beserta lainnya tampak tidak peduli. Jangan-jangan ucapan Kama benar. Tak ada teman-temannya yang benar-benar suka dengan nyanyiannya.

Esok pagi, Luxo mendekati Tobi yang tengah berjaga di luar pagar kandang. Luxo mulai bernyanyi. Mendengar suara Luxo, Tobi menoleh.
“Hai, Luxo. Selamat pagi!” sapa Tobi ramah.
“Pagi, Tobi. Giliran menjaga, ya?” Luxo berbasa-basi.
“Hmmm...,” Tobi bergumam tak jelas.
“Mau kutemani?” tawar Luxo. Tobi mengangguk. Luxo menemani sambil bernyanyi. Sesekali Tobi meninggalkan Luxo, berlari-lari mengelilingi komplek peternakan. Tobi memang anjing penjaga yang dapat diandalkan.
“Apa pendapatmu tentang nyanyianku, Tobi?” tanya Luxo hati-hati. Tobi menatap Luxo sambil tersenyum.
“Lumayan!” jawab Tobi. Pendek saja, sehingga Luxo tidak puas. Tobi memandang ke depan dengan serius.
“Kau suka?” tanya Luxo lagi. Tobi memandang Luxo sekilas. Pandangannya beralih ke depan kembali.
“Hm... Sebenarnya aku....,” Tobi belum selesai berbicara ketika tiba-tiba ia berlari ke dalam hutan sambil menyalak dengan sangat kerasnya. Luxo terlonjak. Ia meringkik dengan kerasnya. Mendengar ringkikan Luxo dan salakan Tobi yang keras, binatang lain terkejut dan panik. Mereka semburat berlari menuju kandang karena mengira ada bahaya. Suasana sangat kacau.

Semua binatang meringkuk dalam kandang. Mereka tegang. Tobi si anjing memasuki kandang.
“Mengapa kalian semua berlari ketakutan? Ada apa?” tanya Tobi. Para binatang saling bertukar pandang.
“Kau menyalak dan Luxo meringkik dengan kerasnya. Kami pikir ada bahaya!” Cici yang menjawab.
“Aku... aku meringkik karena terkejut dengan salakanmu!” Luxo berkata dengan gugup.
“Aku menyalak karena senang melihat kedatangan Taba... Tidakkah kau lihat Taba di pinggir hutan tadi?” Taba adalah anjing betina peternakan sebelah hutan.

Semua binatang dalam kandang menatap Luxo. Luxo mendehem gugup
“Maaf, aku sudah membuat keributan,” katanya lirih.
“Kau sudah sering membuat keributan dengan nyanyianmu! Bukankah sudah kukatakan padamu tentang ini? Kau saja yang tidak mau mendengarkan. Dasar tukang pamer!!” tukas Kama dengan sinisnya. Luxo merasa sedih. Ia beringsut keluar kandang.
“Luxo... Luxo...,” Tobi memanggil-manggil . Luxo tidak memperdulikannya. Tobi hendak menyusulnya, tapi Kama mencegahnya.
“Tidak usah, biar dia tahu akibat perbuatannya!” kata Kama. Tobi menatap Kama tajam.
“Kelihatannya kau membencinya. Apa salahnya? Kau baru di sini, tapi sudah membuat Luxo terluka. Keterlaluan!”
Tobi keluar. Binatang lainnya mengikuti Tobi. Menurut mereka, Tobi benar. Tidak seharusnya Kama berkata kasar. Tinggallah Kama sendiri di dalam kandang.

Beberapa hari kemudian, Luxo bangun pagi dengan senang. Kejadian kemarin telah dilupakannya. Luxo sudah memikirkan perkataan Kama. Barangkali memang benar, tidak semua menyukai nyanyiannya. Luxo sudah memutuskan, ia akan menyanyi saat-saat tertentu saja. Misalnya, ketika ia sendirian.
“Selamat pagi, Luxo!” Cici menyapa.
“Pagi! “ Luxo menjawab dengan riang.
“Ayo, ikut aku! Teman-teman sedang berjemur di halaman belakang. Ayo, kesana!”
Luxo dan Cici berjalan beriringan menuju halaman belakang.

Di halaman belakang, semua binatang berkumpul. Mereka bersantai dan bersenda gurau.
“Kebetulan Luxo datang! Menyanyilah, Luxo!” Tobi berteriak dengan riang.
“Ya, menyanyilah!” binatang lain ada yang menimpali.
“Ayolah, Luxo! Nyanyikan lagu tentang peternakan kita yang kau buat dulu. Aku suka lagu itu,” kata Momo.
“Betulkah?” tanya Luxo tak percaya.
“Ya, kami suka lagu itu!” teriak lainnya.
Luxo menyanyikan lagunya dengan gembira.

‘Peternakan kami sangat istimewa
Karena kami selalu gembira
Peternakan kami luar biasa
Karena kami seperti saudara
Berbagi cinta, berbagi ceria
Peternakan kami
Pasti kau suka’


Itu syair yang digubah Luxo. Binatang-binatang itu ikut menyanyi bersama. Suasana sangat gaduh. Semua bergembira. Diam-diam Luxo mendekati Kama yang ada di sudut halaman.
“Mari ikut, Kama!” ajak Luxo.
“Tidak. Teman-teman tidak menyukaiku!” Kama menjawab lirih.
“Bukan, bukan tidak suka padamu. Mereka hanya tidak suka sikapmu. Kalau kau mengubah sikapmu, pasti teman-teman akan menyukaimu!” kata Luxo.
“Maafkan aku, Luxo,” bisik Kama.
“Sudahlah, lupakan saja. Ayolah, ikut denganku!” Luxo menggandeng Kama menuju kerumunan binatang yang tengah bernyanyi. Beberapa binatang menyambut Kama dan mengajaknya bernyanyi dan menari.

Mereka bersenang-senang. Menyanyikan lagu Luxo. Menikmati persaudaraan yang indah.





Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.