RAISA KEREEEEEN! (kisah ratu cimol))

Selasa, Maret 13, 2018


(Mendapatkan kisah ini dari koran REPUBLIKA edisi Jumat, 9 Maret 2018)

Namanya Resika Caesaria Priyono, dipanggil Cika. Perempuan muda yang lahir di Banyumas tahun 1991 ini contoh muslimah tangguh dan sholihah. Jika dilihat dari namanya, sepertinya dia dilahirkan melalui operasi Caesar. Hanya menebak saja, saya belum konfirmasi kebenaran dugaan ini, hehehe.

Lulus SMP, tahun 2005, keadaan keluarga terpuruk. Ayahnya terkena musibah kecelakaan sehingga harus kehilangan pekerjaan. Keadaan ekonomi keluarga Cika morat marit. Cika dihantui oelh putus sekolah. Kesulitan ini tidak membuat Cika terpuruk. Dia memulai berjualan batagor, berbekal resep dari saudaranya. Dengan modal Rp 120 ribu, Cika memulai berjualan di lapangan bola. Dagangannya laris. Penjualnya cantik, batagornya lezat.

Larisnya batagor ini mengundang ajakan bertukar resep dari seorang pedagang cimol. Cika mengiyakan. Cika mulai berjualan cimol. Qodarullah, dagangannya semakin laris. Keuntungan Rp 20 ribu tiap hari ditabung untuk biaya pendaftaran sekolah, sekaligus membeli gerobak untuk berjualan.
Cika menjual cimol di sekolahnya. Penggemar cimol semakin meluas, dan perekonomian keluarga Cika merangkak naik. Ia mmapu merenovasi rumah, menyelesaikan pendidikan hingga perguruan tinggi, dan membeli kendaraan. Usaha cimolnya sudah dipatenkan dengan nama Made Arizka yang merupakan kepanjangan nama kakak-kakak dan dirinya. Yaitu Maksi, Dewi, Agus, Riza dan Cika.

Jenis varian rasa cimol bermacam-macam. Ada rasa pedas, jagung manis, balado, barbekyu, keju dan piza. Mulai dari tahap produksi hingga penjualan, Cika yang menangani sendiri. Total mitra di seputar Banyumas dan Cilacap sekitar 98 mitra. Keuntungan per bulan mencapai Rp 90 juta.

Hal menarik dari bisnis Cika sang Ratu Cimol ini adalah:
1. Dia menerapkan sistem waralaba yang unik, dengan membebaskan bahkan memberi modal usaha bagi mitranya.
2. Keuntungan mitra seluruhnya untuk mitra, sehingga pada akhirnya banyak mitranya yang mampu memiliki modal usaha sendiri
3. Cika memberi bantuan perlengkapan berupa wajan, tempat bumbu, alat capit dll bagi para mitra
4. Sebagian besar mitra adalah kepala rumah tangga yang memiliki penghasilan dibawah rata-rata. Mereka memiliki kesempatan meningkatkan taraf ekonomi dan memperbaiki kualitas hidup.

“Saya kan sudah ditolong oleh cimol, saya juga ingin cimol ini menolong orang lain,” katanya.

MasyaaAllah, nice.

**

Saya jadi ingat diskusi bersama murid-murid di sekolah.
Sekolah kami memiliki program latihan berjualan. Setiap bulan, siswa kelas x dan xi wajib menjual berbagai barang yang disediakan sekolah. Target per bulan adalah Rp 250 ribu.
Banyak yang menunggak tak mencapai target, macet.

“Siapa yang belum berhasil mencapai target penjualan?” tanya saya. Sebagian besar mengacung.
“Apa masalahnya?”
Berhamburan berbagai macam alasan. Mulai dari harga mahal, tidak tahu harus berjualan ke mana, tidak sempat, tidak bisa berjualan.
“Sekarang saya tanya, selama ini, sudah berapa orang yang kalian tawari?” Mereka senyum-senyum.
“Siapa yang tawarkan pada sepuluh orang?”
Sepi. Tak ada yang mengacung.
“Sembilan?”
“Delapan?” Krik, krik, krik. Saya dikacangin.
“Tujuh?” Krik krik lagi, saya menganggur.

Enam? Lima? Empat? Terkejut mendapati pada angka tiga, dua, bahkan satu, hanya sedikit siswa yang tunjuk jari.
“Gimana mau laku daganganmu kalau kamu tidak menawarkan?” Mereka terspu-sipu.

Ada 115 guru di sekolah, yang bisa menjadi pelanggan potensial. Hampir tidak ada siswa yang berani menawari guru-guru belanja keperluan bulanan. Sebagian besar yang memenuhi target pembelian, tidak benar-benar berjualan. Melainkan digunakan untuk keperluan rumah tangga mereka sendiri.
Tentu saja ini menyedihkan. Tujuan program tidak tercapai dengan maksimal karena rendahnya motivasi para siswa.

Yang cukup merepotkan adalah komplain dari orang tua. Ada yang merasa bahwa program latihan berjualan ini memberatkan.
“Waktu anak kan lebih baik untuk belajar, daripada diberi beban berjualan begini.”

Wah, ini nih. Susah jika konsep belajar hanya dibatasi pada baca buku pelajaran, mengerjakan pe-er. Lagi pula, tidak mungkin anaknya menghabiskan sisa waktu di rumah melulu hanya untuk berjualan, bukan? Spirit dari penugasan ini kurang dipahami dengan baik.

Motivasi yang perlu disuntikkan adalah:
Pertama, sembilan dari sepuluh pintu rizki adalah berdagang. Itu berarti, terdapat banyak peluang rizki dari berdagang. Dagang beras, dagang baju, dagang kaos kaki (ingat kulakan kaos kakiku, hehehe), dagang buku, dagang tulisan (eh, ini mah eikke, wehehehe. Agak ngaco, yes?).

Kedua, berdagang itu membutuhkan relasi, jaringan sosial Relasi ini tidak hanya melulu untuk berdagang. Tak ada pedagang yang temannya sedikit. Bakul sayur di kompleksa saya, waktu dia menikahkan anaknya, mengundang para pelanggannya. Saya membayangkan banyaknya undangan yang dia sebar, dan banyaknya tamu yang hadir serta mendoakan.

Ketiga, berdagang memupuk ketangguhan, kesabaran dan ketabahan. Juga melatih keyakinan akan takdir rizki kita.
Saya pernah menawarkan buku ensiklopedi ke sebuah lembaga paud. Kepala sekolah sudah oke, dana sudah di tangan. Saya bergegas menuju bank, hendak mentransfer. Menjelang transfer, tiba-tiba mendapat kabar via telepon bahwa mereka membatalkan transaksi tersebut. Saya tertawa pada diri sendiri. Mentertawakan kelemahan diri.
Rizki yang bukan milik, tidak akan bisa digapai walau jaraknya sudah dekat sekali.
Qodarullah, saya mendapat ganti dari orang lain. Hanya sekali nego dia sudah membeli, dengan nominal lebih tinggi.
Rizki yang sudah ditakdirkan kadangkala hadir dari arah yang tidak disangka-sangka.


**

Resika alias Cika kereeeen!
Usia dua puluh lima sudah memiliki usaha yang dirintisnya dari bawah, mulai nol. Usia muda sudah memiliki banyak cabang dan mitra. Usia muda sudah memberi manfaat nyata pada kelompok ekonomi lemah dengan konspe sosisl-bisnisnya.
Dia contoh nyata tentang sosialpreuneur sejak dini.
Bisa jadi inspirasi bagi para pelajar dan remaja.

Ingin mengundang dia ke Jombang. Bisa gak ya?

Note:
Thank’s to koran REPUBLIKA atas wawancara kerennya dengan Mbak Cika.




Tidak ada komentar:

Ibu Guru Umi. Diberdayakan oleh Blogger.